Menuju konten utama

Satgas: Daerah Non-Zona Merah Bukan Berarti Aman dari COVID-19

Daerah yang berada di zona oranye pun belum bisa merasa aman karena penularan COVID-19 masih terus terjadi.

Satgas: Daerah Non-Zona Merah Bukan Berarti Aman dari COVID-19
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito dalam konferensi pers di Jakarta. (ANTARA/HO/Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional)

tirto.id - Satgas COVID-19 meminta daerah yang saat ini tidak berada dalam zona merah atau risiko tinggi untuk tidak lengah.

"Daerah yang berada di zona oranye pun belum bisa merasa aman karena penularan COVID-19 masih terus terjadi," kata Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito pada Selasa (13/10/2020) sebagaimana dikutip dari situs web covid-19.go.id.

Wiku mengatakan posisi saat ini ada 94 kabupaten/kota yang berada di zona oranye tanpa perubahan selama 6 minggu berturut-turut.

"Target penanganan COVID-19 ini adalah seluruh wilayah dapat menjadi zona hijau, artinya tidak ada kasus baru di wilayah tersebut selama 4 minggu berturut-turut dan kesembuhannya mencapai 100 persen," kata Wiku.

Dari 94 kabupaten/kota itu, beberapa provinsi yang daerahnya masuk dalam kategori tanpa perubahan selama 6 minggu berturut-turut, di antaranya Sumatera Utara (12), Jawa Tengah (11), dan Jawa Timur (11).

Selain itu ada juga kabupaten/kota yang skornya mendekati zona kuning, ialah Rejang Lebong, Kota Madiun, Lamongan, Kota Yogyakarta, Gunung Mas, Donggala, Buton Selatan, Konawe Selatan, Lombok Barat, Kota Ternate dan Maybrat.

Sebaliknya ada tiga daerah yang mendekati zona merah yakni Kota Langsa, Pasaman Barat dan Karang Anyar.

Wiku menegaskan agar pemda jangan berpuas diri lantaran daerahnya tidak berada di zona merah. Zona oranye pun tetap berbahaya dan berisiko untuk terjadi penularan.

"Apabila terus dibiarkan tanpa penanganan yang signifikan, wilayah ini berpotensi untuk menjadi zona merah," kata Wiku.

Wiku mengimbau pemerintah daerah harus tetap berupaya meningkatkan testing, tracing dan treatment (3T).

Pemda juga diminta proaktif jika memerlukan bantuan dengan pemerintah pusat berupa kebutuhan penanganan seperti reagen, obat-obatan, insentif relawan, dan sebagainya.

Di sisi lain, perkembangan penanganan COVID-19 di Indonesia menunjukkan hasil signifikan pada jumlah kesembuhan pasien. Wiku Adisasmito menyebut per 13 Oktober 2020 ada 4.777 kasus sembuh.

"Jumlah kesembuhan terus mengalami peningkatan. Di pekan ini kesembuhan mengalami peningkatan 4,4 persen. Kami mengapresiasi provinsi yang terus meningkatkan kesembuhannya," kata Wiku.

Data Kementerian Kesehatan terkini menyebut kasus aktif ada 65.299 kasus atau 19,2 persen dibandingkan rata-rata dunia 21,9 persen.

Jumlah kasus sembuh kumulatif 263.296 atau 77,3 persen dengan kasus sembuh rata-rata dunia 75,1 persen. Pada kasus meninggal 12.027 atau 3,5 persen dibandingkan rata-rata dunia 2,85 persen. Penambahan kasus positif 3.906 kasus.

-------------------

Artikel ini terbit atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB).

Baca juga artikel terkait KAMPANYE COVID-19 atau tulisan lainnya dari Ibnu Azis

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Ibnu Azis
Editor: Agung DH