Menuju konten utama

Satgas: Banyak Pasien Covid-19 Wisma Atlet Kena Corona saat Makan

Sekitar 90 persen pasien Covid-19 di RS Wisma Atlet sebenarnya pengguna masker. Tapi, banyak dari mereka tertular virus corona di acara makan. 

Satgas: Banyak Pasien Covid-19 Wisma Atlet Kena Corona saat Makan
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Doni Monardo (kiri) bersiap mengikuti rapat kerja bersama Komisi VIII DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (23/6/2020). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/hp.

tirto.id - Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Doni Monardo mengungkapkan data yang menegaskan bahwa penerapan protokol kesehatan harus dilakukan secara disiplin dan komprehensif.

Menurut dia, memakai masker saja tidak cukup untuk mencegah penularan Covid-19. Pemakaian masker secara benar harus dibarengi dengan penjagaan jarak fisik dengan orang lain minimal satu meter, menjauhi kerumunan, dan sering mencuci tangan memakai sabun dengan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer.

"[Berdasarkan] Data yang kami peroleh, 90 persen pasien [Covid-19] di RS Wisma Atlet adalah pengguna masker, baik masker medis maupun non-medis. Mereka bisa terpapar [Virus Corona] juga," kata Doni dalam Talkshow pada Jumat (9/10/2020), yang disiarkan akun Youtube BNPB.

"Setelah didalami, rata-rata mereka terpapar [virus corona] saat melakukan kegiatan makan. Saat makan tentu tidak mungkin memakai masker," lanjut Doni.

Penularan Covid-19 dalam acara makan bersama, kata Doni, dapat terjadi karena jarak antar-orang yang berada di satu tempat tidak diatur. Sementara, ketika acara makan bersama berlangsung, tidak ada pihak yang memberi peringatan tentang pentingnya menjaga jarak fisik antar-orang untuk mencegah penularan Covid-19.

"Seharusnya waktu makan diatur, tak boleh bersamaan, kemudian dibatasi jumlahnya di satu tempat. Jaraknya pun harus dibuat sedemikian rupa Agar tidak terlalu dekat," kata Doni.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana tersebut menyatakan data itu menunjukkan bahwa sosialiasi soal pentingnya penerapan protokol kesehatan oleh semua orang tidak boleh kendor. Sosialisasi pun penting untuk dilakukan tidak hanya oleh pemerintah, melainkan juga masyarakat. Sebab, disiplin dalam pencegahan Covid-19 baru bisa optimal hasilnya jika dilakukan oleh semua orang, bukan sebagian saja.

Doni menambahkan, sebenarnya tingkat penggunaan masker oleh masyarakat di Indonesia sudah cukup tinggi. Namun, belum semua orang melakukan salah satu protokol kesehatan pencegahan Covid-19 ini secara benar.

Selain harus dengan cara yang benar, menurut Doni, pemakaian masker harusnya juga dilakukan pada sepanjang waktu, saat seseorang berada di ruang publik. Pemakaian masker dan menjaga jarak fisik di rumah pun penting untuk dilakukan jika ada anggota keluarga yang kerap beraktivitas di luar kediaman.

Doni menyarankan hal itu karena mereka yang beraktivitas di luar rumah lebih berisiko tertular virus corona dan membawa potensi penularan kepada anggota keluarga yang setiap hari berada di rumah. Apalagi, jika anggota keluarga yang beraktivitas di luar rumah tersebut masuk kategori Orang Tanpa Gejala (OTG), yakni mereka yang sebenarnya positif Covid-19 tetapi tidak merasakan gejala sakit dan belum menjalani tes.

"7 persen responden [pasien Covid-19] yang diwawancarai di RS Wisma Atlet pada bulan lalu merupakan kelompok masyarakat yang tidak pernah keluar rumah," terang Doni.

"Mereka [selalu] di rumah, tapi terpapar Covid-19. Sangat mungkin mereka terpapar dari anggota keluarga yang beraktivitas di luar rumah," dia melanjutkan.

Doni mengingatkan mereka yang selama beraktivitas di luar rumah, dan apalagi tidak mematuhi protokol kesehatan, berpotensi bisa menularkan virus corona pada kelompok rentan, yakni orang berusia lanjut dan orang yang memiliki penyakit penyerta (komorbid).

"Angka kematian bagi penderita komorbid [yang positif corona] 80-85 persen. Sangat tinggi," ujar dia.

Doni pun mengingatkan, mereka yang punya penyakit komorbid perlu lebih berhati-hati. Kelompok ini sebaiknya tak beraktivitas di ruang publik dan disiplin memakai masker dengan cara benar.

Selain itu, mereka yang mempunyai penyakit komorbid, seperti diabetes, sakit jatung, sakit ginjal, hipertensi dan lainnya, harus dirawat sedini mungkin saat sudah tertular virus corona. Perawatan perlu segara dijalani ketika pasien mengalami gejala sakit ringan akibat terpapar virus corona.

Doni mencatat, tingkat kesembuhan pasien positif corona dengan gejala ringan, yang menjalani perawatan, hampir 100 persen. Sementara yang mengalami gejala sakit sedang 8 persen. Untuk level berat hingga kritis sampai 60 persen risiko kematiannya.

"Proses gejala [covid-19] ringan ke sedang, bisa sampai 1 minggu. Jika kondisi memburuk, [dari gejala] sedang ke berat, hitungannya bisa hanya jam," ujar dia.

Data dari Satgas Covid-19 menunjukkan, hingga 9 Oktober 2020, total kasus positif corona di Indonesia sudah mencapai angka 324.658 orang. Dalam sehari terakhir, ada penambahan 4.094 kasus baru.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 247.667 pasien positif corona di Indonesia sudah berhasil sembuh. Angka pasien sembuh ini setara 76,3 persen dari total kasus.

Sedangkan 11.677 pasien corona telah meninggal dunia. Sampai hari ini, masih ada 65.314 pasien positif corona yang harus menjalani perawatan atau isolasi mandiri.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Agung DH