Menuju konten utama

Sastrawan Sapardi Djoko Damono Tutup Usia

Sapardi Djoko Damono tutup usia pada umur 80 tahun karena menurunnya fungsi organ tubuh.

Sastrawan Sapardi Djoko Damono Tutup Usia
penyair sapardi djoko damono menunjukkan buku mewarnai untuk orang dewasa yang berjudul "hujan bulan juni" yang dialihwahanakan dari buku puisinya dengan judul yang sama, saat diluncurkan di gedung sekolah pascasarjana institut kesenian jakarta (ikj), senin (16/5). buku mewarnai itu dibuat ilustrasinya oleh para pengajar seni rupa ikj, yang diterbitkan oleh gramedia. antara foto/dodo karundeng/nz/16.

tirto.id - Sastrawan Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada Minggu (19/7/2020) pagi. Sapardi dikabarkan menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 09.17 WIB di Rumah Sakit Eka, BSD, Tangeran Selatan.

"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Telah meninggal dunia sastrawan besar Indonesia, Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono di Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan pada hari ini 19 Juli 2020, pukul 09.17 WIB," demikian pesan singkat yang dikutip dari Antara, Minggu (19/7/2020).

Sapardi lahir di Surakarta, 20 Maret 1940 dan ia tutup usia saat berumur 80 tahun. Sapardi diketahui telah dirawat di rumah sakit sejak Kamis (9/7) lalu karena menurunnya fungsi organ tubuh. Pada November 2019 lalu, Sapardi juga pernah dirawat karena hemoglobin yang menurun.

Meninggalnya Sapardi juga menjadi duka bagi keluarga besar Universitas Indonesia. Atas kabar itu, pihak Universitas Indonesia menyatakan duka cita yang mendalam atas kepergian Sapardi. Sejak 1974, Sapardi menjadi pengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, dia pun pernah menjadi dekan di fakultas tersebut. Kini Sapardi telah pensiun sebagai dosen.

"Kami juga menerima kabar duka tersebut tadi," kata Kepala Biro Humas dan Kantor Informasi Publik Universitas Indonesia Amelita Lusia lewat keterangan tertulisnya.

Sapardi telah aktif menulis karya dan mengirimnya ke majalah-majalah sejak lulus dari SMA Negeri 2 Surakarta tahun 1958.

Minatnya pada sastra makin menggebu saat ia menempuh kuliah di bidang Bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ia dikenal melalui puisi-puisinya yang menggunakan kata-kata sederhana, sehingga beberapa di antaranya sangat populer, baik di kalangan sastrawan maupun khalayak umum.

Sejumlah buku puisinya di antaranya Hujan Bulan Juni (1994), Perahu Kertas (1984), Namaku Sita (2012), Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro (2002), Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita (2012), dan Arak-Arakan (2014). Buku puisinya yang berjudul Hujan Bulan Juni bahkan sudah diadaptasi menjadi novel dan film.

Sapardi Djoko Damono banyak menerima penghargaan. Pada tahun 1986 ia mendapatkan anugerah SEA Write Award. Ia juga penerima Penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2003.

Semasa aktif sebagai akademikus, ia juga menjadi redaktur pada majalah "Horison", "Basis", dan "Kalam". Ia adalah salah seorang pendiri Yayasan Lontar. Ia menikah dengan Wardiningsih dan dikaruniai seorang putra dan seorang putra dan putri.

Baca juga artikel terkait BERITA DUKA

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Reporter: Mohammad Bernie
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Bayu Septianto