Menuju konten utama

Saracen Aktif Sejak Pilpres dan Diduga Sebar Hoax di Pilkada

Kapolri Jenderal Tito Karnavian menegaskan kelompok Saracen diduga sudah terlibat dalam produksi sejumlah konten negatif selama Pilkada 2017, bahkan sudah aktif pascapemilihan Presiden 2014.

Saracen Aktif Sejak Pilpres dan Diduga Sebar Hoax di Pilkada
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian memberikan keterangan kepada media di Gedung KPK, Senin (19/6). tirto.id/Andrey Gromico.

tirto.id - Kapolri Jenderal Tito Karnavian menegaskan kelompok Saracen diduga sudah terlibat dalam produksi sejumlah konten negatif selama Pilkada 2017 berlangsung. Bahkan, Kapolri tidak memungkiri Saracen sudah aktif pascapemilihan Presiden 2014.

"Sewaktu Pilpres sudah eksis. Pilkada Gubernur juga grup ini sudah ada yang aktif," kata Tito di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (5/9/2017).
Namun, Polri belum mendapati data pengguna jasa Saracen untuk pelaksanaan Pilkada. Ia mengatakan, penyidikan kasus ini cukup sulit lantaran penyidik harus melacak sejumlah bukti di dunia maya. Mereka harus menelusuri siapa para pengguna Saracen.
Tito mengaku, anggotanya terus mengembangkan penyidikan siapa yang terlibat. Ia sudah menginstruksikan untuk menangkap siapa yang menjadi sumber dana maupun klien-klien Saracen. Tito pun sufah menginstruksikan untuk menangkap kelompok sejenis Saracen apabila ditemukan.
"Enggak boleh pembuatan hoax, konten-konten yang negatif, provokatif, yang melanggar UU ITE. Itu akan membuat perpecahan di masyarakat membuat isu negatif," tegas Tito.
Kabagpenum Mabes Polri Kombes Pol Martinus Sitompul mengatakan, kelompok Saracen mulai berdiri sejak tahun 2015. Mereka sudah aktif dengan menyebar hoax di media sosial sejak 2015. Namun, pihak kepolisian saat ini masih mencari tahu apa motif pelaku Saracen.
"Kami tidak bisa menyatakan bahwa ini ada motif politik, ada motif ekonomi tapi yang kami lihat adalah bahwa ada perbuatan melawan hukum," kata Martinus di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (5/9/2017).
Martin menerangkan, kelompok Saracen baru diketahui setelah Polisi menangkap Jasriadi. Setelah penangkapan Jasriadi, polisi menemukan indikasi hubungan dengan tersangka Sri Rahayu. Mereka pun mendapati dugaan korelasi dengan Faizal Tonong, Rizal Kobar, serta Ropi Yatsman.

Selain itu, polisi pun menangkap Harsono, warga Pekanbaru yang diduga mengubah nama Grup FB Saracen menjadi NKRI Harga Mati. Harsono diduga ikut berperan dalam perkembangan Saracen lantaran bisa mengubah nama akun FB Saracen.

Martinus menerangkan, alur operasi Saracen terbagi atas tiga kelompok. Kelompok pertama merupakan pabrik hatespeech (ujaran kebencian) sebagai kelompok inti dari Saracen. Tim ini bertugas membuat konten-konten yang menyebarkan kebencian pada kelompok atau orang tertentu. Tim yang terdiri atas 20 orang itu membuat konten dengan cara mendelegitimasi fakta dan merekonstruksi fakta tersebut.

Tim kedua adalah distributor yang menyebarkan konten dengan menggunakan bahasa provokasi, akun buzzer anonim (anonymous) serta memainkan tagar. Tim kedua ini terdiri atas 11 orang dan sebagian merupakan tim inti Saracen.

Tim ketiga adalah follower yang ikut menyebarkan konten negatif tersebut via media sosial. Tim ketiga merupakan konsumen konten Saracen dan menyebarkan secara sukarela ke media sosial.

Saat ini, polisi tengah melakukan pengolahan data dari kasus Saracen. Mereka sedang melakukan analisa forensik data-data dari perkara Saracen sebesar 93 GB. Polisi pun akan memeriksa nama-nama yang diduga terlibat dengan Saracen seperti purnawirawan TNI Ampi Tanuwidjaya dan pengacara Eggy Sudjana.

Polisi juga akan memeriksa nama-nama anggota korwil Saracen selain Sri Rahayu yang merupakan korwil Jawa Barat. Setelah menelaah dengan fakta-fakta yang ada, mereka baru bisa memastikan motif sebenarnya kelompok Saracen.

Baca juga artikel terkait SARACEN atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Hukum
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Maya Saputri