Menuju konten utama
Pariwisata Super Prioritas

Sandiaga Klaim Tiket Borobudur Mahal Bukan Kepentingan Komersial

Rencana tiket naik ke Candi Borobudur Rp750 ribu bukan kepentingan komersialisasi, tapi konservasi situs warisan budaya dunia, kata Sandiaga.

Sandiaga Klaim Tiket Borobudur Mahal Bukan Kepentingan Komersial
Petugas Balai Konservasi Borobudur (BKB) menyemprotkan cairan disinfektan di candi Borobudur Magelang, Jawa Tengah, Senin (16/3/2020). FOTO ANTARA/Anis Efizudin/ama.

tirto.id - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno menegaskan, penetapan harga tiket masuk atau naik ke Candi Borobudur yang diusulkan Rp750.000 bukan sebatas mementingkan komersialisasi. Namun, fokus terhadap konservasi situs warisan budaya dunia mesti dijaga.

“Pendekatan ini bukan komersial sama sekali, tapi pendekatan konservasi dan memastikan Borobudur ini adalah satu destinasi, situs, yang harus kita jaga," kata Sandiaga dalam Weekly Press Briefing, disiarkan akun YouTube Kemenparekraf, Senin (6/6/2022).

Salah satu bentuk menjaga cagar budaya tersebut, dilakukan melalui pembatasan jumlah wisatawan yang masuk, yakni 1.200 orang per hari atau sekitar 400 ribu kunjungan per tahun. Pembatasan ini sudah berdasarkan kajian komprehensif untuk mengurangi kikisan batu di situs candi sekaligus mencegah penurunan muka tanah yang terus terjadi.

Saat ini, wisatawan hanya ingin berkunjung hingga pelataran candi tetap dikenakan tarif normal sebesar Rp50.000 per orang. Adapun khusus untuk wisatawan mancanegara atau internasional ditetapkan sebesar 100 dolar AS per orang.

Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan, pihaknya menerima banyak masukan dari masyarakat, akademisi, pelaku parekraf, ahli budaya hingga tokoh agama untuk pembentukan tarif. Pemerintah sendiri akan melakukan koordinasi lintas kementerian dan lembaga untuk menentukan harga tiket yang tepat, namun tetap sejalan dengan tujuan utama: membatasi kunjungan.

“Kami tak ingin buru-buru menanggapinya, mari kita lihat masalahnya. Kita koordinasi dalam upaya memastikan wisata di Borobudur berkualitas dan berkelanjutan," kata Sandiaga.

Direktur Tourism Development Center Universitas Andalas, Sari Lenggogeni menilai, Candi Borobudur sudah seharusnya menjadi destinasi wisata premium karena warisan yang amat penting untuk dilestarikan. Borobudur tidak cocok menjadi destinasi massal karena berisiko dan akan sulit untuk mencapai pariwisata berkelanjutan.

Sebaliknya, destinasi-destinasi di sekitaran kawasan Borobudur bisa menjadi alternatif destinasi massal yang dapat dikunjungi masyarakat secara bebas.

“Jadi pembatasan kunjungan ke candi tidak akan mengurangi kunjungan wisatawan ke kawasannya karena ada beberapa desa penyangga yang bisa menjadi mass tourism," katanya dihubungi terpisah.

Baca juga artikel terkait CANDI BOROBUDUR atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - News
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz