Menuju konten utama

Sandiaga & Open Kimono: Perkara Bisnis Hingga Seksis

Sandiaga Uno bicara soal "open kimono." Apa itu?

Sandiaga & Open Kimono: Perkara Bisnis Hingga Seksis
Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih Sandiaga Salahuddin Uno yang juga mantan komisaris PT Duta Graha Indah melambaikan tangannya usai diperiksa di gedung KPK, Jakarta, Selasa (23/5). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

tirto.id - "Kita open kimono, kok, enggak ada masalah. Problem tentang akuntabilitas enggak ada masalah sama sekali," kata Sandiaga Uno.

Pernyataan tersebut diucapkan Sandi di Balai Kota, Jakarta, Selasa (12/12/2017) untuk menjawab soal soal unggahan video rapat di Youtube orang para wartawan. Sandiaga Uno menjelaskan bahwa meski tidak lagi mengunggah video rapat pimpinan (Rapim), sistem yang dijalankannya bersama Gubernur DKI Anies Baswedan tetap dapat dipertanggungjawabkan.

Kebijakan ini bertentangan dengan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 159 Tahun 2016 tentang Penayangan Rapat Pimpinan dan Rapat Kedinasan Pengambilan Keputusan Terkait Pelaksanaan Kebijakan Pada Media Berbagi Video. Pergub tersebut ditetapkan mantan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada 16 Agustus 2016 dan diundangkan dua hari setelahnya, 19 Agustus 2016.

Dalam konsideran peraturan tersebut, salah satunya tertulis bahwa dalam mendukung keterbukaan informasi publik, perlu dilakukan penayangan hasil pendokumentasian berbentuk audio visual atas kegiatan rapat pimpinan dan rapat kedinasan pengambilan keputusan terkait pelaksanaan kebijakan pada media berbagi video.

Sementara, peraturan mengunggah video ke YouTube sendiri tercantum dalam Pasal 3 yakni, ruang lingkup penayangan video dokumentasi pada media berbagi video meliputi beberapa rapat, antara lain: rapat pimpinan dan rapat kedinasan yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan atas pelaksanaan kebijakan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Jakarta.

Meski bertentangan, menurutnya hal tersebut adalah cara terbaik agar warga Jakarta (dan masyarakat Indonesia pada umumnya) tidak saling ejek dan jadi sumber perpecahan.

"Untuk [video Rapim] pertama, kami melihat banyak sekali [di kolom komentar] yang bilang itu gubernur gue santun, ada yang bilang apalah ini enggak tegas. Akhirnya jadi pemicu saling serang-menyerang saling olok-mengolok. Nah ini enggak kondusif," ujar Sandi.

Lantas apa sebetulnya "open kimono" yang dikatakan Sandi?

Open kimono mulanya adalah bahasa bisnis. Laman Investopedia menjelaskan open kimono secara sederhana berarti "mengungkapkan apa yang sedang direncanakan, atau untuk berbagi informasi penting secara bebas. Open kimono setara dengan istilah "open the books", atau "open door policy".

Pada 1998, Steven Greenhouse di The New York Times mengatakan open kimono bukan sekadar mengungkapkan cara kerja suatu proyek atau perusahaan. Ia menyebut open kimono juga dimaksudkan dalam rangka menarik "calon mitra" agar mau bergabung ke dalam perusahaan atau proyek yang dimaksud.

Tidak mengherankan kalau Sandi yang mengucapkan istilah ini, mengingat latar belakangnya sebagai pengusaha.

Sementara Philip Gooden dan Peter Lewis (2012) menjelaskan istilah open kimono berasal dari dunia samurai. Open kimono berarti "untuk menunjukkan rasa percaya". Kimono, yang dipakai samurai ketika santai, dilepas untuk menunjukkan bahwa mereka tidak membawa senjata di balik pakaiannya.

Lebih lanjut dikatakan bahwa istilah ini muncul di dunia bisnis pada 1970an setelah Microsoft memasukkannya dalam kamus (leksikon) yang kerap dipakai di internal perusahaan. Saat itu konteksnya adalah kebangkitan perusahaan Jepang. Investasi Negeri Asia Timur itu merambah bahkan hingga ke AS, menjalin kemitraan dan bahkan akuisisi perusahaan lokal.

Dalam perkembangannya, istilah ini bisa dipakai untuk mengkritik perusahaan tertentu. Tahun lalu, misalnya, Goldman Sachs, perusahaan investasi internasional, diminta Aaron Kwittken dari CNBC untuk "open kimono", agar mampu "memperbaiki citranya di depan publik."

Tapi open kimono tidak selamanya berkonotasi positif. Forbes bahkan memasukkannya ke dalam daftar "most annoying business jargon". Alasannya, korporasi tidak bisa disamakan begitu saja dengan manusia.

"[Istilah ini] agak menyeramkan," kata Bruce Barry, seorang profesor di Owen School of Business dari Vanderbilt University, Amerika Serikat (AS).

Sementara Cara Waters, jurnalis dari Australia, menyebut open kimono sebagai istilah seksis. Open kimono sangat berkaitan dengan bagaimana orang-orang Barat memandang geisha.

"Jika Anda perempuan dalam sebuah pertemuan bisnis, istilah ini pasti membuat Anda tidak nyaman," katanya. "Kenapa tidak bilang ini saja: 'kami akan membagikan rencana kami ke Anda?'" kata Waters.

Baca juga artikel terkait ANIES-SANDIAGA atau tulisan lainnya dari Rio Apinino

tirto.id - Politik
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Rio Apinino
Editor: Zen RS