Menuju konten utama

Sana'a, Rupa Salah satu Kota Tua Warisan Peradaban Islam

Dibangun sekitar 2.500 tahun lalu, kota tua Sana'a ditetapkan UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia. Sayang, konflik dan perubahan iklim menggerogotinya.

Sana'a, Rupa Salah satu Kota Tua Warisan Peradaban Islam
Header Mozaik Sanaa venesia dari Arab. tirto.id/Ecun

tirto.id - Wajah seorang pria dan wanita terpampang di dinding tembok, masing-masing memegang kedua pipi. Mulutnya terbuka lebar dengan posisi kedua telapak tangan ditusuk penghalang yang membentang secara horizontal. Mereka telanjang. Mengenaskan.

Dalam kolase lainnya, tiga tubuh tergantung seperti sedang menari dalam balutan warna mencolok hitam dan merah.

Mural berjudul “Last Dance of The Dead” tersebut merupakan karya seniman asal Yaman, Murad Subay, yang digelar di sudut jalanan kota Paris sebagai bentuk protes atas penjualan senjata yang dilakukan Prancis kepada koalisi pimpinan Arab Saudi yang menggempur tanah kelahirannya.

Prancis diberitakan telah mengirimkan senjata senilai 1,379 miliar euro ke Arab Saudi dan lebih dari 287 juta euro ke Uni Emirat Arab. Kedua negara ini merupakan konsumen tetap di peringkat ke-2 dan ke-5 klien Prancis dalam hal pengiriman senjata.

Subay mulai melakukan kampanye politik jalanannya sejak konflik pecah pada tahun 2014 yang menyebabkan penderitaan bagi penduduk Yaman, termasuk kekhawatiran akan porak-porandanya Sana’a, ibu kota negara sekaligus salah satu kota tertua di dunia.

Pada 2016 PBB merilis jumlah korban: 10 ribu orang dilaporkan tewas dalam perang tersebut dan ratusan ribu lainnnya mengungsi.

Sedangkan menurut The Armed Conflict Location & Event Data (ACLED) dalam rilisnya hingga Oktober 2019, setidaknya 100 ribu orang tewas sejak kelompok Houthi yang didukung oleh mantan presiden Ali Abdullah Saleh berhasil menguasai ibu kota Sana’a dan menggulingkan pemerintahan baru yang dipimpin oleh Abdrabbuh Mansur Hadi pada tahun 2015.

Kota Sanaa

Kota Sanaa Yaman. foto/IStockphoto

Kota Berusia 2.500 Tahun

Sampai hari ini, tanggal pasti pendirian kota Sana’a tidak diketahui. Menurut cerita lokal Yaman, kota ini didirikan oleh Shem, salah satu dari tiga putra Nabi Nuh.

Mohammed Hussein al-Farah dalam Sana’a’s old civilizational history (2015) menyatakan bahwa Sana'a dibangun oleh Halk Amr, Raja Sheba dan Dhu Raydan pada tahun 140-150 kalendar Sheban atau 1070-1080 SM.

Meski begitu, sebagian besar sepakat dengan UNESCO bahwa Sana’a berdiri sekitar 2.500 tahun yang lalu.

Sana’a terletak di Pergunungan Bani Hareth pada ketinggian sekitar 2.350 meter di atas permukaan laut. Wilayah sekitar Sana’a dikelilingi gunung dan lembah yang membentang dari daerah Nuqum di timur hingga Ayban di barat, dan dari Naqil Yaslah di selatan ke Shibam al-Firas di utara.

Kondisi geografis ini memberikan iklim yang sejuk dan berkabut, dengan suhu rata-rata sekitar 15 derajat Celsius. Kota ini berada di lokasi benteng kuno pra-Islam Ghumdān yang berasal dari abad ke-1 dan ke-2 SM.

Pada abad ke-6 Masehi, Sana’a menjadi bagian dari Kerajaan Himyar yang memiliki pengaruh besar di Yaman. Pada masa itu, Sana’a menjadi pusat perdagangan penting dan pusat agama kaum pagan.

Ketika Islam menyebar di wilayah itu pada abad ke-7, Sana’a menjadi ibu kota dari negara Islam pertama di Yaman. Kekuatan Himyar membantu memperkuat posisi Sana’a sebagai pusat kebudayaan dan perdagangan di wilayah tersebut.

Selama abad ke-9 hingga abad ke-16, Dinasti Zaidiyah memerintah di Yaman. Dinasti syiah ini banyak mendirikan bangunan bersejarah yang kemudian menjadi ikon kota, seperti Masjid Jami' Al-Kabir dan Al-Qasr Al-Salih.

Sana’a pernah berada di bawah kedaulatan Utsmaniyah sejak pertengahan abad ke-16, tetapi secara efektif dikendalikan oleh imam-imam dari Dinasti Zaidiyah hingga 1872. Hubungan keduanya tidak pernah harmonis.

Utsmaniyah yang beraliran Sunni memiliki wilayah kekuasaan dari Asia Barat hingga Afrika Utara. Pada abad ke-16, Kesultanan Utsmaniyah berhasil menaklukkan sebagian besar Yaman, termasuk Sana'a, tetapi tidak dapat menghapuskan kekuasaan Dinasti Zaidiyah secara total. Banyak bangunan penting seperti Benteng Al-Qasr Al-Thahab dan Masjid Al-Tawfiq dibangun pada masa ini.

Pada abad ke-19, Dinasti Zaidiyah berhasil merebut kembali sebagian wilayahnya dari Kesultanan Utsmaniyah setelah mendapat bantuan Inggris.

Kota Sanaa

Kota Sanaa Yaman. foto/IStockphoto

Venesia dari Arab

Meski terletak di daerah pergunungan, Sana’a merupakan gurun yang cukup tandus sehingga kondisi tanahnya kering dan sulit untuk bercocok tanam. Namun, di sekitarnya terdapat kawasan irigasi yang unik untuk berbagai kebutuhan penduduk.

Kota ini dibagi dua, yakni kota tua (Old City of Sana'a) dan kota baru (New City of Sana'a). Kota tua memiliki sejarah panjang dan dihuni selama berabad-abad. Di sini tersebar berbagai arsitektur tradisional Yaman yang terdiri dari bangunan-bangunan bersejarah, masjid, dan pasar tradisional yang berada di dalam tembok-tembok kuno.

Kota tua juga memiliki arsitektur khas dan sistem irigasi unik yang membuatnya disebut Venice of the Arabia. Sistem irigasi yang rumit mengalirkan air dari gunung ke lembah dan menyuplai air bersih untuk penduduknya. Sistem irigasi juga menciptakan pemandangan hijau yang kontras dengan gurun pasir di sekitarnya.

Sistem irigasi di kota tua Sana’a berbeda dengan kanal-kanal di Venesia. Di Sana’a, sistem air berfungsi mengalihkan air banjir dari sungai ke cekungan yang digunakan untuk mengairi tanaman, mengisi sumur-sumur, pengairan hutan dan padang rumput, serta mengisi kembali akuifer lokal yang digunakan untuk kebutuhan harian, seperti mandi, mencuci, dan minum.

Sistem irigasi ini telah ada sejak zaman kuno dan merupakan salah satu sistem irigasi tradisional terbesar di dunia.

Namun, sistem irigasi ini menghadapi tantangan akibat perubahan iklim, pertumbuhan penduduk, konflik bersenjata, serta penggunaan pompa tenaga surya yang tidak terkendali.

Untuk mengatasinya, Pemerintah Yaman telah melakukan berbagai pendekatan holistik dan berkelanjutan, seperti efisiensi penggunaan air pertanian dan keperluan sehari-hari, memperbaiki dan memelihara infrastruktur pasokan air, serta meningkatkan kapasitas tanggul untuk menangani kemungkinan banjir.

Selain itu, pemerintah juga melakukan upaya dalam menangani perubahan iklim dengan meningkatkan adaptasi dan mitigasi.

Untuk mengurangi risiko konflik, Yaman sudah melakukan berbagai solusi dialog dan gencatan senjata yang difasilitasi PBB. Di skala lokal, mereka juga merangkul beberapa kelompok untuk menciptakan stabilitas dan rekonsiliasi.

Di sisi lain, untuk merawat bangunan-bangunan di kota tua, pemerintah juga membentuk The General Organisation for the Preservation of the Historic Cities of Yemen (GOPHCY), sebuah badan yang bertanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan kota-kota bersejarah di Yaman, termasuk kota tua Sana'a.

Sementara itu, kota baru Sana’a bisa disebut wilayah baru yang lebih modern dan berkembang dengan cepat sejak pertengahan abad ke-20. Kota baru ini dibangun setelah Yaman merdeka tahun 1962.

Di kota baru banyak bangunan bertingkat, jalan raya, pusat perbelanjaan, dan fasilitas modern lainnya.

Kota Sanaa

Kota Sanaa Yaman. foto/IStockphoto

Keunikan Bangunan di Kota Tua Sana’a

Sejumlah bangunan di kota tua Sana’a dibuat dari tanah liat dan batu dengan jendela warna-warni yang menyerupai kaca patri. Teknik konstruksi yang digunakan mengandalkan bahan-bahan alami yang mencampurkan tanah liat dengan air, pasir, dan serat seperti jerami. Kemudian menempatkan campuran tersebut dalam bentuk cetakan atau bekisting (formwork) kayu. Setelah itu, campuran dibiarkan mengering dan menjadi keras.

Teknik konstruksi ini disebut “Pisé” yang akhirnya menghasilkan dinding-dinding berwarna coklat keabu-abuan yang khas dari bangunan di kota tua Sana’a.

Selain teknik “Pisé”, bangunan-bangunan juga menggunakan batu bata, kayu, dan keramik. Sebagian besar bangunan memiliki tiga atau empat lantai, dengan jendela-jendela besar dan atap yang cenderung datar.

Arsitektur di kota tua Sana’a sangat dipengaruhi oleh gaya Islam klasik ketika menjadi pusat penyebaran Islam pada abad ke-7 dan 8. Ini bisa terlihat dari 103 masjid, 14 pemandian, dan 6.000 rumah kuno yang semuanya dibangun sebelum abad ke-11.

Ciri khas gaya Islam ini terutama terletak pada penggunaan bentuk geometris yang digabung dengan motif-motif yang rumit dan artistik. Beberapa bangunan penting antara lain: Masjid Jami' Al-Kabir, Al-Qasr Al-Salih, dan Bab Al-Yaman. Ketiganya juga disebut ikon wisata Yaman yang menunjukkan keindahan arsitektur tradisional di kota ini.

Misalnya keberadaan Masjid Jami’ Al-Kabir yang ada di pusat kota tua. Masjid ini diakui sebagai masjid pertama yang dibangun di luar Makkah dan Madinah, pada tahun keenam dalam kalender Hijriah. Menaranya memiliki tinggi sekitar 45 meter yang terdiri dari sembilan lapisan. Setiap lapisan terbuat dari bata dan dihiasi dengan ukiran dan pola-pola geometris yang rumit.

Infografik Mozaik Sanaa venesia dari Arab

Infografik Mozaik Sanaa venesia dari Arab. tirto.id/Ecun

Lalu ada gerbang Bab Al-Yaman yang dibangun pada abad ke-11 oleh Dinasti Sulaihid. Gerbang ini memiliki arsitektur tradisional Yaman yang khas menampilkan dinding bata dan menara setinggi 11 meter dengan atap meruncing.

Bab Al-Yaman juga dikenal sebagai pintu masuk ke kota lama yang telah berusia ratusan tahun dan menjadi daya tarik wisata.

Namun secara umum, teknik konstruksi tradisional di kota tua Sana’a sering kali rentan terhadap kerusakan akibat cuaca dan konflik. Karena itu, sejak 1986, UNESCO telah menetapkan Sana’a sebagai Situs Warisan Dunia.

Pada tahun 2015, koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi melakukan intervensi militer di Yaman untuk mendukung pemerintahan Abd Rabbuh Mansur Hadi dalam perang melawan kelompok Houthi yang didukung Iran. Sejak saat itu, konflik di Yaman semakin kompleks dan melibatkan berbagai pihak dengan kepentingan yang berbeda-beda, baik di dalam maupun luar Yaman.

Perang sipil Yaman berdampak buruk terhadap beberapa bangunan bersejarah di Sana’a, termasuk Masjid Al-Saleh dan Al-Qasr Al-Salih yang mengalami kerusakan serius atau bahkan hancur akibat serangan udara atau bentrokan antara kelompok-kelompok bersenjata.

Konflik ini telah mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan yang besar terhadap infrastruktur, termasuk kehidupan masyarakat Sana’a dan Yaman secara umum.

Selain konflik, perubahan iklim dan bencana juga menghantui bangunan di Sana’a. Pada Agustus 2022, hujan lebat menyebabkan runtuhnya 10 bangunan bersejarah dan lebih dari 80 kerusakan.

“Hujan deras melanda Yaman selama dua minggu terakhir, menyebabkan kerusakan puluhan bangunan dan jalan,” ujar Yahya Arhab, seperti dilansir Al-Jazeera.

Baca juga artikel terkait KOTA TUA DUNIA atau tulisan lainnya dari Ali Zaenal

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Ali Zaenal
Penulis: Ali Zaenal
Editor: Irfan Teguh Pribadi