Menuju konten utama

Sampoerna Ciptakan Nilai Ekonomi Lewat Investasi Jangka Panjang

Sejak 2005, Sampoerna telah berinvestasi lebih dari 6,1 miliar USD di Indonesia.

Pabrik HM Sampoerna. FOTO/HM Sampoerna

tirto.id - Ikhtiar pemerintah membawa Indonesia menjadi 10 besar ekonomi dunia pada 2030 tak bisa dipandang sebelah mata. Melalui Peta Jalan Making Indonesia 4.0, pemerintah menunjukkan tekad untuk menginisiasi percepatan pembangunan di era industri 4.0, sebuah era di mana riset dan teknologi adalah hal yang niscaya dan inovasi diyakini memegang peranan kunci.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia percaya, Industri Hasil Tembakau (IHT) memenuhi kriteria untuk dikembangkan karena memiliki peran penting dalam pergerakan ekonomi nasional.

Hal tersebut disebabkan oleh betapa luasnya multiplier effect IHT, mulai dari ekspansi investasi, penyediaan lapangan usaha dari hulu ke hilir, penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan bahan baku dalam negeri, hingga menjadi salah satu penyumbang pendapatan negara melalui kontribusi cukai pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pada 2021, IHT menyumbang pendapatan negara senilai 188,81 triliun rupiah melalui cukai.

Oleh karena itu, investasi jangka panjang serta inovasi yang berkelanjutan di Indonesia merupakan kunci bagi IHT untuk mendorong implementasi Peta Jalan Making Industri 4.0.

Transformasi Industri Tembakau

Salah satu perusahaan yang berkomitmen untuk melakukan investasi jangka panjang ialah PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna). Sejak 2005, Sampoerna tercatat telah berinvestasi lebih dari 6,1 miliar USD di Indonesia.

“Investasi yang kami lakukan di Indonesia menunjukkan bentuk kepercayaan Sampoerna terhadap iklim investasi dan perekonomian Indonesia,” terang Presiden Direktur Sampoerna Vassilis Gkatzelis.

Perusahaan yang telah beroperasi lebih dari satu abad di Indonesia ini juga telah mengoperasikan fasilitas produksi baru sejak kuartal keempat tahun 2022 dengan nilai investasi lebih dari 186 juta USD. Fasilitas produksi ini dirancang khusus untuk memproduksi batang tembakau bagi IQOS yang merupakan produk tembakau inovatif bebas asap. Melalui investasi tersebut, Sampoerna juga mengadopsi teknologi dan riset sebagai upaya mendorong transformasi industri tembakau.

Pada 12 Januari 2023, Sampoerna menggelar peresmian fasilitas produksi dan pelepasan ekspor perdana produk tembakau inovatif bebas asap yang dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Airlangga Hartarto, dan disaksikan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko, Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) Kukuh S. Achmad, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Susiwijono Moegiarso, dan Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika.

Fasilitas ini akan menjadi fasilitas produksi perusahaan induk Sampoerna, Philip Morris International (PMI), yang pertama di Asia Tenggara dan yang ketujuh secara global untuk produk bebas asap. Nantinya, hasil produksi akan difokuskan untuk ekspor di kawasan Asia Pasifik di samping domestik, guna memperkuat kinerja ekspor perusahaan yang saat ini sudah masuk ke 40 pasar di seluruh dunia.

Infografik Sampoerna

Infografik Sampoerna. tirto.id/Mojo

Bagi yang belum tahu, IQOS adalah sebuah perangkat elektronik yang memanaskan tembakau, dan bukan membakarnya. Proses pemanasan berlangsung maksimal 350 derajat Celsius dan tanpa pembakaran sehingga tidak ada api, abu, dan asap.

Karena tidak melalui proses pembakaran, IQOS mengurangi 90-95 persen dari kadar zat berbahaya dan berpotensi berbahaya dibandingkan dengan rokok. Oleh karena itu, produk ini dapat menjadi pilihan yang lebih baik bagi perokok dewasa yang ingin terus mengonsumsi tembakau maupun nikotin, atau yang sulit berhenti merokok.

Tak main-main, lebih dari 900 ilmuwan, insinyur, dan teknisi berdedikasi dipekerjakan untuk mengembangkan produk tembakau bebas asap ini.

Seiring dengan investasi pembangunan fasilitas produksi batang tembakau tersebut, Sampoerna juga berkomitmen menciptakan nilai tambah ekonomi lainnya melalui peningkatan kapasitas riset, membeli pasokan tembakau lokal, mengoperasikan pusat layanan digital, memberdayakan mitra toko kelontong, serta memberi pelatihan kewirausahaan sekaligus mendukung peran UMKM di rantai pasok global melalui digitalisasi.

“Kami berharap investasi yang berkelanjutan dapat menciptakan nilai tambah bagi perekonomian Indonesia, termasuk penciptaan lapangan pekerjaan yang baru,” terang Vassilis.

Lewat investasi dan inovasi tersebut, Sampoerna dan PMI akan terus aktif mendorong transformasi industri tembakau. Ini sejalan dengan prioritas pemerintah dalam meningkatkan daya saing sektor manufaktur tanah air di kancah global melalui Peta Jalan Making Indonesia 4.0.

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis