Menuju konten utama

Samhain, Pesta Api yang Menginspirasi Halloween

Akar Halloween adalah Samhain, ritual orang-orang pagan Celtic berabad lalu. Ia memang sejak awal terkait erat dengan kepercayaan terhadap yang gaib.

Samhain, Pesta Api yang Menginspirasi Halloween
Ilustrasi Halloween. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Hari ini Halloween dikenal lewat cirinya yang paling mencolok: mereka yang terlibat mengenakan berbagai kostum aneh. Ia diperingati secara luas di berbagai negara, baik yang sesuai tradisi atau telah dimodifikasi, oleh mereka yang percaya makhluk gaib maupun tidak.

Sejak mulai diperingati besar-besaran pada dekade pertama abad ke-20, Halloween tumbuh menjadi salah satu perayaan terpopuler di samping Natal dan Thanksgiving. Di Amerika Serikat, ia menjadi hari libur dengan perputaran uang terbesar kedua sehabis Natal. Orang-orang menghabiskan uang hingga 6 miliar dolar AS per tahun.

Popularitas Halloween tak bisa dilepaskan dari Irish, orang-orang Irlandia. Halloween, seperti musik-musik Celtic, bir hitam, dan kegemaran minum-minum di pub, dibawa dan dipertahankan bangsa itu kala pada paruh kedua abad ke-19 mereka menyeberangi Atlantik demi mencari kehidupan yang lebih layak di AS.

Sebelum identik dengan dekorasi labu dan kostum-kostum yang tak melulu seram tapi juga lucu, Halloween punya rupa yang nyaris berbeda sepenuhnya.

Salah satu ritual yang menjadi akar Halloween telah dihelat orang-orang pagan Celtic di Irlandia, Skotlandia, Wales, dan Pulau Man sejak Zaman Besi. Tiap penghujung Oktober, mereka menyalakan api unggun besar dan mengenakan kostum-kostum seram untuk menakut-nakuti balik para roh jahat. Sebuah perayaan akan datangnya gelap yang bernama Samhain.

Pesta Panen dan Perayaan Kematian

Samhain yang secara harfiah berarti akhir musim panas (sekaligus datangnya musim dingin) menandakan tahun baru bagi orang-orang Celtic. Ia juga menandai berakhirnya musim panen.

Tahun Celtic dibagi menjadi dua, tahun terang dan gelap. Tahun gelap dimulai pada 1 November. Secara teknis, pada tahun gelap memang waktu siang dan malam yang setara (autumn equinox) berakhir alias malam menjadi lebih panjang (winter solstice).

Transisi dari 31 Oktober ke 1 November diyakini sebagai waktu yang supranatural. Maksudnya, saat itu arwah orang-orang mati dipercaya kembali ke dunia. Begitu pula dengan berbagai spirit dan makhluk gaib lain dalam mitologi Celtic seperti Aos Sí (makhluk semacam peri). Pada waktu itu, manusia juga diyakini bisa melihat dunia para dewa.

Gua Oweynagat (yang berarti gua para kucing) yang terletak dalam kompleks situs arkeologi Rathcroghan di Irlandia diyakini sebagai tempat di mana ritual ini bermula. Gua itu dipercaya orang-orang Celtic kuno sebagai gerbang neraka, lintasan penghubung antara dunia orang hidup dan "dunia lain".

Sejarawan Nicholas Rogers, penulis Halloween: From Pagan Ritual to Party Night (2002), menyebut Samhain sebagai "waktu pengambilan stok makanan [oleh para dewa] dan mungkin pengorbanan hewan." Maka, untuk menenangkan para dewa, pengorbanan (umumnya tanaman dan hewan) dibakar dalam api unggun. Ia juga dimaksudkan sebagai tindakan preventif untuk melindungi diri. Persembahan ditinggalkan untuk roh jahat yang bertandang ke dunia manusia.

Orang Celtic berpikir bahwa kehadiran roh dunia lain memudahkan druid (pendeta) untuk membuat prediksi tentang masa depan. Prediksi penting sebagai sumber ketenangan untuk bertahan selama musim dingin yang panjang.

Di samping membuat api unggun besar dan melemparkan sajen ke dalamnya, bangsa Celtic juga mengenakan kostum yang biasanya terbuat dari kulit dan kepala hewan.

Pesta pada akhir musim panen jamak ditemukan di berbagai kebudayaan dari berbagai negeri. Perayaan serupa--pesta panen sambil meminta prediksi masa depan dari roh dunia lain--misalnya juga bisa ditemukan di masa kini di kaki Himalaya. Begitu pula dengan hari perayaan kematian. Di tempat asal saya dan beberapa daerah lain, orang-orang Tionghoa melaksanakan upacara tahunan seperti Cheng Beng (sembahyang kubur). Hari para arwah juga ditemukan pada budaya orang-orang Buddha-Konghucu di Jepang pada Obon atau Bon Festival. Di Meksiko, kita mengenalnya dengan sebutan Día de los Muertos.

Ringkasnya, Samhain semacam gabungan dari pesta panen dan hari perayaan kematian—dua upacara berbeda yang biasanya dilaksanakan terpisah oleh berbagai bangsa dari negeri-negeri lain.

Melebur dan Menjadi Tradisi Baru

Masuknya budaya dan agama baru dari Eropa daratan perlahan mengubah rupa Samhain. Kekaisaran Romawi yang mulai menduduki sebagian besar wilayah Celtic pada tahun 43 M hingga memerintah selama empat abad, misalnya, mengombinasikan Samhain dengan dua perayaan asal kebudayaan mereka sendiri, Feralia dan Pomona.

Kemudian, sejak abad ke-9, tradisi yang usang juga dibingkai ulang dengan narasi kekristenan yang pengaruhnya mulai mulai menyebar ke tanah Celtic. Strategi akulturasi dipakai agar popularitas praktik pagan dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan ajaran baru.

Dikutip dari History, pada Mei 609, Paus Bonifasius IV mendeklarasikan perayaan All Saints' Day (Hari Raya Semua Orang Kudus) untuk mengenang seluruh martir Kristen. Paus Gregorius III lantas menggeser waktu perayaan itu ke 1 November, bertepatan dengan Samhain. Selanjutnya, pada tahun 1000 M, gereja menetapkan 2 November sebagai Hari Semua Jiwa (All Soul's Day), hari untuk menghormati semua yang telah berpulang. Penetapan itu pun dipercaya secara luas sebagai upaya menggantikan Hari Arwah milik orang Celtic dengan hari libur yang disepakati gereja.

All Souls' Day lantas dirayakan selayaknya Samhain, dengan api unggun besar, parade, dan orang-orang berpakaian dalam kostum sebagai orang suci, malaikat, dan iblis. Sedangkan perayaan All Saints' Day juga disebut All-hallows atau All-hallowmas. Malam sebelumnya, malam Samhain, mulai disebut All-Hallows Eve dan kelak menjadi Halloween.

Salah satu kebiasaan yang terus bertahan hingga Halloween masa kini, trick-or-treating, juga dipercaya berangkat dari tradisi Samhain di kawasan Celtic, mumming and guising. Aksi anak-anak kecil dalam trick-or-treating, yakni bertamu dari pintu ke pintu dan meminta tuan rumah memberikan mereka suguhan (yang jika tidak diberikan maka tuan rumah bakal diisengi), telah dilakukan pada perayaan Samhain sejak abad ke-16. Saat itu orang-orang di kawasan Celtic pergi dari rumah ke rumah dengan mengenakan kostum, melantunkan lagu atau syair, untuk ditukarkan dengan makanan dari sang empunya rumah.

Sebagai penerangan kala bertandang dari rumah ke rumah, orang-orang melubangi lobak (rutabaga) atau mangelwurzel, mengukir wajah aneh atau seram di kulitnya, dan menjadikannya lentera. Pada abad ke-20, kebiasaan ini menyebar di Inggris dan dikenal luas sebagai jack-o'-lantern. Orang-orang Irlandia dan Skotlandia yang berimigrasi ke utara Amerika lantas membuat lentera dari labu, yang lebih besar dan lembut ketimbang lobak, dan menjadi simbol Halloween yang kita kenal sekarang.

Samhain Hari-Hari Ini

Dalam ranah budaya populer, kendati tidak sama top dengan kata "Halloween" dan berbagai imajinya, penggunaan Samhain masih bisa ditemukan sesekali. Dalam seri animasi The Real Ghostbusters, sebuah spin off/sekuel dari film populer Ghostbusters (1984), karakter antagonisnya dinamakan Samhain dan digambarkan berkepala jack-o'-lantern. Ia juga memiliki kemampuan memanipulasi waktu menjadi malam, sejalan dengan Samhain sebagai perayaan yang dihelat kala malam menjadi lebih panjang.

Dari kancah musik, band folk metal asal Spanyol, Lèpoka, menyanyikan lagu tentang perayaan ini dalam lagu berjudul Samhain. Sementara pionir horror punk, Glenn Danzig, membentuk band deathrock/horror punk bernama Samhain usai keluar dari band lain yang lebih populer, yang ia dirikan juga, Misfits.

Infografik Dari Samhain Jadi Halloween

Infografik Dari Samhain Jadi Halloween. tirto.id/Quita

Para penganut pagan modern seperti Neopaganism (dengan berbagai jenisnya) dan Wiccan punya pandangan yang berbeda-beda terhadap Halloween. Sejumlah penganutnya memang menikmati tradisi baru itu, tetapi sebagian besar lagi memilih hanya merayakan Samhain, atau paling tidak tetap menjalankan ritual-ritualnya.

Di kawasan Celtic sendiri, tatkala daun musim gugur terakhir jatuh dan musim baru tiba, "Samhain modern" tetap digelar. Di Edinburgh, Skotlandia, Sammhuin Fire Festival telah digelar tiap tahun sejak 1995. Sementara di Irlandia, Púca Festival digelar mulai 2019 dan direncanakan menjadi agenda tahunan. Púca Festival, yang diambil dari nama makhluk gaib kisah rakyat Celtic yang mampu berganti wujud, mengambil tempat di beberapa titik di Irlandia, merayakan negeri itu sebagai tempat lahirnya Samhain dan Halloween.

"Kamu menyebutnya trick-or-treating, kami menyebutnya sebagai bagian dari warisan kami," ujar narator dalam sebuah video dari akun resmi Púca Festival.

Para penyelenggara mengupayakan Samhain tetap hidup di masa kini, dengan orang-orang yang kembali berkostum layaknya orang pagan dulu atau mengenakan atribut menakutkan untuk mengusir roh jahat. Sebuah Samhain kekinian yang dirayakan dengan musik kontemporer, kabaret, dan koktail. Samhain masa kini yang tidak melupakan wujud aslinya, sebelum gereja dan Saint Patrick tiba di Irlandia.

Baca juga artikel terkait atau tulisan lainnya dari R. A. Benjamin

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: R. A. Benjamin
Editor: Rio Apinino