Menuju konten utama
Wansus Ketum Partai Buruh

Said Iqbal Blak-blakan soal Gen Z, Pemilu dan Ancaman Robotisasi

Ketum Partai Buruh Said Iqbal menjanjikan regulasi dalam menghadapi pasar kerja, revolusi industri 4.0 dan ekonomi digital untuk Gen Z dan milenial.

Said Iqbal Blak-blakan soal Gen Z, Pemilu dan Ancaman Robotisasi
Header Wansus Pemilu Partai Buruh Said Iqbal. tirto.id/Tino.

tirto.id - "Anak-anak muda Gen Z dan milenial kita jangan terlalu menganggap remeh. Mereka itu peduli terhadap lingkungan, isu HAM dan kesejahteraan sosial. Untuk mereka, kami juga mempersiapkan regulasi atau aturan terkait perlindungan generasi milenial dan Gen Z yang akan masuk di pasar kerja dalam situasi revolusi industri 4.0 dan ekonomi digital."

Begitu pernyataan Ketua Umum Partai Buruh Said Iqbal saat mengomentari tentang kelompok milenial dan Gen Z. Ia menilai, para generasi muda ini sangat peka dengan isu-isu sensitif. Partai Buruh, kata Iqbal, menjanjikan persiapan sejumlah regulasi dalam menghadapi pasar kerja, revolusi industri 4.0 dan ekonomi digital untuk milenial dan Gen Z. Mereka pun menawarkan sejumlah langkah-langkah untuk menghadapi situasi masa depan.

Selain menawarkan sejumlah program, Said Iqbal mengklaim bahwa mereka membuka lebar untuk pengurus perempuan dan anak muda untuk maju sebagai bakal caleg sebesar 40 persen di luar partai yang sebagian besar juga para aktivis. Iqbal pun menyatakan langkah mereka untuk meraup suara pemilih muda dengan menawarkan empat langkah pembeda dalam upaya menarik anak muda.

Bagaimana cara Partai Buruh untuk meraup Gen Z dan pemilih pemula? Berikut hasil wawancara khusus Andrian Taher Pratama, Fahreza Rizki dan Andhika Krisnuwardhana dari Tirto dengan Ketua Umum Partai Buruh Said Iqbal di kantor Exco Partai Buruh, Kamis (13/4/2023) lalu.

Selamat siang, Bang Iqbal, terima kasih memberikan kesediaan waktu untuk menerima kami dalam sesi wansus mengenai langkah-langkah Partai Buruh menghadapi Pemilu 2024. Pertama, bisa dielaborasi bagaimana sejarah Partai Buruh dan bagaimana terbentuknya organisasi dalam menghadapi Pemilu 2024?

Partai Buruh itu sebenarnya sudah ada dari tahun 1999 ya Era Reformasi yang didirikan oleh almarhum Profesor Doktor Muchtar Pakpahan yang diinisiasi oleh Serikat Buruh Sejahtera Indonesia. Jadi hanya satu serikat buruh pada awalnya. Kemudian selalu tidak lolos parliamentary threshold ya istilahnya sekarang.

Nah, 2010 Partai Buruh itu berhenti untuk tidak lagi ikut di pemilu selanjutnya maka hampir 10 tahun lebih ya Partai Buruh secara badan hukum tetap ada partainya tapi menjadi peserta Pemilu tidak pernah mengikuti lagi setelah pasca 2010. Artinya, 2014 dan 2019 yang tidak ikut pemilu.

Nah, kemudian belajar dari situ maka Omnibus Law, Undang-undang Cipta Kerja adalah penyebab Partai Buruh dihidupkan kembali. Partai Buruh dihidupkan kembali dalam Omnibus Law Cipta Kerja, Undang-undang Cipta Kerja itu disahkan 5 Oktober 2020. Itu kan adalah kekalahan secara politik kaum buruh terhadap kaum pemodal. Itu enggak bisa dipungkiri.

Maka empat konfederasi besar yaitu KSPI, ORIKA SPSI Andi Gani kemudian KPBI Ilhamsyah dan juga KSBSI (Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia) ditambah 60 federasi serikat buruh di tingkat nasional berkumpul.

Kita minta Partai Buruh yang lama pimpinan Bang Sony Pujisasono untuk menghidupkan kembali [partai ini] melalui mekanisme kongres. Kelompok lain yang bergabung SPI (Serikat Petani Indonesia), kawan guru migran, ada juga guru dan tenaga honorer FPTHSI, ada kelompok-kelompok urban konsorsium, kaum miskin kota, ada kelompok-kelompok pekerja informal seperti ojol ya ada juga kelompok sopir.

Ini semua kita sebut adalah kelas pekerja bergabung 4 sampai 5 Oktober berkongres menghidupkan kembali Partai Buruh. Selesai kongres, mendaftar Kemenkumham dan Menkumham mengeluarkan surat bukti pencatatan Partai Buruh. Lalu Partai Buruh resmi sebagai partai yang diverifikasi administrasi maupun faktual oleh KPU untuk menjadi partai politik peserta pemilu. Kira-kira itu lah mekanisme yang terjadi.

Said Iqbal

Ketum Partai Buruh Said Iqbal. (Tirto.id/andhika krisnuwardhana)

Tadi dikatakan banyak aktivis [di Partai Buruh], bagaimana dari Partai Buruh untuk membedakan ketika mana bergerak sebagai anggota pengurus partai dan aktivis karena ada ambiguitas?

Gerakan serikat buruh dan petani selalu menjadi motor lahirnya partai kelas pekerja, working class party karena dia punya ciri khas khusus partai buruh itu.

Nah, di Indonesia walaupun belum semua serikat buruh bergabung di Partai Buruh, tapi empat konfederasi besar sudah ada, satu Serikat Petani terbesar SPI sudah ada, 60 federasi serikat buruh di Indonesia tingkat nasional sudah ada dan ini kami bergabung namanya Persatuan Guru.

Walaupun beberapa konfederasi tidak ikut di partai di tingkat nasional di daerahnya ikut di kabupaten kota di provinsi ikut bahkan jadi bacaleg, bakal calon legislatif. Ini menunjukkan fragmentasinya makin kecil, 90 persen buruh yang berserikat sudah ada di Partai Buruh. Dengan demikian dia akan menjadi kuat. Beda perbedaannya dengan serikat partai buruh yang ada yang dulu hanya satu serikat buruh SBSI. Sekarang 60 federasi buruh tingkat nasional, serikat tani terbesar Indonesia dan 4 konfederasi. Lebih kuat.

Dulu kesadaran kelasnya masih lemah, buruh masih apolitik karena baru selesai Orde Baru. Masih takut. Sekarang kesadaran kelasnya tinggi. Anda bisa lihat aksi-aksi buruh dan setiap pemilu sebelum ada Partai Buruh, KSPI, FSPMI, KSPSI, KPBI sudah ada ikut terlibat di beberapa partai politik yang ada.

Partai buruh itu dikenal populis ya memang kita populis, kita mau memberikan hak rakyat. Anda mau ambil dalam politik anggaran buat infrastruktur silakan. Anda mau ambil buat partai-partai agama membantu rumah-rumah ibadah, pesantren, gereja silakan. Sekarang pertanyaan satu. Buat buruh dan kelas pekerja petani apa? Jaminan sosial.

Itu kan dibilang redistribusi kekayaan negara adil dan merata konsep negara sejahtera. Baru kita baru kita masuk yang terakhir tanggung jawab publik. Apa tanggung jawab publik? Tadi contohnya jaminan pengangguran. Kita kerja, bayar pajak, kita enggak kerja, negara bayar kita dan sistem pasar sosial. Partai pemodal semua makanya ada koalisi besar karena mereka selalu mengunci, melindungi supaya modal-modal mereka terjaga. Nanti kalau ada Partai Buruh enggak bisa, maka saya bilang koalisi orang kecil.

Konsep welfare state negara kesejahteraan Partai Buruh beda dengan yang mereka pikir. Mereka modal seperti zaman Pak Harto dari modal yang kuat, ada pembangunan tapi ada tetesan ke kami enggak. Kami mulai dari pasar sosial. Pasar sosial itu upah rakyat. Kalau upah layak, daya beli naik, daya beli naik, barang diproduksi banyak, barang diproduksi banyak, penyerapan tenaga kerja, jangan upah murah.

Lula da Silva, Presiden Brasil, begitu dia menang dua periode pertama waktu itu 8 tahun, 4 tahun dia menaikkan upah 30 persen selama 8 tahun. Melesat langsung konsumsi naik dan akhirnya Brasil menjadi BRICS (Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan) kan? BRICS sekarang kuat, Brasil kuat lagi, Lula menang.

Kami kalau menang Allah izinkan, Tuhan izinkan dan rakyat memberi kepercayaan khususnya kelas pekerja kami akan menaikkan upah 15 persen selama 10 tahun. Kalau Lula bahkan 30 persen supaya mendongkrak konsumsi, purchasing power. Kalau konsumsi banyak, industri dalam negeri tumbuh, industri nasional tumbuh. Konsep-konsep itulah yang ditawarkan oleh Partai Buruh.

Pemilih pemula cukup besar di Pemilu kali ini, lalu bagaimana cara Partai Buruh menggaet pemilih milenial dan Gen Z?

Saya belajar dari kemenangan Lula ya. Lula dengan Bolsonaro ketika bertarung di media sosial, kampanye sosial media dan sosial media itu kan memang penggunanya Android dan smartphone itu kan memang anak-anak milenial dan Gen Z.

Ternyata dari hasil lembaga survei yang independen di Brasil dan di Amerika, anak-anak muda ini di Gen Z dan milenial kita jangan terlalu menganggap remeh. Mereka itu peduli terhadap lingkungan. Jadi isu lingkungan mereka peduli. Kemudian isu tentang hak asasi manusia, kemudian juga isu tentang kesejahteraan. Mereka peduli.

Kalau mereka sudah sekolah selesai, masuk ke labor market, pasar tenaga kerja mereka berpikir gaji saya berapa, perlindungan jaminan sosial berapa. Isu tentang lingkungan hidup, HAM, kesejahteraan sosial itu dikelola oleh Lula dan timnya. Maka di sosial media mereka memunculkan isu itu.

Partai Buruh dalam konsep 13 platform Partai Buruh, pengejawantahan terhadap tiga prinsip negara kesejahteraan. Kami mempersiapkan regulasi atau aturan terkait perlindungan para milenial dan Gen Z yang akan masuk di pasar kerja dalam situasi revolusi industri 4.0 atau ekonomi digital. Sebelum pandemi kita biasa makan di restoran, saat pandemi COVID, seharusnya kan 2025 nih revolusi industri 4.0 sudah dipercepat dengan COVID-19. Kita siapkan untuk tantangan di era ekonomi digital.

Kedua, revolusi industri berdasarkan robotisasi apa yang akan terjadi? PHK besar-besaran. Oleh karena itu, untuk generasi Z dan milenial ini Partai Buruh menyiapkan tawaran tentang isu tadi. Kesejahteraan sosial dalam bentuk labor protection.

Kalau kamu masuk ke dalam labor market, pasar tenaga kerja, kamu akan menghadapi sistem outsourcing, kamu harus sadar. Kesejahteraan sosialmu, masa depanmu terganggu. Begitu kamu masuk pasar tenaga kerja, digital ekonomi seperti perusahaan rintisan yang dipecat tanpa pesangon. Nah, itu harus dibikin kesadaran.

Oleh karena itu seperti Lula, materi kampanye melalui sosial media Partai Buruh sudah mulai. Partai Buruh ada yang namanya Orange B. Orange itu memang warna dasar Partai Buruh, B itu adalah generasi milenial dan Gen Z. Kami mengkampanyekan tentang kesadaran regulasi menghadapi revolusi industri 4.0 baik digital ekonomi maupun robotisasi.

Kami juga mengkampanyekan tentang ancaman ketika terjadi robotisasi. Kami juga mengedukasi ke milenial dan Gen Z bahwa persoalan lingkungan, persoalan ketahanan pangan, persoalan energi itu kan di petani. itu akan membahayakan tentang mereka, mereka peduli. Jangan dipikir [mereka] enggak peduli. Nah, kampanye tentang isi materi itu salah satu strategi.

Strategi yang kedua adalah yang disebut generasi Z, milenial itu bukan orang kaya [saja]. Itu kan kalau disebut Gen Z dan milenial seolah kita mendefinisikan orang kaya, kelas menengah. Nah, [gen Z] itu kan anak-anak buruh juga.

Makanya sekarang kita melakukan pertemuan-pertemuan melalui Zoom melalui YouTube, kita minta para buruh, para petani, para PRT, para guru dan tenaga honorer dan kelas pekerja lain, tolong anak-anakmu ikut dalam pertemuan-pertemuan kesadaran kelas ini dan diajak mulai memahami apa perjuangan-perjuangan Partai Buruh. Kampanye di internal captive market-nya partai buruh itu sudah mulai dilakukan ke milenial dan Gen Z. Kami sudah punya namanya Orange B dan satu lagi adalah bidang kepemudaan dan mahasiswa.

Ketiga, di tingkat intelektual juga kita bangunkan. Nanti kita akan melakukan roadshow ke kampus-kampus habis lebaran ini. Kita akan debat. Apakah benar politik itu kotor? UU Cipta Kerja yang sekarang didemo oleh mahasiswa bersama kawan-kawan buruh itu kan produk politik. Kita mosi tidak percaya pada DPR.

Nah, pilihan kita apa? Oleh karena itu, harus dipastikan kesadaran kelas itu tentang pentingnya mereformasi sistem demokrasi, sistem kepartaian, sistem yang ada di DPR parliamentary threshold, presidential threshold, istilah koalisi besar harus dilawan. Nah, itu kita akan roadshow.

Politik tidak kotor ketika para pemain politik dan partai politik berdedikasi. Nah, hal lainnya yang kita lakukan adalah memastikan undang-undang yang terkait dengan perlindungan tenaga kerja, yang terkait dengan pasar sosial yaitu jaminan sosial harus disiapkan ketika Generasi Z dan milenial ini masuk di dalam pasar kerja, di labor market. Itu menjadi konsentrasi Partai Buruh.

Said Iqbal

Ketum Partai Buruh Said Iqbal. (Tirto.id/andhika krisnuwardhana)

Apakah Partai Buruh menerima kader atau apa ada semacam ruang kaum muda dan GenZ seperti ada kuota pencalonan khusus?

Partai Buruh membuka lebar ya, untuk perempuan kan kita tidak hanya 30 persen, 40 persen [keterwakilan]. Kalau undang-undang kan 30 persen dalam bakal caleg kita 40 persen. Di pengurus partai 40 persen, kami mengikuti standar internasional gerakan buruh. Kalau di gerakan buruh itu dalam susunan kepengurusan 40 persen perempuan, tapi kita enggak boleh berhenti di situ. Kan kita juga harus melakukan upgrade ya dan pemberdayaan terhadap perempuan dan anak-anak muda.

Nah, di Partai Buruh anak-anak muda ini di bacaleg mendapat tempat tidak hanya khusus prioritas ya di bacaleg-bacaleg ini banyak yang boleh dalam kita masukkan dalam kategori milenial dan Gen Z. Banyak sekali dan perempuan dan perempuan para aktivis mahasiswa kan kita ini partai pergerakan. Kawan-kawan dari LMND, kawan-kawan dari LMID, kawan-kawan dari aktivis kampus, BEM-BEM banyak yang menjadi pengurus Partai Buruh di daerah-daerah dan di pusat.

Sangat menjadi penting bagi kami Partai Buruh agar mempersiapkan regenerasi kepemimpinan karena kita kan Partai Buruh ini sudah telat. Kayak saya kan sudah di atas 54 tahun. 5 tahun lagi sudah 59.

Partai Buruh mempersiapkan itu terhadap perjuangan-perjuangan kelas dan tidak hanya anak-anak muda dan perempuan, kami juga jelas di 13 platform itu. Jelas banget ada di 13 platform saya kasih. [Penyandang] Disabilitas itu menjadi [prioritas] karena jumlahnya jutaan lho.

Jadi partai kelas pekerja ini, perempuan, anak muda, disabilitas, lingkungan hidup, hak asasi manusia dan isu labor right, hak-hak buruh, hak-hak petani, hak-hak nelayan, pro subsidi, jaminan sosial itu menjadi concern.

Dari gagasan dan isu yang ditawarkan, apa yakin pemilih pemula mau memilih Partai Buruh dan sebagian masuk menjadi bagian Partai Buruh?

Oke. Mari kita hitung dengan angka-angka. Kami sudah ada ya. Partai Buruh canggih ada Bang Said Salahudin ahli pemilu. Ini kami punya. Anda bisa lihat, kami akan tembus di 30 kursi. Ini partai seperti Gerindra, PKS kalang kabut. Ini saya tidak menyerang partai ya ini saya bicara tentang fakta temuan Partai Buruh.

Kan Gerindra PKS itu kuat di basis-basis buruh. Kemenangan Pak Prabowo salah satunya memang tidak semua salah satunya karena kami dukung di basis-basis kota industri. Itu menang semua suara Pak Prabowo. PKS dan Gerindra juga termasuk Nasdem dan PDIP. Kalau Golkar dia punya segmen sendiri, partai agama segmen sendiri. Anda lihat di sini ya kami punya prediksi 30 kursi.

Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Karawang itu basis buruh. Buruh itu hampir 3 jutaan. Kita mau ambil 500 ribu suara. Kemudian Jabar 9, Jabar 11. Jadi ini ada 30 kursi.

Berarti Partai Buruh yakin bisa meraih suara pemilih pemula dengan gagasan tersebut?

Saya yakin pertama kan ada empat pembeda Partai Buruh dengan partai lain. Satu, kita ada captive market. Makanya saya keliling-keliling ini, konsolidasi selama Ramadan itu ke buruh aja dan ke petani, sebagian ke nelayan, kawan-kawan ada juga sebagian ke PRT.

Ada yang ke masyarakat miskin kota UPC. Itu namanya captive market dan kami punya 10 juta. Ditambah 1 istri atau 1 suami dan satu anak, Jamsostek itu memberikan koefisien 1,4 ya. Yang milenial dan generasi Z itu kan. Berarti ada 24 juta suara captive untuk menjadi lolos parliamentary threshold kan tadi 6 juta. Masa enggak bisa? Ubek-ubek aja di situ di 24 juta itu termasuk milenial dan Gen Z. Kita enggak usah semua milenial dan Gen Z. Enggak mungkin. Captive market-nya aja itu Partai Buruh.

Kemudian yang kedua kita segmented issue. Ibunya petani dia akan bilang kepada milenial dan generasi Z anaknya, 'nak, nduk, den, ibumu, bapakmu ini petani loh, kamu lahir dari anak petani.' Ini Partai Buruh berbicara tentang kedaulatan pangan, bicara tentang land reform, reforma agraria. Kan lebih mudah.

Nah, anak milenial Gen Z akan memahami itu apalagi dia buruh. Jadi dia segmented issue, isu upah, isu jaminan sosial, isu perempuan, lingkungan, HAM, isu petani, isu nelayan, pekerja rumah tangga. RUU PPRT begitu Partai Buruh masuk kita akan berjuang lolos itu.

Jadi captive market, segmented issue, yang ketiga adalah daily working party. Partai Buruh satu-satunya partai yang bekerja harian. Makanya kami punya Posko Orange. Posko Orange itu orang ter-PHK Partai Buruh belain. UU. Cipta Kerja tiap hari Selasa kita demo. Nanti Mayday, kita demo. Di daerah-daerah demo. Ada bahasa kami namanya konsolidasi, propaganda dan sasatu (salam satu pintu). [Strategi] ketuk pintu saya mencontoh Obama dan Lula. Mereka itu ketuk pintu.

Semua orang ketuk pintu tapi diprioritaskan buruh, petani, nelayan sambil membagikan selebaran-selebaran dan diskusi secara singkat. Itu namanya sasatu. Itu daily working party, sebelum Pemilu, saat Pemilu, sesudah Pemilu tetap kerja ngebelain orang PHK, ngebelain soal upah, ngebelain jaminan sosial, ngebelain tanah yang dirampas, ngebelain orang yang dikriminalisasi, aktivis yang ditahan, mahasiswa yang di-DO karena enggak punya uang biaya kuliah. Kita advokasi semua itu. Itu namanya daily working party.

Yang keempat, Partai Buruh itu punya kekhususan bahwa termasuk partai yang kegiatannya menitikberatkan isu-isu konstitusionalnya lebih menukik kepada persoalan-persoalan yang dihadapi keseharian. Misal, tadi masalah upah itu keseharian, masalah dipecat itu kan keseharian, masalah tanah, masalah pupuk, masalah benih.

Ingat ya, Pak Jokowi dengan Serikat Petani Indonesia yang daulat pangan di mana kawan-kawan SPI untuk pupuk itu pupuk organik dan setiap petani ada tiga ekor sapi. Itu konsepnya Partai Buruh melalui petani. Daulat pangan. Jadi bukan ketahanan pangan. Bedanya kalau kelompok sekarang ada ketahanan pangan, konsep food estate. Itu kan korporasi yang kelola. Kalau Partai Buruh kedaulatan pangan. Kedaulatan pangan itu tadi menggunakan pupuk organik. Ini kan tergantung hibrida.

Dulu kita kan setiap petani pasti ada irigasi di Bali di Subang dan pasti ada sapi, apa kambing. Enggak bergantung ke siapa-siapa kan? Sapi banyak. Jadi ada daulat pangan itu ada daulat beras, ada daulat ternak, daging bahkan garam. Negara maritim kok impor garam? Nah, konsep-konsep semacam itu yang membedakan dengan Partai Buruh. Jadi captive market, segmented issue, daily working party dan tadi kerja-kerjanya adalah isu-isu konstitusinya adalah tentang keseharian.

Baca juga artikel terkait WAWANCARA atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - News
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Maya Saputri