Menuju konten utama
Pemilu Serentak 2024

Saat Parpol Andalkan Caleg Artis: antara Suara & Krisis Kader

Hurryah sebut pendidikan kader sangat penting sehingga fenomena rekrutmen artis hanya sekadar jadi pengumpul suara tidak lagi terjadi.

Saat Parpol Andalkan Caleg Artis: antara Suara & Krisis Kader
Ilustrasi Partai Politik Peserta Pemilu. tirto.id/Ecun

tirto.id - Dalam kurun dua pekan sejak 1 hingga 14 Mei 2024, kantor KPU RI diramaikan oleh pekerja seni yang kerap tampil di layar televisi. Nyaris semua partai, terutama dari kalangan papan atas di parlemen mengajak aktor, aktris, penyanyi hingga selebgram untuk mendaftar menjadi bakal calon legislatif (bacaleg) dalam Pemilu 2024.

Sebut saja PDIP yang merupakan pemenang Pemilu 2014 dan 2019 juga mengajak para selebritas untuk maju dalam pemilu. Setidaknya ada 14 nama pesohor yang tercatat resmi menjadi bacaleg terdaftar, seperti Krisdayanti hingga Junico Siahaan. Adapun pendatang baru ada Tamara Geraldine, Once Mekel, hingga Lucky Perdana.

Di antara nama pesohor yang bergabung di PDIP ada nama Denny Cagur. Dia sebelumnya merupakan politikus aktif PAN dan kemudian pindah ke PDIP.

Walaupun, PDIP kerap menggemborkan sebagai partai yang menjunjung ideologi dan fatsun politik, namun strategi menjadikan selebritas sebagai pengumpul suara terbukti cukup efektif. Seperti Krisdayanti yang berhasil memenangkan Dapil Malang Raya, mengalahkan dua caleg petahana, Totok Daryanto (PAN) dan Nurhayati Assegaf (Demokrat).

Selain partai nasionalis, partai dengan identitas Islam juga melakukan hal yang sama dengan menarik artis untuk ikut bergabung. PKS misalnya, mengajak komedian Sunarji atau akrab disapa Narji untuk ikut bergabung.

Narji memilih menjadi bakal caleg DPR di kampung halamannya di wilayah Batang, Pekalongan, Kota Pekalongan dan Pemalang. Dia tak memungkiri bahwa nama besarnya menjadi modal awal untuk menjadi bacaleg untuk menuju Senayan.

Namun, dia hanya berharap dengan mewakili kampung halamannya, dia bisa berkontribusi setidaknya di kalangan anak muda yang menurutnya lebih banyak merantau daripada menetap di rumah.

“Gua pengen membangun anak-anak milenial di sana, yuk kita ciptakan usaha kreatif di sana, UMKM-nya, kreativitas olahraga, kita apain nih kampung," kata Narji pada Senin (8/5/2023).

Adapun partai yang paling mencolok dengan bacaleg dari kalangan artis adalah Partai Amanat Nasional (PAN). Saat perjalanan menuju kantor KPU, para pesohor sengaja ditonjolkan di berbagai sisi. Ada yang menjadi peramai acara dengan bernyanyi di mobil komando hingga ada pula yang didapuk menjadi juru bicara di hadapan awak media.

Wakil Ketua Umum DPP PAN, Viva Yoga Mauladi bahkan mengakui bahwa partainya sudah dilabeli sebagai partainya para artis. Singkatan PAN juga sering diplesetkan menjadi Partai Artis Nasional.

“Ada banyak artis yang bergabung sama kita. Karena PAN, partai artis nasional," ungkapnya.

Sebagai partai yang mewadahi banyak artis, PAN memberi mereka jabatan mentereng baik di parlemen maupun di kepengurusan partai. Seperti Desy Ratnasari yang menjabat sebagai Ketua DPW PAN Jawa Barat dan dijagokan menjadi calon gubernur Jawa Barat.

Kemudian ada Eko Hendro Purnomo yang akrab disapa Eko Patrio yang kemudian diberi jabatan sebagai Ketua DPW DKI Jakarta. Dia mengklaim selama masa jabatannya memegang wilayah DPW DKI Jakarta, jumlah kursi di Senayan dari dapilnya bertambah. Sehingga dia meyakini dedikasinya sebagai anggota legislatif dan kader partai telah mumpuni walaupun baru saja terjun sebagai politisi.

“Alhamdulillah setelah saya diterjunkan, akhirnya dari tidak adanya kursi alias zero kursi. Sekarang setelah saya terjun akhirnya punya dua kursi di DPR. Di DPRD yang sebelumnya hanya ada dua kursi DPRD kini menjadi sembilan kursi DPRD. Insyaallah di 2024 kita berharap bisa dikali dua," ungkapnya.

Eko juga membela sejumlah teman sejawatnya yang kini aktif di parlemen. Menurutnya, para artis memiliki kemampuan menyuarakan isu lebih nyaring dibanding politisi lainnya dengan latar belakang yang berbeda. Dia berharap kemampuan para pesohor dalam melantangkan isu menjadi daya tarik yang ditonjolkan daripada hanya sekedar menjadi pengumpul suara di setiap pemilu.

"Lihat saja Uya Kuya, dia sudah mengadvokasi orang baik, ada TKI atau TKW, dia juga bisa membongkar kasus orang yang terperangkap di dalam penjara. Teman-teman semua bicara sesuai dengan komisinya yang ada," terangnya.

VARREL BRAMASTA RESMI GABUNG PAN

Wakil Ketua Umum DPP PAN Viva Yoga Mauladi (kanan) berfoto bersama Ketua DPW PAN Eko Hendro Purnomo (kiri), Wakil Ketua Umum PUAN AMANAT Putri Zulkifli Hasan (ketiga kiri) dan aktor yang juga kader PAN Varrel Bramasta (kedua kiri) pada acara perkenalan kader baru PAN di kantor DPP PAN, Jakarta, Kamis (9/2/2023). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/nym.

Rekrutmen Artis, Tanda Partai Lemah dalam Proses Regenerasi Kader?

Majunya para artis menjadi anggota legislatif diwarnai pro dan kontra. Selain karena minimal pengalaman di bidang politik, sejumlah catatan kelam juga mewarnai perjalanan anggota legislatif di Senayan. Seperti anggota legislatif dari Fraksi Partai Gerindra, Mulan Jameela yang ditetapkan sebagai anggota DPR walaupun suaranya hanya 24.192. Melalui sejumlah mekanisme Pergantian Antar Waktu (PAW) yang terkesan dipaksakan.

Selanjutnya, kasus Anggota Legislatif dari Fraksi PDIP, Harvey Malaiholo yang terkena kasus menonton video porno saat rapat kerja berlangsung. Harvey bebas dari tuntutan karena dianggap tidak sengaja saat menonton video porno tersebut.

Politisi Golkar, Nurul Arifin yang sempat aktif menjadi aktris di era 80-an, meminta kepada setiap selebritas yang sudah dan ingin aktif menjadi politikus agar mengukuhkan niatnya. Dia meminta agar mereka fokus membantu rakyat yang sudah memilihnya saat pemilu.

"Focus being a politician (Fokus menjadi politisi)," ungkapnya.

Melihat fenomena tersebut, Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik (Puskapol) Universitas Indonesia, Hurriyah menyebut adanya pragmatisme politik dalam proses rekrutmen para artis untuk menjadi caleg.

Selain dua kasus di atas, Hurriyah juga menyoroti banyaknya selebritas yang telah terpilih menjadi anggota legislatif, tapi masih aktif wira-wiri di stasiun televisi. Dia menyebut para artis tersebut seakan menjadikan jabatan di parlemen hanya sekadar kerja sampingan, dan bukan pengabdian.

"Saya masih jarang menemukan selebriti yang bertransformasi menjadi politisi dan sepenuhnya pindah dunia. Tetapi masih banyak dari mereka yang masih aktif di dunia entertainment dan tetap dilakukan. Seakan pekerjaan menjadi politisi hanya sekedar menjadi sampingan," ujarnya.

Hurryah menegaskan pentingnya pendidikan kader partai sehingga fenomena rekrutmen artis hanya sekadar menjadi pengumpul suara tidak lagi terjadi. Jika partai masih pragmatis, niscaya di setiap pemilu hanya akan berorientasi pada jumlah kemenangan suara dan bukan pada aspirasi rakyat.

"Ini problem utamanya bukan ada di artisnya, tapi karena partai yang pragmatis. Karena mereka hanya berorientasi pada pemenangan pemilu. Di sini terlihat betapa gagalnya partai dalam regenerasi kader. Dan bisa disebut partai mengalami disfungsi," tegasnya.

Baca juga artikel terkait PEMILU 2024 atau tulisan lainnya dari Irfan Amin

tirto.id - Politik
Reporter: Irfan Amin
Penulis: Irfan Amin
Editor: Abdul Aziz