Menuju konten utama

Saat Iran Tembak AS via Drone, Alutsista Andalan Paman Sam

Semenjak 2010, angkatan udara AS melatih lebih banyak pilot drone dibandingkan pilot pesawat biasa.

Saat Iran Tembak AS via Drone, Alutsista Andalan Paman Sam
Sebuah pesawat Drone Global Hawk di Pangkalan Udara Misawa di Jepang utara, Jumat, 30 Mei 2014. AP Photo/Eric Talmadge

tirto.id - “Iran membuat kesalahan besar!” marah Donald Trump, Presiden Amerika Serikat, melalui akun Twitternya.

Kemarahan Trump berawal tatkala pada Kamis (20/6), Iran menembak jatuh Global Hawk, pesawat tanpa awak atau drone milik Amerika Serikat yang terbang di wilayah Selat Hormuz, yang terletak di antara Teluk Persia dan Teluk Oman. Iran berdalih serangan terhadap drone AS dilakukan karena Global Hawk melakukan aksi mata-mata di wilayahnya.

Namun, sebagaimana diwartakan Wired, Komando Pusat Amerika Serikat menegaskan bahwa Global Hawk berada di wilayah udara internasional, bukan di wilayah udara Iran, saat Iran menyerangnya. Dan tak lama kemudian, Letnan Jenderal Josep Guastella, Kepala Militer AS di Timur Tengah, disampaikannya pada The Washington Post, menegaskan bahwa serangan Iran itu “merupakan serangan yang berbahaya dan dapat meningkatkan eskalasi AS-Iran.” Lantas, karena lokasi ditembaknya drone AS berada di dekat jalur penerbangan sipil, aksi ini pun disebut dapat mengganggu keamanan internasional.

Selain menghujat di Twitter, sebelum melakukan rapat kenegaraan dengan Justin Trudeau, Trump menyatakan bahwa serangan pada drone AS dilakukan pejabat “bodoh”. Lebih genting, di sore hari, ia memerintahkan militer AS melakukan serangan udara pada fasilitas baterai untuk radar dan misil Iran. Untungnya, perintah dibatalkan sebelum militer sempat beranjak ke Iran.

Tensi hubungan AS-Iran tengah panas sebelum Global Hawk ditembak jatuh. Beberapa minggu lalu, AS menyebut bahwa Iran berada di balik serangan kapal tanker yang sedang berada di Teluk Oman. Lantas, Iran pun diketahui menyerang drone AS lainnya yakni MQ-9 Reaper One, tak lama selepas fitnah AS dilancarkan.

Dan kesuksesan menembak jatuh drone AS oleh Iran tak hanya sekali. Pada 2011, Iran sukses menangkap US RQ-170 Sentinel. Yang unik, drone itu lalu dilucuti Iran untuk diambil teknologinya. Tahun lalu, Israel yang sukses menangkap drone Iran menyatakan bahwa drone tersebut merupakan “copy-paste” dari RQ-170 Sentinel.

Mainan Mahal

Global Hawk atau Northrop Grumman RQ-4 Global Hawk adalah pesawat tanpa awak atau drone yang dirancang perusahaan Ryan Aeronautical. Pada 2001, di awal pengembangan, biaya pembuatan satu unit Global Hawk mencapai $60 juta. Namun, nilainya melonjak tajam menjadi lebih dari $222 juta per unit pada 2013.

Global Hawk, hari ini, adalah salah satu drone milik AS yang tidak memiliki pembanding sejenis dari negara-negara lain. Alasan utamanya, Global Hawk, salah satunya dipersenjatai high-resolution synthetic aperture radar (SAR), long-range electro-optical/infrared (EO/IR) sensor. Kedua kekuatan itu memampukan Global Hawk mengawasi atau memata-matai area seluas 100 ribu kilometer persegi.

Drone yang memiliki panjang sayap 130 kaki itu dapat take-off dengan beban seberat 16 ton. Akibatnya, Global Hawk dapat ditambahi mesin pengintai lain yang lebih canggih. Terakhir, ia sanggup terbang hingga 12 ribu mil laut dengan ketinggian di atas 60 ribu kaki, plus drone ini sanggup terbang 34 jam tanpa jeda.

Singkat kata: Global Hawk adalah mesin mata-mata tercanggih AS.

Rekam jejak telah membuktikan. Dilansir Wired, Global Hawk sukses memata-matai misil anti-pesawat di Libya, memonitor kehancuran radiologis di Jepang, dan menangkap pergerakan kelompok radikal di Afganistan dan kartel narkoba di Meksiko. Tercatat, Global Hawk telah melakukan 119 misi mata-mata.

“Global Hawk adalah pesawat pengintai intelijen jarak jauh yang lebih mahal, lebih tinggi, lebih berkemampuan tinggi,” tegas direktur Missile Defense Project at the Center for Strategic and International Studies, Thomas Karako.

Iran yang sukses menembak jatuh mainan mahal nan berbahaya AS itu jelas membikin Trump gusar.

Secara umum, drone telah menjadi andalan AS untuk aksi pertahanan dan serangannya. Laporan yang dipublikasikan The Bureau of Investigation Journalism menyebutkan bahwa drone, ketika AS di bawah Pemerintahan Barack Obama, telah digunakan dalam 563 serangan di Pakistan, Somalia, dan Yaman. Pemakaian drone oleh militer AS pada masa Obama meningkat dibandingkan presiden pendahulunya, George W Bush. Pada masa pemerintahan Bush, AS hanya melakukan 57 serangan menggunakan drone.

Infografik Drone Global Hawk

Infografik Drone Global Hawk. tirto.id/Nadya

Lebih jauh dari masa Obama atau Bush, drone alias RPV alias Remotely Piloted Vehicles pun telah digunakan oleh AS dalam perang melawan Vietnam. Dalam perang Vietnam, AS mengerahkan 3 ribu unit. Dan lebih jauh dari itu, penggunaan pesawat tanpa awak oleh AS, telah diungkap pada 1965 oleh Cina. Kala itu, terungkapnya kepemilikan drone AS terjadi manakala Cina berhasil menembak jatuh drone yang digunakan AS.

Allison L. Rowland dalam studinya yang berjudul “Life-Saving Weapons: The Biolegitimacy of Drone Warfare” (2016) mengatakan semenjak 2010 angkatan udara AS melatih lebih banyak pilot drone dibandingkan pilot pesawat biasa. Setelah beberapa hari berkuasa, Obama menandatangani aturan soal serangan udara militer memanfaatkan drone.

Karena dikendalikan jarak jauh dan umumnya bekerja di wilayah udara yang sangat tinggi, drone memiliki kelemahan. Dalam tulisan ilmiah berjudul “Drones, Vertical Mediation, and the Targeted Class” (2016) yang ditulis oleh Lisa Parks, sebuah laporan pada 2010 menyebutkan 32 persen serangan drone justru mengenai masyarakat sipil, bukan sasaran serangan sesungguhnya.

Baca juga artikel terkait DRONE atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Politik
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Maulida Sri Handayani