Menuju konten utama

Rutin Minum Kopi Memperlambat Penuaan

Kebiasaan minum kopi secara teratur dapat membuat tingkat inflamasi menjadi rendah seiring dengan proses penuaan. Dengan begitu, kafein tak hanya membantu memperlambat penuaan tapi juga menghambat timbulnya penyakit kronis yang diakibatkan inflamasi.

Rutin Minum Kopi Memperlambat Penuaan
Barista perempuan profesional meracik kopi pesanan di salah satu warung kopi di Lhokseumawe, Aceh, Senin (10/10). ANTARA FOTO/Rahmad.

tirto.id - Jika merujuk pada pertanyaan klise soal “Apakah kopi buruk bagi kesehatan?”, sejumlah peneliti kini justru lebih sepakat bahwa jawabanya: “Tidak”. Sebabnya, studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Medicine menemukan bahwa orang tua dengan tingkat peradangan rendah, ternyata punya kesamaan: mereka semua peminum kopi. Untuk diketahui, tingkat peradangan atau inflamasi tinggi dapat mendorong banyak penyakit-penyakit kronis.

"Semakin banyak kafein yang dikonsumsi orang, semakin mereka terlindungi dari peradangan kronis," jelas peneliti David Furman, yang juga sebagai profesor rekan di Institute for Imunity, Transplantation, and Infection di Stanford University. "Tidak ada batasan [untuk minum kopi], rupanya."

Dalam studi tersebut, Furman dan rekan-rekannya menganalisis sampel darah dari 100 orang muda dan tua. Orang-orang yang lebih tua dilibatkan karena cenderung memiliki lebih banyak aktivitas gen yang terkait peradangan, dibandingkan dengan kaum muda. Ini tidak mengherankan, karena orang-orang yang menua, peradangan di seluruh tubuhnya juga cenderung naik.

Penyakit kronis dalam proses penuaan: diabetes, hipertensi, masalah jantung, kanker, gangguan sendi, dan Alzheimer, semua diyakini memiliki kesamaan inflamasi. "Sebetulnya, kebanyakan penyakit penuaan tidak benar-benar penyakit penuaan, tetapi penyakit peradangan," ungkap Furman. Ia menambahkan, semakin aktif gen penuaan ini, orang-orang akan cenderung memiliki tekanan darah tinggi dan aterosklerosis.

Orang-orang yang lebih tua dengan tekanan darah dan aterosklerosis rendah bahkan lebih terlindungi dari peradangan. Mereka yang masuk dalam kelompok tersebut rupanya juga memiliki kegemaran yang sama: semua mengkonsumsi kafein secara teratur.

Seperti dilaporkan TIME, orang yang minum lebih dari lima cangkir kopi sehari menunjukkan tingkat yang sangat rendah aktivitas pada jalur gen pembawa inflamasi. Sebabnya, para peneliti menjelaskan, kafein mampu menghambat sirkuit ini dan mematikan jalur inflamasi.

“Tujuannya bukan untuk membuat setiap jejak peradangan menghilang,” salah satu ilmuwan menegaskan. Bahkan, inflamasi merupakan fungsi penting dari sistem kekebalan tubuh, yang berguna melawan infeksi dan menghilangkan senyawa beracun.

Namun bersamaan dengan proses penuaan, fungsi inflamasi ini tidak berjalan dengan baik dalam tubuh seperti saat pada usia muda. "Dalam penuaan jelas ada sistem yang berhenti sehingga kita jadi kurang efektif dalam mengelola peradangan ini," kata Mark Davis, direktur institut di Stanford.

Davis melanjutkan, dalam penelitian ini pihaknya dapat mengidentifikasi jalur tertentu yang tidak berhubungan dengan peradangan sebelumnya. “Kami mampu menunjukkan, dengan gambar resolusi lebih tinggi, penuaan dan hal-hal yang patut ditandai sebagai peradangan,” paparnya.

Inti dari penelitian ini adalah untuk mengetahui saat respon inflamasi mulai lepas kendali. Sementara itu, melalui sebuah studi yang akan datang, Furman dan rekan-rekan ilmuwan berencana menyelidiki sistem kekebalan tubuh dari 1.000 orang.

Dari situ, ia berharap dapat mengembangkan berbagai jangkauan referensi terkait komponen sistem kekebalan tubuh yang dapat memberitahu orang-orang saat berada pada tingkat normal. Bahkan, referensi itu juga diharapkan dapat membantu mereka yang berisiko tinggi menghindari kondisi kronis akibat peradangan.

Sementara itu, mengikuti kebiasaan orang dewasa yang punya tingkat inflamasi rendah dengan rutin minum satu atau dua cangkir kopi, mungkin ide yang baik untuk saat ini.

Baca juga artikel terkait KAFEIN atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Gaya hidup
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari