Menuju konten utama

Rupiah Melemah, Harga Buah Impor Masih Stabil

Harga buah impor relatif masih stabil dan tak terpengaruh oleh melemahnya rupiah.

Rupiah Melemah, Harga Buah Impor Masih Stabil
Calon pembeli memilah buah impor di pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (28/11). Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Gardjita Budi mengatakan buah lokal kalah bersaing dengan buah impor disebabkan karena volume dan kualitas produksi buah lokal yang tidak stabil, penanganan buah pasca panen dan ketersedian pasokan pasca panen. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa.

tirto.id -

Penguatan dolar AS hingga level Rp15 ribu, tidak membuat harga buah impor lebih mahal dan dampak negatif juga belum signifikan terhadap importir buah.

Menurut Ketua Umum Asosiasi eksportir Importir buah dan Sayuran Segar Indonesia (Aseibssindo) Khafid Sirotuddin, hal itu terjadi lantaran anggotanya sejak 2 tahun terakhir ini sudah mengurangi importasi buah rata-rata 40-60 persen. Buah impor yang dikurangi merupakan buah subtropis, seperti apel, anggur, dan pir.

"Sudah 2 tahun ini kami sudah kurangi impor karena buah nusantara produknya banyak, harganya murah lagi, siapa yang mau rugi, apalagi dolarnya naik saat ini," ujar Khafid kepada Tirto pada Rabu (12/9/2018).

Selain itu, Khafid menjelaskan, pihaknya juga tak melakukan impor buah tropis. "Kalau kita ada produk dari petani rakyat, kenapa kita impor? Seperti kelengkeng, buah naga yang di sini harganya Rp10 ribu per kilogram, impor di atas Rp25 ribu kilogram," ujarnya.

Ia mengatakan harga buah tidak dinaikkan oleh para importir anggotanya. Sebab harga beli dari eksportir asing masih menggunakan nilai dolar AS beberapa bulan sebelumnya.

Ada proses pengadaan buah impor ke dalam negeri kurang lebih 1-1,5 bulan lamanya. "Impor prosesnya setelah dapat SPI (Surat Persetujuan Impor), baru order ke eksportir negara yang dituju, menyiapkan barang, shipping jaraknya bisa 1-1,5 bulan baru sampai," terangnya.

Ditanya lebih lanjut mengenai kuota impor buah, ia enggan menjawab. Hanya saja, ia melempar jawaban kepada pihak Kementerian Perdagangan yang menurutnya tidak transparan mengenai kuota impor buah.

"Kuota impor ini tolong ditransparankan. Sekarang siapa bilang transparan? Tanya saja kepada Depdag (Departemen Perdagangan). Kalau dia bilang transparan, transparan dimana? Pernah enggak dia mengumumkan kuota? Masalahnya bukan ada di kami, tapi ada di regulator," ujarnya.

Ia menambahkan pihaknya mendukung adanya pengurangan impor buah, untuk mendorong promosi produk buah lokal dengan asumsi produksi di dalam negeri mencukupi, dan itu baik juga untuk kurs rupiah. "Pemerintah perlu membenahi regulasi untuk mesti merubah transaksi di peti kemas pakai rupiah saja," ujarnya.

Baca juga artikel terkait NILAI RUPIAH atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Agung DH