Menuju konten utama

Rumah Tahan Gempa RISHA: Komponen, Kekurangan, dan Kelebihannya

Kementerian PUPR mengeluarkan inovasi RISHA untuk mewujudkan rumah tahan gempa. Berikut definisi RISHA, komponen, keunggulan, dan kelemahannya.

Rumah Tahan Gempa RISHA: Komponen, Kekurangan, dan Kelebihannya
Ilustrasi Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA). RISHA bantuan pemerintah untuk nelayan di Desa Kedungmalang, Jepara, Jawa Tengah, Senin (27/7/2020). ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/pras.

tirto.id - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah memperkenalkan inovasi rumah tahan gempa bernama RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat) sejak 20 Desember 2004. Inovasi tersebut berupa rancangan teknologi konstruksi bangunan rumah tinggal dengan komponen kompak, berukuran modular, serta menggunakan sistem bongkar pasang atau knock down yang disediakan secara pabrikasi.

Konsep ini terinspirasi dari permainan lego yang dapat diubah dan disusun sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Sama halnya seperti lego, desain RISHA merupakan perwujudan desain modular, yaitu konsep yang membagi sistem menjadi bagian-bagian kecil (modul) dengan ukuran yang efisien agar dapat dirakit menjadi sejumlah produk yang berbeda-beda.

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan di laboratorium dan lapangan, menunjukkan bahwa bangunan RISHA memiliki keandalan terhadap beban gempa sampai dengan daerah zonasi 6, daerah berisiko gempa paling tinggi di Indonesia. Beberapa indikator pengujiannya meliputi uji tekan, uji geser, uji lentur, dan uji bangunan penuh pada bangunan RISHA dua lantai

Inovasi ini bisa jadi berita bagus bagi masyarakat yang ingin membangun rumah tahan gempa. Terlebih di Indonesia, yang merupakan salah satu negara rawan gempa di dunia. Ini disebabkan letak geografis wilayah tanah air yang berada di atas lempeng tektonik besar dunia yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik.

Komponen RISHA

Untuk membangun RISHA, terdapat lima komponen yang diperlukan yaitu komponen struktural, komponen atap, pondasi, non-struktural, dan utilitas. Berikut penjelasannya sebagaimana dikutip dari Buku panduan berjudul RISHA Rumah Instan Sederhana Sehat terbitan Kementerian PUPR dan Pengembangan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman.

1. Komponen Struktural

Komponen struktural berfungsi sebagai pendukung berdirinya bangunan (rumah tinggal). Jika komponen struktural dihilangkan, bangunan berisiko rusak dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Komponen struktural terbagi lagi ke dalam tiga sistem yakni sistem pondasi, rangka, dan atap.

Pada teknologi RISHA, komponen struktural utamanya terdiri dari 3 panel, meliputi: panel struktural tipe 1, panel struktural tipe 2, dan panel simpul atau penyambung. Ketiganya tergolong sebagai sistem rangka.

2. Komponen Atap

Komponen struktur atap terdiri dari kuda-kuda alias rangka yang berguna untuk menopang atap. Kuda-kuda yang digunakan dalam teknologi RISHA dibuat dari bahan kayu. Persyaratan bahan kayu untuk kuda-kuda mempertimbangkan kondisi, jenis, dan ukuran kayunya.

3. Komponen Pondasi

Sistem RISHA juga memerlukan pondasi untuk menjaga agar panel struktural RISHA dapat berdiri tegak dan menapak tanah dengan baik atau tidak mudah bergeser.

4. Komponen Non-Struktural

Komponen non-struktural berfungsi untuk menjalankan fungsi rumah sebagai tempat berlindung dan memberi kenyamanan bagi penghuni. Ada tiga yang termasuk dalam komponen non-struktural yakni panel masif (dinding), jendela, dan pintu.

5. Komponen Utilitas

Komponen utilitas adalah komponen pada bangunan yang berfungsi sebagai sarana penunjang kegiatan penghuni dalam suatu bangunan. Komponen utilitas dalam teknologi RISHA dibatasi pada kamar mandi, sistem jaringan air bersih, dan sistem pengelolaan air limbah.

Keunggulan dan Kelemahan RISHA

Sebagaimana inovasi bangunan lainnya, RISHA memiliki sejumlah keunggulan dan kelemahan yang mungkin perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk membangun atau membeli RISHA.

Berikut keunggulan dan kelemahan RISHA menurut Ambarwati dalam tulisannya berjudul RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat) dapat menjawab tantangan Gerakan Nasional Pembangunan 1 Juta Rumah (GN-PSR) Setiap Tahun.

Keunggulan RISHA

  • Waktu pembangunan instalasi lebih cepat dibandingkan dengan teknologi konvensional, sepuluh kali lebih cepat dari pembangunan rumah biasa.
  • Jumlah tenaga kerja untuk merakit teknologi ini cukup 3 orang saja. Dengan waktu yang singkat dan jumlah tenaga yang lebih sedikit, teknologi ini merupakan teknologi yang mendorong peningkatan produktivitas kerja.
  • Teknologi ini memiliki kemudahan dalam penjaminan mutu, karena proses produksinya terukur dan terkonsentrasi, terutama pada pembangunan skala massal. Mutu antara satu bangunan dengan bangunan lainnya akan sama.
  • Dari sisi konsumsi bahan bangunan, teknologi ini hanya mengkonsumsi sekitar 60% bahan bangunan dibandingkan dengan teknologi konvensional, sehingga teknologi lebih ramah lingkungan (hemat sumber daya alam, hemat energi, hemat pemeliharaan, hemat waktu) .
  • Karena mengacu pada ukuran modular, bahan bangunan yang terbuang relatif sangat kecil
  • Lapangan pekerjaan baru akan semakin terbuka, terutama di sektor industri material bangunan.
  • Bangunan ramah terhadap gempa
  • Dapat dikembangkan pada arah horizontal maupun vertikal sampai dengan dua lantai, tanpa harus merubah bagian bawah.

Kelemahan RISHA

  • Karena komponennya mengacu pada ukuran modular, ukuran denah menjadi begitu kaku.
  • Ukuran modular mengacu pada ukuran kelipatan 3 meter dan 1,5 meter. Bila memiliki lahan dengan ukuran di luar modul tersebut, anda berpotensi mengalami kesulitan.
  • Rumah ini menguntungkan jika dibangun dalam jumlah besar. Sebaliknya, tergolong mahal jika dibangun dalam jumlah satuan. Sebab, anda mesti berinvestasi pada cetakan. Disarankan untuk membangun RISHA sekitar 500 unit untuk tipe 21 sebab jumlah tersebut telah mencapai Break Even Point.

Baca juga artikel terkait RAGAM DAN HIBURAN atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Teknologi
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Muhammad Fadli Nasrudin Alkof