Menuju konten utama

Rugikan Bulog, Program BPNT Justru Dinilai Lebih Baik dari Rastra

Peneliti cum dosen Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santosa menilai BPNT tetap perlu dilanjutkan pemerintah terlepas dampaknya kepada Bulog.

Rugikan Bulog, Program BPNT Justru Dinilai Lebih Baik dari Rastra
Warga antre membuat kartu bantuan pangan non tunai (BPNT) di Kantor Desa Jatimulya, Lebak, Banten, Senin (24/6/2019). ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas.

tirto.id - Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) sempat menuai polemik karena dianggap menimbulkan kerugian bagi Perum Bulog. Kerugian Bulog ini diyakini berkaitan dengan penggantian skema penyaluran bantuan dari pemberian beras langsung seperti dalam beras sejahtera (rastra) menjadi kartu untuk dibelanjakan pangan yang dipilih sendiri atau skema BNPT.

Peneliti cum dosen Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santosa menilai BPNT tetap perlu dilanjutkan pemerintah terlepas dampaknya kepada Bulog. Dwi beralasan program ini tercatat jauh lebih baik dari pada pendahulunya, rastra.

Misalnya pada Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2018 lalu, ada peningkatan penyaluran beras sebanyak 46,3 persen dari sebelumnya melalui rastra.

“Dari November 2017 sampai Agustus 2018, penerima manfaat program BPNT mendapat beras 46,3 persen dari rastra. Dalam arti program tersebut sudah tepat karena dari anggaran yang sama melalui BPNT, masyarakat mendapat manfaat jauh lebih besar dari rastra,” ucap Dwi saat dihubungi reporter Tirto pada Jumat (28/6/2019).

Dwi menjelaskan bahwa ia kurang setuju bila BPNT diatur oleh pemerintah untuk menerima dari Bulog saja.

Menurutnya, walaupun Bulog saat ini merugi sebagai imbas BPNT, perusahaan pelat merah itu seharusnya merespons hal itu dengan pembenahan di internal sehingga mampu bersaing dengan penyalur beras lain yang sudah lama berkecimpung di BPNT.

“Nah, saya tidak setuju kalau kemudian diatur dalam arti harus menerima dari Bulog saja. Saya tidak setuju. Paling penting, Bulog meningkatkan profesionalisme di lembaga itu sendiri,” ucap Dwi.

Lagi pula, menurut Dwi, Bulog memiliki kelebihan seperti monopoli impor beras, infrastruktur dan jaringan gudang yang besar. Paling tidak, kata Dwi, Bulog punya kemampuan untuk melepas beras lebih murah dari lainnya.

Bila Bulog mampu membenahi dirinya sendiri, ia yakin beras perusahaan pelat merah ini mampu bersaing dengan pemasok swasta.

“Bulog masih memiliki ruang besar di i-warung untuk penyaluran beras, i-warung kan program pemerintah, Bulog jadi ada peluang besar,” ucap Dwi.

Baca juga artikel terkait BULOG atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri