Menuju konten utama

Rokok Elektrik Punya Dampak Buruk yang Sama dengan Tembakau

Rokok elektrik atau Vaping ternyata tidak lebih baik dari tembakau, dan punya dampak buruk bagi kesehatan. 

Rokok Elektrik Punya Dampak Buruk yang Sama dengan Tembakau
Pengguna rokok elektrik. REUTERS/Mark Blinch

tirto.id - Kekhawatiran tentang bahaya rokok elektrik atau e-rokok yang sekarang digunakan sebagai pengganti rokok konvensional menjadi semakin terbukti.

Sebuah penelitian terbaru menjelaskan bahwa orang dewasa yang memakai e-rokok atau vaping, secara signifikan lebih mungkin mengalami serangan jantung, penyakit arteri koroner dan depresi. Penelitian itu dipresentasikan di American College of Cardiology ke-68 dalam Sesi Ilmiah tahunan.

E-rokok atau vape atau vapor adalah perangkat genggam rokok elektronik yang dioperasikan dengan baterai.

Benda ini bekerja dengan memanaskan e-liquid, yang mungkin mengandung kombinasi nikotin, pelarut seperti gliserol, propilena atau etilena glikol dan sejumlah rasa serta bahan kimia lainnya.

Bahan-bahan ini setelah berada pada suhu yang cukup tinggi akan membuat aerosol atau uap yang kemudian dihirup dan dihembuskan oleh pengguna. Menurut Vindhyal, sekarang ada lebih dari 460 merek e-rokok dan lebih dari 7.700 rasa.

E-rokok telah mendapatkan popularitas sejak diperkenalkan pada tahun 2007, dengan penjualan meningkat hampir 14 kali lipat dalam dekade terakhir.

Tetapi mereka juga diperdebatkan dengan hangat dan dipuji oleh beberapa orang sebagai alternatif yang lebih aman daripada rokok tembakau. Sementara beberapa pihak justru menyorot soal kasus ledakan e-rokok yang terjadi.

Studi ini menemukan bahwa, pengguna e-rokok 56 persen lebih mungkin untuk mengalami serangan jantung dan 30 persen lebih mungkin untuk menderita stroke, dibanding yang bukan pengguna.

Penyakit arteri koroner dan masalah sirkulasi, termasuk gumpalan darah, juga jauh lebih tinggi di antara mereka yang menggunakan benda ini, masing-masing 10 persen dan 44 persen.

Kelompok ini juga dua kali lebih mungkin menderita depresi, kecemasan, dan masalah emosional lainnya.

"Ketika kami menggali lebih dalam, kami menemukan bahwa terlepas dari seberapa sering seseorang menggunakan e-rokok, setiap hari atau hanya pada beberapa hari, mereka masih cenderung mengalami serangan jantung atau penyakit arteri koroner," kata Mohinder Vindhyal asisten profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Kansas dan penulis utama penelitian.

Para peneliti melibatkan 96.467 responden dari Survei Wawancara Kesehatan Nasional, sebuah Pusat untuk survei Pengendalian Penyakit dan Pencegahan-lapangan dari Amerika, dari 2014, 2016 dan 2017.

Dalam analisis mereka, para peneliti melihat tingkat tekanan darah tinggi, serangan jantung, stroke, penyakit arteri koroner, diabetes dan depresi/kecemasan signifikan terjadi di antara mereka yang melaporkan menggunakan e-rokok baik beberapa hari atau setiap hari.

Mereka yang melaporkan menggunakan e-rokok adalah rata-rata berusia 33 tahun dan 40 tahun.

Namun hal yang sama tidak jauh berbeda dengan efek yang diterima oleh para perokok tradisional. Para peneliti membandingkan data untuk perokok dan bukan perokok tembakau.

Perokok tembakau tradisional juga memiliki peluang yang sangat tinggi untuk mengalami serangan jantung, penyakit arteri koroner dan stroke masing-masing meningkat 165, 94, dan 78 persen.

Mereka juga secara signifikan lebih mungkin memiliki tekanan darah tinggi, diabetes, masalah peredaran darah, dan depresi atau kecemasan.

"Rokok tembakau memiliki kemungkinan serangan jantung dan stroke yang jauh lebih tinggi daripada e-rokok, tetapi itu tidak berarti bahwa vaping aman," kata Vindhyal seperti dilansir Sciencedaily.

Baca juga artikel terkait ROKOK ELEKTRIK atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Febriansyah
Editor: Yandri Daniel Damaledo