Menuju konten utama

RNI Kaji Rencana Erick Thohir Soal Beli Peternakan Sapi di Belgia

Dirut RNI Arief Prasetyo Adi sebut rencana Erick agar perusahaan BUMN membeli peternakan sapi di Belgia dalam proses pengkajian.

RNI Kaji Rencana Erick Thohir Soal Beli Peternakan Sapi di Belgia
Peternak menjaga sapi miliknya yang terdampak banjir bandang di penampungan sementara di Waung, Tulungagung, Jawa Timur, Sabtu (9/3/2019). ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko/wsj.

tirto.id - Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Arief Prasetyo Adi mengatakan rencana Menteri BUMN Erick Thohir yang akan mengarahkan perusahaan pelat merah membeli peternakan sapi di Belgia dalam proses pengkajian. Hal ini demi mengurangi ketergantungan RI pada impor daging sapi yang terus berulang tiap tahun.

"Sebenarnya Pak Menteri juga membuka opportunity dari negara-negara lain. Kenapa kemarin Belgia karena dia melihat namanya belgian blue itu beratnya kurang lebih 900 kg sampai dengan 1,2 ton. Kami pelajari semua dengan mengundang ahli peternakan. Banyak yang kami pelajari, jadi belum final," kata dia dalam Press Conference virtual, Kamis (29/4/2021).

Ia menjelaskan, jika pembelian peternakan sapi sulit, maka terobosan-terobosan yang dilakukan demi memperbaiki defisit daging di RI perlu dicoba. Termasuk merealisasikan alternatif lain yaitu membawa perusahaan-perusahaan di sektor pengelola peternakan di luar negeri untuk masuk ke Indonesia sebagai investor.

"Bisa kita diskusikan misalnya Berdikari punya 6.000 ha di Sidrap. Apakah bisa dikerja samakan kemudian kami juga punya beberapa lokasi lain, ya kemudian teknologi dari teman-teman luar seperti Belgia atau ke depan ada Meksiko atau ada Australia," terang dia.

Keinginan Erick tersebut diungkapkan saat berpamitan dengan Duta Besar RI untuk Belgia Andri Hadi saat menghadiri acara webinar Milenial Hub: Milenial Fest x PPI Belgia, Sabtu (17/4/2021) lalu.

Erick memulainya dengan menanyakan bilamana ada peternakan sapi di Belgia sekiranya mau dijual oleh pemiliknya. Dubes Andri sempat salah memahami pernyataan Erick dan mengira Indonesia ingin membeli sapi Belgian Blue yang notabene produk pertanian unggulan negara Eropa itu.

Erick lantas segera mengoreksinya, “Bukan. (Tapi) peternakannya Pak Dubes kalau ada. Masa kita impor sapi terus 1,5 juta (ekor) tiap tahun. Gimana kalau peternakannya kita beli. BUMN yang beli.”

Andri yang akhirnya memahami maksud Erick kemudian menimpali, “Boleh itu pak. Sip, kami cari Pak.”

Indonesia memang sudah menjadi langganan impor daging bahkan trennya terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor daging Indonesia sempat mencapai 160.197 ton (2017) dan terus naik menjadi 207.427 ton (2018), 262.251 ton (2019), dan 223.423 ton (2020).

Impor sapi hidup juga sama. Dari semula 168.588 setara ton (2017) menjadi 204.682 ton (2018), 223.100 ton (2019), dan 153.100 ton (2020).

Meski sudah lelah-lelah mengimpor, pasokan dalam negeri juga beberapa kali tak mencukupi. Alhasil harga daging di pasar kerap mengalami kenaikan khususnya jelang hari raya Lebaran.

Pada 2020, ketergantungan impor Indonesia akhirnya bernasib malang karena sejumlah negara pemasok menutup diri karena khawatir penularan COVID-19 sehingga menghambat arus perdagangan termasuk impor daging RI.

Pada 2021, masalah semakin runyam saat sumber utama impor sapi bakalan RI yaitu Australia mengalami penurunan produksi dan menyebabkan kenaikan harga drastis. Saat pemerintah berupaya mencari alternatif impor, pilihan-pilihan itu juga tak bisa terealisasi karena alasan jarak, penyakit hewan, sampai tak terpenuhinya standar halal.

Baca juga artikel terkait PETERNAKAN SAPI atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Abdul Aziz