Menuju konten utama

Rizal Ramli: Jika Prabowo Bisa Buat Ekonomi Tumbuh 8%, Upah Naik

Rizal Ramli menyatakan kenaikan upah buruh yang signifikan bisa tercapai jika pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 8 persen per tahun. 

Rizal Ramli: Jika Prabowo Bisa Buat Ekonomi Tumbuh 8%, Upah Naik
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto menyapa buruh saat menghadiri acara Hari Ulang Tahun (HUT) Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) ke-20 di Kelapa Gading, Jakarta, Rabu (6/2/2019). ANTARA FOTO/Putra Haryo Kurniawan/hp.

tirto.id - Mantan Menko Bidang Kemaritiman Rizal Ramli menyatakan pertumbuhan ekonomi yang hanya di sekitar angka 5 persen seperti saat ini sulit untuk mengerek upah buruh secara signifikan.

Rizal menyatakan hal itu ketika berbicara di acara perayaan ulang tahun Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) ke-20 di Sports Mall, Kelapa Gading, Jakarta Utara pada Rabu (6/2/2019).

Menurut Rizal, pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, yang didukung FSPMI, harus mengerek pertumbuhan ekonomi menjadi 8 persen per tahun jika menang Pilpres 2019 agar aspirasi buruh soal upah terpenuhi.

"Siapa dari calon presiden yang bisa membuat ekonomi Indonesia tumbuh 8 persen?" Ucap Rizal di depan para buruh anggota FSPMI.

Sontak pertanyaan itu dijawab buruh dengan berteriak, "Prabowo." Kemudian, Rizal menjelaskan upah buruh yang minim berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi yang tidak tinggi.

Dia berpendapat, jika pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan hingga 8 persen, upah pekerja dapat naik dengan sendirinya.

"Kalau hanya tumbuh seperti sekarang, mandek di 5 persen, upah buruh sulit untuk naik. Tapi kalau Prabowo bisa kasih pertumbuhan ekonomi 8 persen, upah buruh pasti naik," ucap Rizal.

Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2018 memang hanya 5,17 persen. Angka pertumbuhan itu merupakan yang terbaik sejak 2014.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan target pertumbuhan ekonomi mencapai 7 persen, yang pernah dicanangkan Presiden Joko Widodo di awal kepemimpinannya, memang sulit tercapai.

Di antara yang selama ini dinilai menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia ialah faktor dari luar negeri, seperti perang dagang dan efek kenaikan suku bunga bank sentral AS. Kondisi ini diperparah oleh neraca perdagangan Indonesia yang terus mengalami defisit.

"Target (pertumbuhan ekonomi) 7 persen berat sekali apalagi kalau memperhatikan (kondisi) perekonomian global," ucap Suhariyanto.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Politik
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Addi M Idhom