Menuju konten utama

Riwayat Risin, Racun Biji Jarak dan Modal Upaya Pembunuhan Presiden

Risin 6.000 x lebih mematikan ketimbang sianida, 12.000 x lebih mematikan ketimbang racun ular derik. Gejalanya tidak langsung muncul, dan hingga kini belum ada obat penawarnya.

Riwayat Risin, Racun Biji Jarak dan Modal Upaya Pembunuhan Presiden
Petugas keamanan Pentagon memeriksa surat di mail screening Pentagon. Senin, 1 Oktober, Pentagon menerima 2 buah surat yang ditujukan kepada Menteri Pertahanan Jim Mattis dan Kepala Operasi Angkatan Laut Admiral John Richardson yang diduga mengandung racun risin. Military Times/Tara Copp.

tirto.id - Kiriman surat yang diduga mengandung racun berbahaya bikin was-was otoritas pertahanan Amerika Serikat, Pentagon, pada Selasa (2/10/208) waktu setempat. Surat dialamatkan kepada Presiden Donald J. Trump, Menteri Pertahanan Jim Mattis dan kepala Angkatan Laut Laksamana John Richardson.

New York Times melaporkan barang mencurigakan tersebut diterima Pentagon pada Minggu (30/9/2018) waktu setempat. Setelah diperiksa, surat-surat kemudian diserahkan kepada Biro Federal Investigasi AS atau FBI pada Selasa untuk diselidiki lebih lanjut.

Surat belum sempat sampai ke tangan Trump, kata juru bicara Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders. Surat bahkan belum sampai ke bagian gedung utama Pentagon sebab departemen urusan pengiriman ada di bagian bawah tanah.

Baik Gedung Putih maupun Pentagon tidak memberikan detail terkait racun. Media mengasumsikannya sebagai risin, produk olahan dari biji pohon Jarak (Ricinus communis) yang memang sering dipakai dalam upaya pembunuhan elite politik.

Sehari selanjutnya, Rabu (3/1/2018), diketahui bahwa isi surat bukan risin, melainkan biji pohon Jarak. Di hari yang sama FBI mengamankan seorang veteran Angkatan Laut AS yang diduga sebagai pengirim surat. Namanya William Clyde Allen III. Ia ditangkap di rumahnya di Logan, Utah.

Penyelidikan lebih lanjut sedang berjalan. Sementara itu publik AS belum lupa bagaimana upaya melukai politisi level negara bagian hingga yang nasional juga pernah dilancarkan pelaku lain dengan memakai metode yang sama.

Popular Science mencatat satu dosis risin seukuran beberapa butir garam cukup untuk membunuh orang dewasa yang menghirup, menelan, atau menyuntikkannya ke dalam pembuluh darah. Rata-rata orang dewasa akan tumbang hanya dengan 1,78 miligram risin.

Risin adalah protein beracun dari biji tanaman yang punya banyak nama di Indonesia: Jarak Pagar, Jarak Pohon, atau Biji Kasturi. Nama dalam bahasa Inggrisnya “castor bean”. Minyak yang dihasilkan bernama minyak Kastroli.

Daya racun alias toksisitas risin murni sangat tinggi. Zat yang pertama kali ditemukan ilmuwan Jerman Peter Herrmann Stilmark pada 1888 ini lebih mematikan 6.000 kali ketimbang racun sianida. Risin juga 12.000 kali lebih mematikan dibandingkan racun ular derik.

CNN Health melaporkan efek jika seseorang menghirup risin adalah berhenti bekerjanya sistem pernapasan dan sirkulasi, dan 36 hingga 48 jam kemudian yang bersangkutan akan meninggal.

Jika tertelan atau tersuntikkan ke dalam tubuh, risin akan menyebabkan mual dan muntah. Risin membuat pendarahan di organ internal terutama pada lambung dan usus. Efek lanjutannya ialah kegagalan hati, limpa, dan ginjal. Jika risin tidak dikeluarkan dari tubuh, korban akan meninggal akibat kerusakan sistem peredaran darah.

Risin murni adalah hasil ekstraksi biji Jarak. Biji Jarak sendiri mengandung beberapa persen risin. Biji Jarak yang masih terbungkus kulit tidak berbahaya jika tertelan, namun jika kulitnya robek, racun risin akan masuk ke sistem pencernaan tubuh. Kasusnya cukup jarang, tapi tetap mengancam nyawa.

Ada dua hal mengerikan lain soal risin. Pertama, jika terpapar, tidak akan langsung ada gejala. Butuh waktu beberapa jam hingga beberapa hari untuk gejala muncul, dan biasanya sudah makin susah ditangani.

Kedua, belum ada obat penawarnya. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menegaskan hal ini di laman resminya. Pemerintah Inggris dan AS telah mencoba menjajaki formulanya dalam beberapa dekade terakhir. Ada progres, tapi secara umum masih nihil.

Jika ada korban yang terpapar risin, upaya penanggulangannya sangat terbatas. Pertama, ia mesti segera dibawa ke rumah sakit terdekat. Jika tertelan, risin akan coba dikeluarkan dengan cara dipompa untuk mencegah racun mencapai sistem gastrointestinal. Itu saja. Tidak lebih. Lagi-lagi, karena belum ada obat penawarnya.

Daya mematikan risin membuat zat ini beberapa kali dikirim dalam bentuk paket atau surat kepada politisi elite, terutama di AS, dalam sebuah percobaan pembunuhan.

Pada awal Februari 2004 Evening Standard melaporkan ada sebuah paket berisi risin yang dikirim untuk Presiden George W. Bush. Kasusnya sebenarnya terjadi pada November 2003. Dalam lima bulan sebelumnya paket serupa juga dikirimkan untuk beberapa elite politisi AS, terutama dari Partai Republikan.

Pada tahun 2011 FBI menangkap empat laki-laki di negara bagian Georgia yang dituduh merencanakan pembunuhan terhadap beberapa politisi, pesohor media, dan warga sipil AS. Mereka membentuk kelompok milisi, dan aksi teror mereka tujukan untuk “menyelamatkan negeri ini”.

Guardian melaporkan bahwa salah satu tersangka, Samuel J. Crump, merencanakan akan membuat sekitar 4,5 kilogram risin lalu menyebarkannya ke beberapa kota besar di Amerika. Mereka akan menyebarkannya di langit Washington D.C. memakai pesawat, sambil kemungkinan menjatuhkan bahan peledak ke para target.

Presiden Barack Obama tak luput dari ancaman risin. Surat beracun risin dikirim ke Gedung Putih pada 17 April 2013. Sehari sebelumnya surat beracun risin turut terdeteksi oleh otoritas Washington D.C. sebelum sampai ke tangan Senator Roger Wicker.

Sebulan setelahnya Obama kembali mendapat surat mengandung risin. Ia tak sendirian. Beberapa politisi elite lain turut jadi target. Salah satunya adalah mayor Kota New York, Michael Bloomberg. Arsip USA Today menyebutkan pelakunya adalah aktris televisi Shannon Ricardson.

Shannon awalnya melapor ke polisi bahwa suaminya, Nathan Richardson, mengirim surat risin ke beberapa politisi. Nathan kemudian memberi tahu polisi bahwa Shannon menjebaknya. Investigasi lanjutan mengonfirmasi pembelaan Nathan. Shannon memang pelaku di balik pengiriman surat ancaman tersebut.

Shannon ditangkap pada 7 Juni 2013. Sehari sebelumnya ia sudah memberi pengakuan, dan mengulangnya di depan hakim pengadilan. Pada 10 Desember 2013 ia dinyatakan bersalah dan diancam kurungan penjara selama 18 tahun.

Infografik Risin Membunuhmu

Para politisi tersebut adalah contoh target yang selamat. Sejarah mencatat risin pernah beberapa kali membunuh korban, yang rata-rata hasil konspirasi tingkat tinggi. Salah satunya adalah Georgi Markov, salah satu korban pembunuhan berencana yang diduga didalangi oleh pemerintah Rusia.

Markov adalah penulis yang amat kritis terhadap rezim komunis Bulgaria, negara kelahirannya. Pada awal 1970-an posisinya kian terancam, sehingga memutuskan untuk pindah ke Inggris.

Pada 7 September 1978 Markov sedang berjalan di Jembatan Waterloo, London. Pagi itu ia seperti biasa berjalan menuju halte bus untuk perjalanan menuju tempat kerjanya di BBC.

Tiba-tiba ia merasa sengatan di kaki kanannya, seperti digigit serangga. Saat menoleh ke belakang ia melihat seorang laki-laki mengambil payung yang tergeletak di jalan. Markov rubuh, lalu dibawa ke rumah sakit.

Kondisi Markov bukannya mengalami perbaikan, tetapi justru makin kritis. Risin di dalam tubuhnya menggerogoti sistem pencernaan dengan amat efektif. Pada tanggal 11 September 1978, tiga hari usai insiden penembakan, Markov meninggal dunia.

Hasil investigasi kepolisian, merujuk laporan Guardian, menyatakan bahwa laki-laki pemegang payung adalah pelaku penembakan terhadap Markov. Payungnya sudah dimodifikasi untuk sekaligus berfungsi sebagai senjata yang berisi peluru yang mengandung racun risin.

Ia diduga sebagai polisi rahasia Bulgaria yang dimintai bantuan oleh badan intelijen Soviet, KGB. Tugasnya tak lain adalah untuk melenyapkan Markov—penulis yang dianggap berbahaya sebab terlalu kritis kepada rezim Komunis Moskow.

Baca juga artikel terkait RACUN atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Windu Jusuf