Menuju konten utama
Pandemi COVID-19

Ridwan Kamil Kritik Pelacakan COVID-19 RI Jauh dari Standar WHO

Ridwan Kamil sebut rasio pelacakan kasus COVID-19 di Indonesia hanya satu kasus melacak empat orang kontak erat, jauh dari standar WHO.

Ridwan Kamil Kritik Pelacakan COVID-19 RI Jauh dari Standar WHO
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kanan) didampingi istri Atalia Praratya (kiri) menunjukan nomor antrian tes kesehatan, di puskesmas Garuda, kecamatan Andir, Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/8/2020). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/hp.

tirto.id -

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengkritik soal pelacakan kasus COVID-19 di Indonesia yang masih jauh dari standar Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO).

Ia sebut rasio pelacakan di Indonesia banyak 1:4 atau satu kasus melacak empat orang kontak erat. Sementara untuk standar WHO, setiap satu orang yang terinfeksi COVID-19 harus dilakukan pelacakan paling tidak kepada 30 orang yang memiliki kotak erat dengan pasien.

Hal itu, kata dia, mengingat pasien yang terpapar COVID-19 melakukan mobilitas di sejumlah tempat yang berpotensi memaparkan kepada orang lain.

"Rasio pelacakan Indonesia hanya 1 banding 4, satu kasus 4 kelacak. Harusnya satu kasus 30 lingkaran terdekatnya terlacak, jadi masih jauh dari standar WHO," kata Ridwan Kamil, Senin (1/2/2021).

Pria yang akrab disapa Emil ini menjelaskan terdapat tiga benteng untuk menghadang COVID-19. Pertama penerapan protokol kesehatan 3M: Menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Apabila masyarakat tidak menerapkan protokol kesehatan, maka akan menjebol benteng pertama.

Kemudian benteng kedua 3T: Tracing, testing, dan treatment. Jika pemerintah masih melakukan kontak tracing skala 1:4 dan tidak berdasarkan standar WHO yakni 30 orang, maka benteng tersebut akan rapuh.

Ketika benteng 3M dan 3T telah jebol, Ridwan Kamil menyatakan hal itu akan membuat benteng terakhir, yakni rumah sakit menjadi penuh.

"Masuklah benteng terakhir kita, benteng rumah sakit, makanya rumah sakit penuh. Karena benteng 3M jebol oleh musuh, benteng 3T juga rapuh, maka musuh sekarang lagi menyerang benteng terakhir," terangnya.

Agar hal tersebut tidak terjadi, Emil akan memperkuat 3T dengan menggelontorkan anggaran sebanyak Rp80 miliar. Anggaran tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan 100 puskemas dan juga menambahkan anggota sebanyak 5 orang khusus menangani COVID-19.

"Mudah-mudahan dengan begitu ada kemajuan seiring vaksin hadir," kata dia.

Lebih lanjut, Ridwan Kamil mengimbau kepada jajarannya, para ulama, dan tokoh masyarakat agar mengingat kembali ke warga bahwa vaksin Sinovac telah dinyatakan aman oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

"Saya sudah divaksin dua kali karena saya kelinci percobaan, alhamdulillah masih bisa pidato, warnanya [kulit] sawo matang, tidak hijau. Hanya ngantuk sedikit," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Abdul Aziz