Menuju konten utama

Revitalisasi Monas: Anggaran Jumbo, tapi Konsepnya Tak Jelas

Bujet Rp150 miliar yang dianggarkan Pemprov DKI untuk revitalisasi Monas dinilai terlalu besar.

Revitalisasi Monas: Anggaran Jumbo, tapi Konsepnya Tak Jelas
Pengunjung Monumen Nasional (Monas) mengendarai sepeda di kawasan Monas, Jakarta, Rabu (1/8/2018). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyediakan sepeda berbasis aplikasi gratis untuk pengunjung Monas sebagai sarana berkeliling kawasan Monas. tirto.id/Arimacs Wilander

tirto.id - Pemprov DKI Jakarta menganggarkan Rp150 miliar untuk revitalisasi kawasan Monumen Nasional (Monas) Jakarta Pusat. Bujet jumbo itu sudah disetujui DPRD DKI dalam pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2019.

Ketua Fraksi PDIP di DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono mengonfirmasi hal itu. Ia menuturkan anggaran tersebut memang diajukan Pemprov DKI dan telah disetujui anggota dewan.

“Bagi fraksi DPRD yang paling penting bagaimana Monas dipercantik karena dia, kan, ikon dari ibu kota,” kata Gembong kepada reporter Tirto, pada Selasa (11/1//2018).

Apalagi, kata Gembong, pada tahun-tahun sebelumnya Pemprov DKI tidak pernah menganggarkan dana khusus untuk merevitalisasi Monas ini.

Namun demikian, Sekretaris Jenderal Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Misbah mengkritik besarnya anggaran yang dialokasikan itu. Menurut dia, dana sebesar Rp150 miliar untuk program revitalisasi kawasan Monas itu terlalu besar.

Selain itu, kata Misbah, semestinya dana untuk keperluan revitalisasi ini bisa disiasati dengan dana CSR perusahaan. “Meski ada juga dana dari Dinas [Pariwisata dan Kebudayaan] Pemprov DKI, tapi jumlahnya tidak sampai Rp150 miliar,” kata dia.

“Jelas ini pemborosan anggaran,” kata Misbah kepada reporter Tirto, pada Selasa (11/12/2018) sore.

Misbah menegaskan bujet Rp150 miliar itu terlalu besar jika hanya digunakan untuk perawatan, pengecatan, dan perbaikan taman di kawasan Monas, seperti yang dituturkan Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Asiantoro, Senin (10/12/2018).

Saat itu, Asiantoro menyatakan revitalisasi itu tak ubahnya perawatan rutin yang memang dilakukan setiap tahun. Salah satu fokus perbaikan nantinya, kata dia, adalah tembok di tugu Monas yang sudah berwarna kehitaman karena terkena air.

Asiantoro mengatakan setelah dilakukan perawatan pada tahun lalu, warna kehitaman itu sempat hilang. Namun, rupanya tembok tugu yang disebutnya “kinclong” tak bertahan lama lantaran kondisinya kembali menunjukkan warna kehitaman setelah dilakukan perawatan.

“Itu lihat enggak sekarang yang temboknya hitam-hitam? Tahun lalu kinclongnya seketika, tapi cuma sebentar. Terkena air jadi rusak,” kata Asiantoro.

Belum Ada Konsep yang Jelas

Selain karena anggarannya yang dinilai terlalu besar, Pemprov DKI juga belum memiliki konsep yang jelas terkait program revitalisasi Monas ini.

Asiantoro pun belum mau berkomentar banyak soal rencana Pemprov DKI Jakarta yang telah mewacanakan bakal menggelar sayembara untuk revitalisasi Monas dalam skala yang lebih besar.

“Yang jelas anggarannya untuk itu [perawatan] dulu, perbaikan secara rutin. Mungkin ada peningkatan lain, mau bikin apa gitu, tapi enggak ada grand design karena ini, kan, hanya perbaikan rutin,” kata Asiantoro.

Infografik Monas simbol perjuangan rakyat

Infografik Monas simbol perjuangan rakyat

Saat dikonfirmasi ulang reporter Tirto, pada Selasa (11/12/2018) malam, Asiantoro menegaskan jika revitalisasi ini sangat mendesak dilakukan mengingat pada tahun-tahun sebelumnya tidak pernah ada anggaran khusus untuk itu.

Hal ini juga dikonfirmasi Gembong. Menurutnya, meski DPRD telah mengesahkan anggaran itu, tapi institusinya belum menerima konsep dan detail pengeluaran terkait bagaimana dana sebesar itu akan digunakan untuk keperluan revitalisasi tersebut.

“Konsepnya kemarin belum disampaikan dalam rapat Banggar,” kata Gembong.

Namun demikian, kata Gembong, DPRD DKI tetap mengesahkan anggaran itu dalam APBD 2019. Alasannya, kata Gembong, hal itu demi mempercantik Jakarta yang merupakan ikon penting dari ibu kota.

Baca juga artikel terkait MONAS atau tulisan lainnya dari Fadiyah Alaidrus

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Fadiyah Alaidrus
Penulis: Fadiyah Alaidrus
Editor: Abdul Aziz