Menuju konten utama

Respons TKN Soal Ma'ruf Diminta Lepas "Jaket Ulama" di Debat Ketiga

TKN heran dengan permintaan agar Ma'ruf Amin melepas "jaket ulama" saat debat cawapres. Sebab, gelar ulama melekat pada seseorang yang mendapat pengakuan dari umat.

Respons TKN Soal Ma'ruf Diminta Lepas
Pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan Ma'ruf Amin mengikuti debat pertama Pilpres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1/2019). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.

tirto.id - Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Abdul Kadir Karding heran dengan permintaan agar cawapres nomor urut 01 melepas “jaket ulama” saat Debat Pilpres Ketiga.

Karding menyatakan gelar ulama bersifat melekat dan bukan barang tempelan yang dengan mudah dilepaskan.

"Cara melepas 'jaket ulama' itu bagaimana? Ada caranya kah?" Kata Karding ketika dikonfirmasi oleh reporter Tirto pada Kamis (14/3/2019).

Politikus PKB tersebut mejelaskan ulama bukan gelar yang menempel sementara dan tidak diberikan oleh institusi tertentu yang bisa dicabut begitu saja.

"[Pemuka] Agama itu gelar bukan dari siapa-siapa, tapi dari rakyat, dari umat. [...] Itu bagian yang tidak terpisahkan karena perilakunya, kealimannya, pemahaman ilmu keagamaannya. Karena ketokohannya dia disebut ulama,” ujar Karding.

“[gelar ulama] Itu bukan barang tempelan. Gimana melepasnya?” Dia menambahkan.

Karding berpendapat latar belakang Ma'ruf sebagai ulama seharusnya tidak menghalangi debat ketiga berjalan dinamis dan disertai adu gagasan serta kritik-kritik tajam.

"Ya suka tidak suka tentu Pak Kiai [Ma'ruf] tetap tampil sebagai ulama. [Gelar] Ulama itu enggak bisa dilepas kok,” kata dia.

“Ini bukan soal untung-rugi, tapi itu kelebihan Pak Ma'ruf karena dia seorang kiai. Enggak ada urusan dengan debat. Bahwa debat itu hanya proses dia menjalani politik saja," Karding melanjutkan.

Komentar Karding menanggapi pernyataan Dosen Komunikasi Politik Universitas Paramadina Hendri Satrio soal perlunya Ma'ruf melepas “jaket ulama” dalam debat cawapres pada 17 Maret mendatang.

Menurut Hendri, Ma'ruf terkesan tampil sebagai sosok ulama di debat pilpres pertama. Jika penampilan seperti itu terulang di debat ketiga, Hendri memprediksi perdebatan kurang menarik dan monoton.

"Kalau 'jaketnya' [Ma'ruf] enggak mau dilepas, apa pun yang dilakukan Sandi nanti salah semuanya," kata Hendri di kawasan Gambir, Jakarta, Kamis (14/3/2019).

Hendri khawatir Ma'ruf sengaja didorong tampil "apa adanya" sebagai strategi “main aman” di debat pilpres. "Kalau Kyai Ma'ruf tidak mau melepas 'jaketnya sebagai ulama' itu nanti enggak fair karena Kyai Ma'ruf pasti akan diuntungkan oleh jabatan ulamanya itu," ujar Hendri.

Sementara itu, melalui keterangan tertulisnya, juru bicara TKN Ace Hasan Syadzily juga menyatakan Ma'ruf tidak mungkin melepas “jaket ulama” dalam debat ketiga.

"Keulamaan itu bukan karena jabatannya sebagai Ketua Umum MUI. Keulamaan Kiai Ma’ruf dinilai dari kapasitas dan kemampuan keilmuannya. Apakah dengan dilepas Ketua MUI, maka keulamaan Kiai Ma’ruf akan hilang? Tidak sama sekali," kata Ace.

Baca juga artikel terkait DEBAT CAWAPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Politik
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Addi M Idhom