Menuju konten utama

Respons Pertamina Usai Dikritik Jokowi Soal Eksplorasi Migas

Petinggi Pertamina mengakui perusahaannya menghadapi tantangan berat untuk melakukan eksplorasi migas dalam skala besar.

Respons Pertamina Usai Dikritik Jokowi Soal Eksplorasi Migas
Presiden Joko Widodo bersama Menteri ESDM Ignasius Jonan dan Presiden Indonesian Petroleum Association (IPA) Ronald Gunawan meninjau Konvensi dan Pameran IPA ke-42 Tahun 2018 di Jakarta, Rabu (2/5/2018). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari.

tirto.id - Presiden Joko Widodo menyentil Pertamina saat membuka acara Konvensi dan Ekshibisi Asosiasi Perminyakan Indonesia (IPA) ke-42, di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta pada hari ini.

Jokowi mengaku menerima informasi bahwa Pertamina belum melakukan eksplorasi migas skala besar sejak 1970-an hingga sekarang. Jokowi mengaku geleng-geleng kepala saat mendengar informasi itu. Dia mengeluhkan eksplorasi migas, yang dilakukan oleh Pertamina selama ini, baru dalam skala kecil.

Menanggapi kritik Jokowi tersebut, Senior Vice President Upstream Business Development Pertamina, Denie Tampubolon menilainya sebagai arahan presiden untuk perbaikan kinerja BUMN itu ke depan.

Denie menyatakan Pertamina akan berupaya memperbanyak kegiatan eksplorasi migas. Tapi, upaya itu tetap dibarengi dengan melakukan perhitungan terlebih dahulu terhadap potensi-potensi yang ada.

"Nanti dicek juga sama teman SKK Migas (Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi). Pertamina itu sebetulnya kalau di Indonesia jumlah sumur eksplorasi yang kita bor itu lebih banyak dari operator-operator lain," ujar Denie di JCC, Jakarta, pada Rabu (2/5/2018).

Denie menjelaskan, meski tidak dalam skala besar, 70-80 persen kegiatan pengeboran untuk eksplorasi migas di Indonesia dilakukan oleh Pertamina. Dia mencontohkan, selama 2017, Pertamina melakukan pengeboran untuk kegiatan ekplorasi pada 15 sumur migas lebih.

"Tahun ini kami rencanakan mengebor di atas 20 sumur eksplorasi. Jadi, kami akan lanjutkan," ujar dia.

Meskipun demikian, Denie mengakui ada tantangan berat bagi Pertamina untuk melakukan eksplorasi migas skala besar. Menurut dia, mayoritas sumur yang dimiliki oleh Pertamina sudah berusia tua sehingga potensi migasnya juga kecil.

"Working area [wilayah kerja] Pertamina kan area mature [sumur migas tua]. Jadi memang kalau secara geologi, sifat mature itu tentunya bukan lagi area yang bisa discovery yang seperti di green area yang baru sama sekali. Jadi agak terbatas sizenya (skala hasilnya)," kata dia.

Dia menambahkan Pertamina tetap melakukan eksplorasi pada sumur-sumur tersebut untuk mengetahui potensi maksimalnya. "Kami terus melakukan revisit subservice karena tidak menutup kemungkinan di area yang mature itu masih bisa ada potensi-potensi yang besar," ujar Denie.

Dia memberi contoh, pengeboran di Cekungan Tarakan di sumur Parang 1 pada 2017, bisa menemukan potensi cadangan minyak lebih dari 200 juta barel.

Denie menambahkan, untuk melakukan eksplorasi migas skala besar, Pertamina sedang melakukan kerja sama studi untuk menyisir area potensial dengan memperhitungkan resikonya.

"Kami memikirkan bagaimana supaya explorasi bisa dikembangkan, termasuk [mencari] area-area belum dieksplorasi. Artinya belum ada WK (wilayah kerja migas). Kami melakukan joint study dan sebagainya," kata dia.

Baca juga artikel terkait PERTAMINA atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Addi M Idhom