Menuju konten utama

Respons Peringatan Moody's, Sri Mulyani Minta Korporasi Waspada

Sri Mulyani menilai risiko gagal bayar masih cukup wajar di tengah kondisi perekonomian yang melambat.

Respons Peringatan Moody's, Sri Mulyani Minta Korporasi Waspada
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan paparan pada Indonesia Fintech Summit & Expo 2019 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Senin (23/9/2019). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/ama.

tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati buka suara terkait laporan Moody's yang menyebut adanya peningkatan risiko gagal bayar yang membahayakan perbankan di Indonesia.

Menurutnya, risiko tersebut masih cukup wajar di tengah kondisi perekonomian yang melambat. Meski demikian, ia tetap meminta korporasi di Indonesia meningkatkan kewaspadaan, terutama dalam menyesuaikan asumsi ekonomi, agar laba mereka tak tergerus.

"Harus dipastikan, apakah kegiatan korporasi mereka akan menghasilkan stream revenue (sumber pendapatan) yang diharapkan seperti semula? Karena exposure mereka terhadap pembiayaan sebelumnya seperti utang tentu juga memberikan konsekuensi terhadap biaya yang harus dikeluarkan," ujar Sri Mulyani di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa (1/10/2019)

Sri Mulyani juga meminta korporasi di Indonesia meningkatkan efisiensi dan bersiap menghadapi kemungkinan berlanjutnya perlemahan ekonomi global.

Khusus untuk perusahaan-perusahaan plat merah, pemerintah terus melakukan monitoring atas risiko gagal bayar yang masih mengintai sejumlah perusahaan.

Di samping itu, lanjut mantan direktur pelaksana Bank Dunia tersebut, pemerintah juga memberikan penjaminan terhadap kredit BUMN yang yang ditugaskan untuk menjalankan sejumlah program pembangunan pemerintah.

"Tentu kami berkomunikasi dengan kementerian BUMN, mengenai observasi dan pandangan kami. Dan tentu kami tetap berharap bahwa itu akan terus menjadi wahana atau cara untuk BUMN-BUMN mengelola risiko yang mereka hadapi," imbuh Sri Mulyani.

"Saya rasa apa pun yang disampaikan oleh lembaga-lembaga pemeringkat adalah suatu assesment dan peringatan yang baik untuk menjadi bahan bagi para pengambil keputusan di tingkat koporasi agar menjadi lebih waspada," pungkasnya.

Moody's sebelumnya menyatakan perusahaan di Indonesia dan negara Asia Pasifik lainnya memiliki risiko gagal bayar yang tinggi. Di samping Indonesia, India juga masuk golongan sebagai dua negara dengan risiko tertinggi karena mengalami tekanan cukup besar.

Kekhawatiran ini muncul usai Moody's mendapati adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi dan naiknya tensi perdagangan dan geopolitik. Faktor-faktor ini meningkatkan risiko yang dialami bank di tiap negara karena memperlemah kemampuan membayar utang.

“Tes tekanan kami dengan asumsi penurunan 25 persen pada laba sebelum bunga dan pajak (EBITDA) menunjukkan bank di India dan Indonesia paling mudah terpengaruh akibat penurunan kemampuan bayar korporasi. Diikuti dengan bank di Singapura, Malaysia dan Cina,” ucap asisten wakil presiden dan analis Moody's, Rebaca Tan seperti dikutip dari moodys.com.

Baca juga artikel terkait MOODYS atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti