Menuju konten utama

Respons Moeldoko usai Diusir Massa Aksi Kamisan Semarang: Itu Biasa

Moeldoko bilang ingin menjelaskan soal penanganan pelanggaran HAM oleh pemerintah, tapi ditolak massa Aksi Kamisan di Semarang.

Respons Moeldoko usai Diusir Massa Aksi Kamisan Semarang: Itu Biasa
Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko memberi keterangan pers di kediamannya kawasan Menteng, Jakarta, Rabu (3/2/2021). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.

tirto.id - Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko buka suara setelah diusir massa Aksi Kamisan di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (18/11/2021).

Moeldoko mengklaim berinisiatif untuk menemui massa kamisan di Semarang. Ia ingin melihat langsung aksi panggung rakyat tersebut.

Purnawirawan TNI ini juga ingin menjelaskan kepada publik soal penanganan pelanggaran HAM oleh pemerintah, tetapi tidak direspons positif oleh massa.

"Saya ingin memahami apa yang sedang dia sampaikan kepada pemerintah atas berbagai persoalan ham masa lalu dan saya datang ke sana untuk melihat berbagai spanduknya, terus saya mencoba untuk berbicara dengan mereka, tapi berbagai suara dari mereka tidak menginginkan atas apa yang saya sampaikan," kata Moeldoko dalam keterangan tertulis, Jumat (19/11/2021).

Moeldoko yang datang karena informasi dari Walikota Semarang Hendrar Prihadi dan Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara ini lantas memilih pergi dari lokasi. Ia menanggapi dengan santai kejadian tersebut.

"Bagi saya itu sesuatu yang biasa. Saya menghormati dan menghargai apa yang telah mereka sampaikan. Untuk itu, saya beserta rombongan meninggalkan tempat," kata Moeldoko.

Moeldoko mengklaim festival HAM adalah inovasi baru agar pemerintah daerah mengedepankan masalah hak sipil, ekonomi, serta sosial budaya. Ia ingin agar publik tidak hanya melihat masalah pelanggaran HAM masa lalu, tetapi juga masa depan.

"Saya ingin juga menegaskan bahwa pemerintah sama sekali tidak menghindar dari persoalan HAM, tidak menutup mata dan telinga, tapi tetap memberi kepedulian untuk menyelesaikan persoalan-persoalan itu," kata dia.

Ia berupaya mendengarkan masukan dari publik dengan mendatangi aksi kamisan di Semarang.

"Pertanyaannya kenapa saya datang? kan begitu. itulah sebuah wujud. kalau kami tidak peduli, kami tidak datang untuk melihat dan mendengarkan," kata dia.

Moeldoko beserta Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi dan Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara diusir oleh massa aksi kamisan di taman Signature, depan Hotel Paragorn, Kota Semarang. Mereka diusir saat Moeldoko hendak berkomunikasi dengan massa kamisan.

"Mereka berusaha untuk mencuri panggung, meminta mic dan berbicara. Melihat hal itu, ketika Moeldoko memegang mic dan bicara, massa aksi langsung menolak dan menyuruh mereka segera pergi," tulis akun Instagram @aksikamisansemarang.

Penolakan dilakukan karena sejumlah alasan. Pertama, panggung kamisan adalah panggung rakyat dan bukan panggung oligarki; kedua, mereka lebih mendorong pemerintah menindak tanggung jawab pemenuhan pelanggaran ham karena mengklaim negara sudah tahu pelanggaran HAM yang terjadi; ketiga, aksi Moeldoko dinilai berupaya mengambil panggung rakyat

Massa aksi kamisan Semarang yang menggelar festival rakyat pada 16-17 November menyatakan sikap: gerakan rakyat berhenti kooperatif terhadap rezim kapitalisme oligarki, termasuk memberi panggung kepada kepada mereka.

"Oleh karena itu, Aksi Kamisan Semarang menuntut kepada pemerintah untuk segera berhenti melakukan perampasan ruang hidup warga, merusak lingkungan hidup warga, memeras keringat buruh untuk membuat yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin," tulis @aksikamisansemarang.

Baca juga artikel terkait AKSI KAMISAN atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Gilang Ramadhan