Menuju konten utama

Respons Donald Trump-Ayatollah Ali Khamenei Usai Kematian Soleimani

Melalui akun Twitternya, Donald Trump mengancam bakal menyerang terjadi balasan atas kematian Qasem Soleimani. Ini adalah respons atas ucapan pimpinan tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

Respons Donald Trump-Ayatollah Ali Khamenei Usai Kematian Soleimani
Presiden Donald Trump berbicara pada rapat umum kampanye di Battle Creek, Mich., Rabu, 18 Desember 2019. Paul Sancya/AP

tirto.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Minggu (5/1/2020) mengancam bakal menyerang Iran jika ada balasan atas kematian Qasem Soleimani, jenderal paling berpengaruh di negara tersebut. Ini adalah respons setelah Ayatollah Ali Khamenei menyebut "balas dendam menunggu penjahat" yang membunuh Soleimani.

"Amerika Serikat baru saja menghabiskan 2 triliun dolar AS untuk perlengkapan militer. Kami adalah yang paling besar dan sejauh ini adalah yang terbaik di dunia! Jika Iran menyerang pangkalan AS, atau orang Amerika, kami akan mengirim perlengkapan baru ini kepada mereka ... dan tanpa ragu," tulis Donald Trump dalam akun Twitternya @realDonaldTrump.

Cuitan Trump adalah buntut panjang usai kematian Jenderal Qasem Soleimani dalam serangan udara militer AS di Bandara Internasional Baghdad, Irak pada Jumat (3/1/2020).

Setelah kejadian tersebut, Departemen Pertahanan AS, Pentagon mengonfirmasi bahwa Soleimani dibunuh atas perintah Trump. Pentagon mengklaim Soleimani secara aktif mengembangkan rencana serangan terhadap diplomat dan warga AS yang ada di Irak dan sekitarnya.

"Dia (Soleimani) telah mengatur serangan terhadap pangkalan-pangkalan koalisi di Irak selama beberapa bulan terakhir - termasuk serangan pada tanggal 27 Desember - yang berpuncak pada kematian dan terlukanya personel Amerika dan Irak. Jenderal Soleimani juga menyetujui serangan terhadap Kedutaan Besar AS di Baghdad yang terjadi minggu ini," keterangan resmi Pentagon.

Sebagai reaksi atas kematian Qasem Soleimani, pimpinan tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyebut darah sang jenderal "tertumpah oleh pria-pria paling biadab". Selain itu, Khamenei menyatakan, "balas dendam menunggu para penjahat yang mengotori tangan mereka dengan darahnya dan darah para martir lainnya."

Donald Trump kemudian merespons hal ini melalui akun Twitternya, dengan menyebut Iran terlalu berani mengincar aset-aset tertentu milik AS sebagai balasan atas upaya Amerika "membersihkan dunia dari pimpinan mereka yang teroris".

Sang presiden AS menekankan, "Jika Iran menyerang warga Amerika atau asen Amerika, kami sudah menargetkan 52 titik di Iran (yang merepresentasikan 52 warga Amerika yang disandera Iran bertahun lampau)."

52 sandera ini merujuk peristiwa penyanderaan dalam Revolusi Iran. Ketika itu diplomat dan warga AS disandera selama 444 hari.

Dalam twit berserinya, Trump mengklaim yang dilakukan oleh Amerika Serikat sejauh ini adalah balasan. Oleh karenanya, jika Iran melakukan serangan lagi, AS akan bertindak lebih jauh.

"Mereka menyerang kami dan kami membalas. Jika mereka menyerang lagi, yang saya sarankan untuk tidak dilakukan, kami akan menghantam mereka lebih besar daripada yang pernah terjadi sebelumnya," cuit Trump.

Pembunuhan Qasem Soulemani, dilanjutkan dengan ucapan dari pihak Iran dan Amerika Serikat, berpotensi menciptakan salah satu konflik terbesar antara kedua negara dalam beberapa dekade terakhir.

Baca juga artikel terkait KONFLIK IRAN AS atau tulisan lainnya dari Fitra Firdaus

tirto.id - Politik
Penulis: Fitra Firdaus
Editor: Agung DH