Menuju konten utama

Resolusi Tahun 2020 & Kenapa Kita Kerap Tak Bisa Penuhi Target

Sebagian orang menyesal atas tahun yang berlalu, lalu menuliskan resolusi hanya untuk mengulangi penyesalan tersebut.

Resolusi Tahun 2020 & Kenapa Kita Kerap Tak Bisa Penuhi Target
Ilustrasi resolusi tahun baru. FOTO/Istock

tirto.id - Momen pergantian tahun selalu jadi kesempatan sebagian besar orang untuk menghitung pencapaiannya setahun ke belakang, lalu menuliskan resolusi dan hal-hal yang ingin ia raih setahun berikutnya.

Kebiasaan menyusun resolusi di awal tahun baru adalah ritual yang dilakukan sejak berabad-abad silam. Orang-orang berharap seiring pergantian tahun, mereka menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Berkebalikan dengan keinginan mayoritas, kenyataannya hanya 8 persen dari orang-orang tersebut yang bisa meraih resolusi yang sudah dibuat di awal tahun.

Penelitian yang dilakukan oleh University of Scranton pada 2018 menunjukkan bahwa sekitar 92 persen orang-orang yang membuat resolusi tahun baru gagal dan tidak bisa memenuhi espektasi yang mereka susun sendiri.

Kita tentu saja pintar mengarang alasan bahwa kegagalan mencapai resolusi itu bukan salah kita sendiri. Ada puluhan rasionalisasi yang bisa dinyatakan, namun setidaknya berikut adalah sebab utama kenapa kita tidak bisa mencapai resolusi tahun baru kita.

Resolusi Tahun Baru Seringkali Tidak Realistis

Euforia tahun baru memang menyenangkan. Sejak menyusun resolusi, kita seringkali optimis bisa mencapai hal-hal yang ingin kita raih setahun ke depan. Beberapa dari kita bahkan sudah memberi tahu teman-teman atau keluarga mengenai target-target yang ingin kita capai.

Namun, sebagaimana dilansir dari BBC, resolusi tahun baru pada kenyataannya sangat sulit dilakukan. Bahkan, kerap tidak realistis.

Misalnya, kita ingin berhenti total merokok, membayar lunas semua hutang-hutang, hidup sehat, dan turun berat badan sekian kilo dalam waktu tertentu.

Target-target itu amat menggiurkan dan kita terlena oleh sindrom harapan palsu, yang ditandai dengan espektasi bahwa mengubah perilaku atau kebiasaan itu tampak mudah dan bukanlah beban berat.

Orang-orang yang membuat resolusi tidak realitis lupa bahwa suatu kebiasaan, baik itu kebiasaan baik atau buruk, lahir dari perilaku-perilaku kecil yang kita lakukan dalam jangka waktu panjang. Nyaris mustahil mengubahnya dalam waktu singkat.

Hal-hal yang Ingin Dicapai Tidak Spesifik

Laman Psychology Today menuliskan alasan tidak tercapainya resolusi tahun baru biasanya karena hal-hal tersebut terlampau abstrak. Resolusi seperti, “Aku ingin hidup sehat” adalah target yang sangat abstrak.

Melakukan spesifikasi atas resolusi tersebut menjadikannya lebih mungkin dicapai. Hal ini bisa dimulai dengan membagi-bagi aktivitas dan hal-hal kecil yang bisa dilakukan setiap harinya untuk mencapai hidup sehat.

Untuk berhenti merokok pun bisa dispesifikkan lagi. Misalnya dengan membatasi sedikit demi sedikit konsumsi batang rokok setiap harinya. Setahun penuh, jika konsisten, bisa jadi seseorang berhenti total dari kebiasaan merokok tersebut.

Mulai dari Hal Sederhana

Kata orang bijak, pencapaian besar lahir dari perilaku-perilaku positif kecil yang konsisten dilakukan. Jika ingin mencapai resolusi yang kita buat, kenapa tidak mulai dari hal-hal paling sederhana?

Misalnya dengan membeli sepatu olahraga. Kemudian, kita bisa mulai lari pagi dua kilo meter tiap dua minggu sekali, sebelum memutuskan membuat resolusi untuk ikut kompetisi maraton.

Lakukan hal sederhana untuk melawan godaan konsumsi makanan rendah gizi dan menggantinya dengan makanan lain. Atau tetap konsisten dengan batasan merokok dan mengulum permen karet sebagai ganti jika keinginan itu timbul lagi, padahal batasan batang rokok untuk hari itu sudah habis.

Awalnya mungkin kita tidak sadar, namun lama kelamaan, kebiasaan kecil yang kita lakukan berbuah pencapaian besar yang akan kita ingat di pergantian tahun berikutnya.

Baca juga artikel terkait RESOLUSI TAHUN BARU 2020 atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Abdul Hadi
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Yulaika Ramadhani