Menuju konten utama

Relokasi di Bukit Duri Tak Akan Dapat Ganti Rugi

Kepada warga, Ahok menjelaskan bahwa mau tidak mau mereka harus direlokasi. Ahok menyatakan bakal meminjamkan uang untuk menyewa kontrak hingga rumah susun (rusun) selesai dibangun.

Relokasi di Bukit Duri Tak Akan Dapat Ganti Rugi
Gubernur DKI Jakarta Basuki T. Purnama atau Ahok meninjau banjir di Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makassar, Jakarta, Senin (20/2). Dalam blusukannya Ahok mengingatkan warga pentingnya untuk membuat sertifikat tanah. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean.

tirto.id - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) bersama jajarannya mengunjungi daerah banjir di kompleks Garuda, Bukit Duri, Jakarta Selatan pada Senin, (20/2/2017) sekitar pukul 13.30 WIB.

Kepada warga, Ahok menjelaskan bahwa mau tidak mau mereka harus direlokasi. Ahok menyatakan bakal meminjamkan uang untuk menyewa kontrak hingga rumah susun (rusun) selesai dibangun. Sementara untuk anak sekolah, Ahok menyarankan untuk menggunakan bus secara gratis. Ahok juga mengaku tengah berupaya menambah ratusan Transjakarta. Kemudian yang menjadi masalah, ungkap Ahok, pihaknya terlambat membangun rusun.

“Saya sedang mencari jalan tengah sepertinya kita kasih uang dulu untuk sewa tempat lain. Jadi mereka bisa pindah, kita lagi hitung ini, yang pasti ini gak ada pilihan. Kita total sudah selesai 40 persen. Udah 60 persen Ciliwung. Kalau bisa selesai semua pasti teratasi. Apalagi kita mendapatkan laporan dari puskesmas, kata puskesmas tadi tingkat TBC paling banyak,” ucap dia.

Terkait pemberian uang kepada warga dalam bentuk pinjaman, Ahok mennyaakan hal tersebut masih berupa wacana. Dasarnya, bangunan yang berdiri di bantaran sungai tidak bersertifikat, namun jika harus enunggu siapnya rusun, proyek normalisasi gak bakal jalan-jalan dan jumlah penderita TBC semakin meningkat.

Kendati belum pasti, Ahok memperkirakan bakal menempatkan warga di rusun Pasar Rumput yang ditargetkan bakal bisa dipakai pada akhir 2018.

Terkait warga yang keberatan direlokasi, Ahok mengatakan tidak ada cara lain selain merelokasi karena jumlah penderita TBC semakin meningkat.

“Dulu kan jelas musim kemarau bulan apa ke apa, musim hujan bulan apa ke apa, terus banjir setahun sekali, ada banjir 5 tahunan, 4 tahunan, 20 tahunan. Sekarang mana ada urusan. Tahun lalu 7 kali banjir. Sejak kapan ada cerita 7 kali banjir? Karena airnya sudah gak bisa dihitung,” tutur dia.

Sebagaimana pengakuannya, selama menjabat sebagai gubernur sejak Oktober 2012 lalu, titik banjir sudah menurun hingga 2.120 titik. Sebelumnya, saat Ahok menjabat sebagai wakil gubernur, jumlah titik genangan mencapai 2.200, namun kini, semenjak normalisasi sungai dilakukan, jumlah titik banjir hanya 80 titik.

“Saya kira ini sudah mulai bertahap. Pokoknya Jakarta gak boleh banjirlah, mau tergenang setengah jam sejam gak ada cerita banjir. Mau gak mau semua sungai harus ditutup,” ungkap dia.

Sementara itu, ditemui di rumahnya, seorang warga bernama Rantiah (62), mengatakan bersedia direlokasi dengan syarat dikasih ganti rugi. Ia mengaku tidak memiliki sertifikat tanah, hanya sekadar tanah kali, tetapi ia pun telah mengeluarkan uang membangun rumah dan lain-lain.

Riantiah tinggal di bantaran kali Ciliwung sejak tahun 1960an. Menurut pengakuannya, selama ia tinggal di lokasi tersebut, sebelumnya tidak pernah terjadi banjir. Banjir besar baru terjadi pada tahun 1996. Terakhir kali banjir, kata dia, tadi pagi yang hanya semata kaki.

“Pak Ahok gak nyampein apa-apa, cuma bilang mau dibongkar. Tadi mbak-mbak (wartawan) bertanya kalau dibeli bersedia gak, ya saya bilang bersedia. Tetapi pak Ahok gak bilang kaya gitu,” ungkapnya.

Baca juga artikel terkait GUBERNUR DKI JAKARTA AHOK atau tulisan lainnya dari Chusnul Chotimah

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Chusnul Chotimah
Penulis: Chusnul Chotimah
Editor: Alexander Haryanto