Menuju konten utama

Rekomendasi Film Usmar Ismail di Hari Film Nasional 2021

Berikut adalah beberapa karya film Usmar Ismail yang direkomendasi untuk Hari Film Nasional 2021.

Rekomendasi Film Usmar Ismail di Hari Film Nasional 2021
Usmar Ismail. FOTO/Wikicommon

tirto.id - Usmar Ismail merupakan pelopor drama modern dan bapak film Indonesia. Ia lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat pada tanggal 20 Maret 1921. Dia adalah anak dari Datuk Tumenggung Ismail dan Siti Fatmawati. Bakat sastra Usmar sudah muncul sejak SMP.

Dikutip dari laman Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, pada tahun 1943, Usmar Ismail bersama El Hakim (abangnya), Rosihan Anwar, Cornel Simanjuntak, dan H.B. Jassin mendirikan kelompok sandiwara yang diberi nama Maya.

Kelompok ini mementaskan teater dengan teknik Barat. Sehingga, hal ini dianggap sebagai lahirnya teater modern di Indonesia. Contoh sandiwara yang dipentaskan yaitu, Taufan di Atas Asia (El Hakim), Mutiara dari Nusa Laut (Usmar Ismail), “Mekar Melati (Usmar Ismail), dan Liburan Seniman (Usmar Ismail).

Setelah masa kemerdekaan, Usmar bersama kedua rekannya Syamsuddin Sutan Makmur dan Rinto Alwi, mendirikan surat kabar Rakyat. Kemudian pindah ke Yogyakarta dan mendirikan Harian Patriot dan Bulanan Arena. Namun, pada perkembangannya Usmar lebih berminat kepada perfilman.

Usmar ditawari menjadi asisten sutradara pertama kali oleh Anjar Asmara dalam film Gadis Desa. Kemudian setelah itu menggarap film seperti Harta Karun, dan Citra.

Usman meninggal pada usia hampir ke lima puluh tahun tepat tanggal 2 Januari 1971 karena sakit (stroke).

Rekomendasi Film "Usmar Ismail" di Hari Film Nasional 2021

Dikutip dari laman Perpustakaan Nasional Indonesia, ada beberapa karya film Usmar Ismail yang direkomendasi untuk Hari Film Nasional 2021 sebagai berikut :

1. Enam Djam di Djogdja (1950)

Film ini berkisah tentang keadaan Yogyakarta setelah diduduki Belanda pada Desember 1948 dan perjuangan pasukan Republik Indonesia melakukan taktik perang gerilya. Kemudian disuguhkan peristiwa "Serangan Oemoem" pada 1 Maret 1949 sebagai wujud bahwa RI masih punya kekuatan dan tidak hancur saat dipropagandakan Belanda.

Film ini diperankan oleh beberapa artis seperti, Del Juzar, R Sutjipto, dan Aedy Moward.

2. Kafedo (1953)

Film ini mengisahkan tentang masa revolusi fisik. Sekelompok pemuda pimpinan Harun (Del Juzar) menembus patroli AL Belanda dan mendarat di Pulau Mentawai. Tugas kelompok ini adalah menangkap Kafedo (Rd. Sukarno) karena dituduh bekerja sama dengan musuh.

Harun sebelumnya terlibat asmara dengan Hiya (Tina Melinda). Namun, Kafedo meminang Hiya dan Baiha (Udjang) menyetujuinya.

Ketika pasukan Belanda mendarat di Pulau Mentawai. Ternyata Kafedo sebenarnya sosok yang berjiwa republik. Sehingga, Harun merelakan Hiya untuk Kafedo.

Film ini diperankan oleh beberapa artis seperti, Rd. Sukarno, Tina Melinda, dan Udjang.

3. Long March, The (Darah dan Doa) (1950)

Film ini Mengisahkan perjalanan panjang (long march) prajurit RI yang diperintahkan untuk kembali dari Yogyakarta ke Jawa Barat. Rombongan prajurit dan keluarga ini dipimpin Kapten Sudarto (Del Juzar).

Perjalanan penuh ketegangan dalam menghadapi serangan udara dari Belanda dan diakhiri dengan berdaulat penuhnya Republik Indonesia pada 1950.

Kisah ini disajikan dalam bentuk narasi. Fokusnya pada Kapten Sudarto yang dilukiskan sebagai manusia biasa. Meski sudah beristri namun ia terlibat cinta dengan dua gadis.

Film diakhiri dengan ditembaknya Sudarto oleh anggota partai komunis yang diperanginya pada Peristiwa Pemberontakan PKI Madiun (1948).

Film ini diperankan oleh beberapa artis seperti, Del Juzar, Farida (Lily Handuran), dan Aedy Moward.

Baca juga artikel terkait HARI FILM NASIONAL atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Film
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Alexander Haryanto