Menuju konten utama
Misbar

Ready or Not: Satanisme sebagai Candu Orang Kaya?

Pernikahan, orang baru dalam keluarga, ritual, dan satanisme.

Ready or Not: Satanisme sebagai Candu Orang Kaya?
Film Ready or Not. FOTO/IMDB

tirto.id - Ready or Not (2019) dirilis di tengah maraknya film horor tentang sekte. Beberapa diantaranya adalah Hereditary (2018) yang menceritakan pemujaan King Paimon, dan yang masih hangat Midsommar (2019) tentang paganisme di sebuah desa di Swedia. Meski bukan tentang sekte, film terbaru Tarantino Once Upon a Time in Hollywood (2019) juga menyinggung tentang kultus Keluarga Manson yang membunuh aktris dan model Sharon Tate pada 1969.

Ready or Not mengisahkan tradisi brutal keluarga Le Domas saat menyambut orang baru dari pernikahan salah satu anggota keluarga. Kali ini, Grace (Samara Weaving) dikisahkan menikahi Alex (Mark O'Brien), anak bungsu keluarga Le Domas.

Aturannya, setiap anggota baru keluarga harus mengikuti permainan yang keluar dari kotak undian. Pada dasarnya, hampir semua permainan yang dipilih aman. Charity, istri Daniel, cukup beruntung karena hanya bermain catur. Sementara Fitch, suami Emilie, hanya diminta bermain kartu.

Sayangnya, Grace harus bernasib sial karena undian tersebut mengharuskannya bermain petak umpet. Ia tidak tahu bahwa permainan ini mengharuskannya bersembunyi dari keluarga Le Domas yang akan memburu dan membunuhnya sebagai bagian dari pemujaan pada Tuan Le Bail alias setan. Tradisi ini merupakan perjanjian kakek buyut Alex, Victor Le Domas, agar Tuan Le Bail menjamin kekayaan keluarga Domas,

Percaya permainan ini tidak berbahaya, Grace bersembunyi di lift makanan, sementara seluruh anggota Le Domas, kecuali Alex, mempersenjatai diri untuk memburu Grace. Keluarga itu harus membunuh Grace sebelum fajar atau mereka akan dibinasakah oleh Tuan Le Bail.

Kelakuan Gila Orang Kaya

Ready or Not punya pesan sederhana: di dunia ini ada banyak orang kaya memperlakukan siapapun yang kelas sosialnya lebih rendah dengan cara brutal. Ada jarak kelas sosial yang besar antara Le Domas dan Grace dalam film berdurasi 95 menit itu. Misalnya ketika Toni, ayah Alex, beberapa kali bilang bahwa Grace tidak pantas untuk putranya dan bahwa gadis itu harus berusaha keras menjadi bagian dari Le Domas. Atau ketika ibu Alex meminta Grace agar tidak terlalu khawatir bahwa dirinya bukan darah biru.

Sutradara Matt Bettinelli-Olpin sendiri menciptakan karakter Grace sebagai orang sebatang kara. Ketika menikah, Grace tidak dihadiri keluarga asuh atau pendamping pengantin. Ia dikisahkan tak punya latar belakang yang jelas, bahkan tak punya kontak darurat saat diburu klan Le Domas. Ia hanya punya sneakers kuning kumal yang sangat kontras dengan gaun pernikahannya.

Samara Weaving terlihat lugu dan tak berdaya di awal film. Namun, melihat permainannya di film-film sadis seperti The Babysitter (2017) dan Mayhem (2017), kita akan tahu dia akan berakhir seperti apa. Demi bertahan hidup, ia jadi garang. Tapi keluguan kadang membantunya, misalnya saat menghidupkan lift makanan dan tak sengaja membunuh seorang pelayan La Domas.

Infografik Misbar Ready or Not

Infografik Misbar Ready or Not. tirto.id/Fuadi

Grace berhasil membuat Le Domas kewalahan hingga Toni mengumpat kesal. “Dia itu hanya gadis kurus, pirang, ceroboh pula. Bagaimana kita tidak bisa membunuhnya!”

Selebihnya adalah pemandangan betapa dekadennya kaum sugih yang menyembah setan demi harta. Grace tidak hanya bertarung dengan orang-orang kurang waras, ia pun bertarung melawan tradisi dan ide tentang keluarga. Tak hanya itu, ia juga menghadapi sobat-sobat misqueen yang sukses memanjat tangga sosial di istana Le Domas dan kini memburunya.

Ready or Not juga memberikan kesan betapa tak berharganya nyawa para pembantu yang punya koridor sendiri untuk berlalu-lalang (alias tak boleh terlihat berkeliaran di jalur-jalur normal istana Le Domas). Mereka lebih dulu mati ketimbang para majikannya—yang bahkan terlihat terlalu dungu untuk mempertahankan diri dari.

Selebihnya, Ready or Not adalah film thriller dengan elemen-elemen yang sudah umum digunakan, mulai dari adegan sadis hingga kejar-kejaran antara pelaku dan korban.

Yang baru mungkin cuma karakter-karakter jahat yang dungu; tak secerdas satanis atau psikopat lainnya dalam film-film sejenis.

Emilie, misalnya, adalah pecandu kokain (baca: narkoba orang sugih sejak 1980-an) yang teledor dan menewaskan dua pembantu. Ia bahkan tak mampu menembak Grace yang berada tepat di hadapannya dan bilang, “Aku tak tahu apa yang kulakukan!”. Ada pula Fitch, suami Emilie yang tidak kompeten namun tetap berusaha sejajar dengan anggota Le Domas lainnya. Ada pula Charity, mantan sobat misqueen, istri Daniel yang angkuh dan gila harta. Tak ketinggalan Daniel yang depresi dan alkoholik.

Sisanya adalah dua pertanyaan untuk Ready or Not: Bukankah selama ini orang-orang tajir macam itu tak perlu menyembah setan untuk jadi brutal? Tidakkah mereka lebih suka bermain-main dengan agama mainstream yang bisa membuat mereka nampak lebih mulia?

Baca juga artikel terkait FILM HOLLYWOOD atau tulisan lainnya dari Irma Garnesia

tirto.id - Film
Penulis: Irma Garnesia
Editor: Windu Jusuf