Menuju konten utama

Ray Farrugia dan Memori Kekalahan 12-1 Malta Atas Spanyol

Pelatih timnas Malta, Ray Farrugia punya kenangan buruk ketika tim negaranya dikalahkan Spanyol 12-1 di kualifikasi Euro 1984.

Ray Farrugia dan Memori Kekalahan 12-1 Malta Atas Spanyol
Ilustrasi. Sergio Ramos bersama rekan-rekannya merayakan gol Spanyol dalam pertandingan UEFA Nations League melawan Kroasia di Manuel Martinez Valero stadium, Elche, Spanyol (11/9/18). AP Photo/Alberto Saiz

tirto.id - Ray Farrugia benar-benar tak bisa melupakan momen ketika Malta dihajar Spanyol 12-1 dalam laga Kualifikasi Piala Eropa 1984. Kekalahan tersebut menjadi yang terburuk dalam sejarah sepak bola Malta dan kini Farrugia yang menukangi Tim Nasional (Timnas) negaranya akan kembali bersua Spanyol dalam duel di Kualifikasi Euro 2020, Rabu (27/3/2019).

21 Desember 1983, Malta bertandang ke Stadion Benito Villamarin di Sevilla guna menyelesaikan laga terakhir di fase Kualifikasi Euro 1984. Malta sudah dipastikan tak lolos karena dalam tujuh laga sebelumnya mereka hanya meraup dua angka saja. Namun saat itu Malta bisa berperan dalam menentukan siapa yang lolos ke putaran final yakni antara Belanda dan Spanyol.

Situasinya, Belanda yang sudah memainkan laga terakhirnya unggul dua angka atas Spanyol (saat itu kemenangan masih dihargai dua poin). Andaikan Spanyol menang kontra Malta pun keadaan masih menguntungkan Belanda karena mereka unggul selisih gol yakni +16 dibanding Spanyol yang hanya +5. Artinya, Spanyol harus menang dengan selisih 11 gol kontra Malta untuk menyalip Belanda dengan keunggulan produktivitas gol.

Laga berjalan dan Spanyol sempat mendapat hadiah penalti di menit awal. Namun, tendangan 12 pas gagal dikonversi menjadi gol oleh Juan Antonio Senor. Spanyol baru bisa memimpin di menit 15 melalui Carlos Alonso Gonzalez alias Santillana.

Ssembilan menit kemudian Malta mencetak gol kejutan lewat Michael Degiorgio. Dua gol tambahan dari Santillana sampai babak pertama selesai tetap saja membuat publik merasa tak yakin Spanyol bisa lolos.

Akan tetapi keajaiban terjadi di 45 menit kedua. Spanyol bermain kesetanan dan sukses mencetak sembilan gol tambahan masing-masing melalui Santillana, Senor, Manuel Sarabia, Hipolito Rincon (4 gol), dan dua gol dari Antonio Maceda. Jelang laga berakhir Spanyol sebenarnya mampu mencetak gol ke-13 melalui Rafael Gordillo namun dianulir oleh wasit.

Keberhasilan Spanyol yang menjadi kemenangan bersejarah dalam sepak bola mereka tersebut tak hanya menjadi duka bagi Belanda yang batal lolos. Namun tentu saja bagi Malta yang terluka berat akibat kekalahan tersebut. Termasuk bagi Farrugia yang menyebut bahwa kekalahan itu merupakan noda besar dalam karier sepak bolanya.

“Dalam laga tersebut kami sebenarnya memulainya dengan bagus. Ketika jeda skor memang 3-1 namun di babak kedua Spanyol bermain luar biasa dan mendapatkan yang mereka mau. Saya sendiri hanya berada di lapangan ketika skor masih 4-1 karena saya mengalami cedera hamstring yang lantas memaksa saya absen selama enam bulan berikutnya,” tutur Farrugia dikutip Independent.

“Mungkin kekalahan itu adalah satu-satunya penyesalan terbesar dalam karir saya sebagai seorang pemain. Selain itu karier saya cukup bagus dengan mendapatkan banyak pengalaman,” tambahnya.

Sulit Harapkan Kemenangan Kedua

Performa gemilang ditunjukkan Malta ketika mengalahkan Kepulauan Faroe beberapa hari lalu. Itu adalah kemenangan perdana yang bisa diraih Malta dalam 30 laga terakhirnya di babak Kualifikasi Euro, atau merupakan kemenangan pertama Malta di kandang sendiri dalam 14 tahun terakhir.

Sayangnya kekalahan siap kembali membayangi Malta karena di laga berikutnya mereka akan menjamu Spanyol. Kenangan pahit dari tahun 1983 lalu tentu masih membekas bagi Farrugia karena ini menjadi pertama kalinya ia bertemu lagi dengan Spanyol dengan status sebagai pelatih kepala Timnas Malta.

Farrugia sendiri mulai menangani Malta pada 2 Mei 2018. Baru sembilan laga yang ia jalani bersama Malta dengan hasil satu kemenangan, empat kali seri, dan empat kali kalah. Sungguh bukan modal yang bagus dalam persiapan mereka melawan tim besar macam La Roja meski Farrugia akan mencari keuntungan lain dari laga ini semisal memberi peluang pada para pemain muda mereka.

“Lihat Inggris dan Jerman. Mereka bisa memainkan sepak bola terbaik ketika mereka berani memberi kesempatan pada para pemain mudanya. Kami juga sedang melakukannya. Bersama para pemain yang ada sekarang, saya percaya masa depan sepakbola Malta lebih cerah. Pertandingan seperti ini akan memberi mereka banyak pengalaman,” jelas Farrugia dikutip Times of Malta.

Baca juga artikel terkait KUALIFIKASI EURO 2020 atau tulisan lainnya dari Wan Faizal

tirto.id - Olahraga
Kontributor: Wan Faizal
Penulis: Wan Faizal
Editor: Fitra Firdaus