Menuju konten utama

Raup Untung dari Jastip Luar Negeri

Selain menyediakan harga barang jauh lebih murah, mereka menawarkan barang bermerek yang enggak ada di Indonesia.

Raup Untung dari Jastip Luar Negeri
Ilustrasi jasa titipan sambil melancong. tirto.id/Gery Paulandhika

tirto.id - Sebuah pesan masuk ke grup WhatsApp kuliah Kezia. Temannya yang kini bekerja di Singapura mengirim foto tas tangan warna hitam merek Coach.

“Ada yang mau jastip?”

Kezia langsung sigap membalas.

“Berapa tuh?”

“Tiga juta lima ratus, belum termasuk jastip, ya.”

Tas itu salah satu yang diincar Kezia sejak lama. Di Indonesia, harga tas itu masih berkisar Rp5 jutaan, yang terlalu mahal bagi Kezia, seorang teller di salah satu bank swasta di Jakarta. Kalaupun diskon, harganya tak akan sampai di bawah Rp4 juta.

Tanpa pikir panjang, Kezia langsung menghubungi temannya. “Aku mau dong tas itu, jastipnya berapa?”

Seminggu kemudian, tas itu sudah dipakai Kezia bekerja. Sebagai gantinya, Kezia harus mengeluarkan uang Rp3,6 juta.

“Tiga juta untuk tas, seratusnya jastip,” katanya.

Jastip dari luar negeri bukan sekali saja digunakan Kezia. Sebelumnya ia kerap memesan kosmetik seperti lipstik hingga masker wajah dari temannya di Singapura. Ia sulit menolak jika melihat produk bagus dan bermerek dijual dengan harga miring.

“Kalau dari luar itu murah banget, bisa separuhlah harganya. Diskonnya juga gila-gila,” katanya lagi.

Memikat orang-orang seperti Kezia yang berhati lemah atas harga miring untuk produk branded telah dimanfaatkan dengan jitu oleh sejumlah orang mengembangkan jastip di luar negeri.

Salah dua yang menangkap peluang itu Ervina dan Risna. Maret lalu, dua ibu rumah tangga ini membuat jastip khusus luar negeri dengan membuat akun Instagram @notsosin. Sembari melancong ke luar negeri, keduanya mencoba meraup untung dengan membuka jasa titip.

Jastip luar negeri berbeda dari jastip dalam negeri. Ia menyimpan risiko gede sekaligus fee jastip yang relatif lebih mahal. Biasanya fee jastip berkisar 20 persen dari harga barang, dan ada pula yang langsung menaikkan harga barang untuk mengkover fee jastip.

“Kalau kami sudah langsung pasang harga. Jadi kami menentukan harga, itu sudah all in dengan jastip dan harga. Di luar ongkos kirim,” kata Ervina.

Baca juga: The Power of Jastip

Untung-Rugi Jastip Luar Negeri

Jika pakai logika konservatif, rasanya sulit mendapat untung dari jastip luar negeri. Katakanlah biaya perjalanan cukup besar, misalnya ongkos mahal tiket pesawat. Namun, Ervina membuktikan sebaliknya. Ia justru bisa untung besar dari trip belanja di luar negeri.

Dalam satu kali perjalanan belanja, Ervina bisa mengantongi untung kurang lebih Rp10 jutaan. “Sebenarnya niat awal, kan, jalan-jalan, jadi tidak terlalu mikir untung, yang penting bisa jalan-jalan, minimal balik modal,” katanya.

Uci, penyedia jastip luar negeri, juga mengungkapkan bahwa keuntungan jastip luar negeri tidak kalah dari jastip dalam negeri. Uci enggan bercerita berapa keuntungan yang diperolehnya. Persoalan ongkos pesawat mahal biasanya diakali Uci dengan mencari tiket promo.

“Saya biasanya Malaysia dan Singapura, paling banyak ya pakaian, aksesoris, kosmetik. Itu karena barangnya tidak ada di sini,” ujar Uci.

Untuk menggaet banyak pembeli, biasanya penyedia jastip luar negeri mengumumkan dulu rencana perjalanan jauh hari. Isinya daftar pusat perbelanjaan yang akan didatanginya. Misalnya Ervina dan Risna, yang akan melancong ke Jepang pada awal November nanti. Mereka sudah mengumumkan list outlet dan tempat yang akan mereka sambangi dan mempostingnya di Instagram.

Beberapa list itu antara lain Cosmetic and Skincare, Issey Miyake, Burberry Blue Label, Onitsuka Tigers, Toga Pulla / Toga Archieves, Bathing Apes, Supreme, Dover Street Market, Disneystore/Disneyland, Uniqlo, Anello, Mis Zapatos, dan lain-lain.

Mereka bisa melawat seminggu dalam sekali perjalanan untuk belanja sekaligus liburan. Tak jarang mereka memanfaatkan kesempatan itu untuk berlibur bersama keluarga.

“Risna kemarin baru trip bareng keluarga ke Malaysia. Sekalian liburan, sekalian belanja,” ujar Ervina.

Baca juga: Gila Belanja di Dunia Maya

Peluang jastip luar negeri ini memunculkan ide pembuatan bistip.com, sebuah bisnis rintisan yang memfasilitasi orang bisa saling menitip barang dengan orang lain. Menariknya, setiap titipan barang akan diberi imbalan uang, tergantung kesepakatan antara dua pihak.

Misalnya, seseorang akan melakukan perjalanan dari Tokyo ke Jakarta; ia bisa mengunggah rute perjalanan di bistip.com. Setelah itu orang yang ingin menitip bisa langsung memesan. Untuk mencegah penipuan, uang akan ditransfer ke rekening bersama. Setelah barang sampai, uang baru bisa dicairkan.

Bistip.com yang dirilis pada 2011 kini masih terus digunakan beberapa orang untuk titip-menitip, meski sudah ada jastip yang lebih sederhana melalui media sosial. Faktor keamanan masih jadi andalan bistip. Selain itu, sebagian besar transaksi bistip.com adalah titipan untuk luar negeri.

Infografik HL Jastip

Masalah di Bandara

Tantangan terbesar dari jastip luar negeri adalah bea dan cukai di bandara. Aturannya selama ini, barang dengan harga maksimal 250 dolar per orang atau 1.000 dolar per keluarga dibebaskan dari pajak. Jika lebih dari itu, barang dikenakan bea masuk sesuai tarif impor barang, dan besarannya bervariasi tergantung harga barang.

Tas seharga Rp3,5 juta yang dibeli oleh Kezia, misalnya, jika mengikuti aturan itu akan dikenakan pajak karena nilainya lebih dari 250 dolar AS. Ia harus bayar bea sekitar Rp 50ribu dengan syarat tas tersebut dibawa langsung oleh penumpang. Jika tas itu dikirim dari luar negeri, bea masuknya melonjak sekitar Rp1,4 juta. Perhitungan ini berdasarkan kalkulator bea masuk dan pajak impor yang disediakan di situsweb bea cukai.

Baca juga: Yang Terjadi Bila Batas Pajak Oleh-oleh Luar Negeri Naik

Bea masuk ini yang dicemaskan oleh penyedia jastip. Ia bikin biaya tambahan dan marjin keuntungan menipis. Tak jarang mereka harus kucing-kucingan dengan petugas custom bandara agar terbebas dari bebas masuk.

Berdasarkan cerita Uci, belakangan banyak penyedia jastip yang merugi karena masalah itu. Mereka harus mengeluarkan uang buat bayar bea dan pajak impor. Ujungnya penyedia jastip ribut dengan pemesan karena membayar lebih dari yang disepakati.

“Saya sih belum pernah, karena barang titipan enggak pernah lebih dari itu. Tapi ada teman yang kena, banyak sekarang jastip yang kena aturan custom,” ujarnya.

Sebenarnya membeli barang dengan jastip luar negeri masih tetap lebih murah jika dibandingkan membeli melalui situs online luar negeri, meski dikenai bea masuk. Penyedia jastip hanya perlu mengaku barang belanjaannya dan menggunakan NPWP dalam penghitungan bea masuk. Misalnya, untuk tas milik Kezia bermerek Coach, ia hanya membayar bea masuk sebesar Rp30ribu.

Dengan hitungan itu, jastip luar negeri masih berpeluang untuk berkembang. Dan negara masih dapat keuntungan dari pajak barang-barang titipan para penggila belanja.

Baca juga artikel terkait JASTIP atau tulisan lainnya dari Mawa Kresna

tirto.id - Bisnis
Reporter: Mawa Kresna
Penulis: Mawa Kresna
Editor: Fahri Salam