Menuju konten utama

Ramai-ramai Menjadi Relawan untuk Korban Tsunami Selat Sunda

"Di sini [Desa Way Muli] titik terparah. Semua warung pada tutup. Uang pun tidak laku di sini."

Ramai-ramai Menjadi Relawan untuk Korban Tsunami Selat Sunda
Seorang warga mencari barang berharga miliknya di puing rumah mereka yang hancur tersapu tsunami di Desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Lampung, Minggu (23/12/2018). ANTARA FOTO/Ardiansyah

tirto.id - Bencana tsunami Selat Sunda yang melanda pesisir Banten dan Lampung, Sabtu (22/12) pekan lalu, menggerakkan naluri kemanusiaan banyak pihak. Berbondong-bondong orang bergerak membantu para korban.

Taruna Siaga Bencana (Tagana) Lampung Selatan, misalnya, turun ke Desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa. Selain membantu mengevakuasi, mereka juga membuka dapur umum, memasak makanan untuk para penyintas di desa yang terdampak tsunami cukup parah itu.

Sekretaris Tagana Kabupaten Lampung Selatan Hasran mengatakan mereka menyajikan 2.500 porsi dalam sekali memasak. "Tidak hanya untuk pengungsi di sini saja, kadang kalau desa sekitar membutuhkan, kami berikan. Kami juga melayani relawan lainnya," ujar Hasran ketika dihubungi reporter Tirto, Kamis (27/12/2018).

Hasran menerangkan Tagana bertanggung jawab menyediakan makanan bagi korban. "Di sini [Desa Way Muli] kan titik terparah. Semua warung pada tutup. Uang pun tidak laku," kata Hasran.

Meski begitu, Hasran mengaku tak mau sembarang menyajikan masakan untuk korban. Dalam sehari, mereka memasak dua kali untuk menjaga kesegaran makanan. "Kami juga cek gizinya," lanjutnya.

Di dapur umum yang sekaligus dimanfaatkan sebagai posko, Hasran dan rekan-rekan juga menyediakan obat-obatan untuk penyakit ringan seperti batuk, sakit kepala, deman, masuk angin, dan flu. Jika sakit yang diderita korban berlanjut, relawan baru membawa mereka ke posko kesehatan.

Posko kesehatan yang dimaksud Hasran adalah posko yang didirikan RS Detasemen Kesehatan Tentara (DKT) Bandar Lampung. Posko berada tak jauh dari dapur umum Tagana Lampung Selatan.

"Kami di sini lengkap, ada perawat dan dokter juga. Bisa langsung ditangani," ujar Pelda Asep Solihin, petugas RS DKT yang berjaga di lokasi ketika dihubungi reporter Tirto, Kamis malam (27/12).

Asep menerangkan sejauh ini keluhan pengungsi bermacam-macam, mulai dari flu, demam, batuk, gatal-gatal, diare, hingga luka-luka akibat terkena pecahan kaca atau paku.

Sedangkan untuk pengungsi dengan keluhan penyakit yang lebih parah, Asep bilang akan langsung dirujuk ke rumah sakit terdekat. "Kami akan evakuasi. Kami juga ada ambulans," jelasnya.

Jaga Kualitas Makanan

Di seberang Lampung, tepatnya di Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandenglang, Banten, ada komunitas Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang turun membantu. Seperti yang dilakukan Tagana di Lampung Selatan, ACT juga menyiapkan makanan dan obat-obatan untuk para penyintas tsunami Selat Sunda.

Anggota ACT tidak berkumpul di satu tempat, melainkan menyebar di beberapa tempat pengungsian seperti rumah warga, masjid, dan gedung sekolah yang berada di dataran yang lebih tinggi.

Vice President ACT Ibnu Khajar menerangkan anggotanya menerapkan sistem jemput bola dalam membantu korban. "Kami naik motor trail. Kalau biasanya, kan, koordinator posko yang ambil ke dapur umum, kalau di sini relawan yang keliling," ujarnya ketika dihubungi reporter Tirto, Kamis (27/12).

Untuk bantuan makanan, ACT membuka dapur umum dengan koki berpengalaman untuk menjamin kualitas masakan. Mereka tidak memasak bahan makanan instan agar memastikan gizi pengungsi tercukupi.

"Kokinya tahu standar masakan dan dia biasa memasak di hotel bintang lima. Untuk menjamin kehigienisannya, kemarin tim [ACT] dari Jakarta juga turun, untuk memastikan makanannya terkontrol gizi dan kebersihannya," jelas Ibnu.

Sedangkan untuk balita dan anak-anak, ACT menyiapkan biskuit, susu non-formula, dan makanan yang aman dikonsumsi bagi kesehatan dan sudah dikontrol dokter.

"Kita biasa untuk anak-anak, ada satu paket makanan khusus. Untuk di bawah satu tahun, kita berikan dengan makanan-makanan non-susu formula demi kesehatan," tutur Ibnu.

Untuk menangani penyakit darurat, Ibnu mengatakan ACT sudah menyiapkan mobil ambulans yang berkeliling ke rumah-rumah warga, masjid, dan bangunan sekolah yang dijadikan lokasi pengungsian.

"Apabila ditemukan pengungsi yang sakit parah, akan dievakuasi kemudian dirujuk ke rumah sakit terdekat," imbuhnya.

Infografik CI Penanganan Kesehatan Korban Bencana

Infografik CI Penanganan Kesehatan Korban Bencana

Jadi Relawan Tidak Bisa Sembarangan

Kepala Sub Bagian Peliputan dan Dokumentasi Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan Johan Safari mengatakan Kemenkes sudah melakukan upaya untuk menjamin kesehatan pengungsi. Upaya itu dilakukan dengan memantau dapur umum, mengecek persediaan vaksin di wilayah terdampak, menyisir penderita penyakit menular, memantau ibu hamil dan menyusui, serta memberi pendampingan psikososial.

"Sejauh ini berjalan lancar dan koordinatif. Posko kesehatan sudah ada dan melayani dengan baik," ujar Johan kepada reporter Tirto, Ahad (30/12/2018).

Untuk menjadi relawan, kata Johan, tidak bisa sembarangan. Calon relawan harus terlebih dulu melapor ke posko dan mengisi formulir partisipasi.

Relawan selanjutnya akan ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan kompetensi masing-masing. "Mereka harus bersedia ditempatkan sesuai kebutuhan di lokasi, bukan sesuai keinginan relawan," terang Johan.

Aspek lain yang perlu diperhatikan para relawan di posko, lanjut Johan, adalah melayani korban sesuai usianya. Perlakuan terhadap anak-anak, misalnya, dibedakan dengan perlakuan terhadap dewasa dan lansia.

Khusus relawan yang bertugas menjaga kebersihan lokasi pengungsian, diharuskan untuk selalu mencegah penyakit menular seperti diare, malaria, demam berdarah, dan cacar.

"Penting dilakukan screening seperti risiko penularan penyakit di antara pengungsi," ujarnya.

Baca juga artikel terkait TSUNAMI SELAT SUNDA atau tulisan lainnya dari Alfian Putra Abdi

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Alfian Putra Abdi
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Abul Muamar