Menuju konten utama

Ramadan 2019: Pasien Kanker yang Berpuasa Bisa Bahayakan Kesehatan

Tak semua pasien kanker boleh berpuasa

Ramadan 2019: Pasien Kanker yang Berpuasa Bisa Bahayakan Kesehatan
Ilustrasi Kanker Usus Besar. Getty Images/iStockphoto

tirto.id -

Tak semua pasien kanker boleh berpuasa di bulan Ramadan, salah satunya mereka yang masih menjalani kemoterapi.

Hal ini disampaikan dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan hematologi onkologi medik dari RSCM-FKUI, dr. Wulyo Rajabto Sp.PD K-HOM.

"Kalau kanker diobati kemoterapi, efek sampingnya mual, muntah dia pasti enggak bisa puasa," ujar dia di Jakarta, sebagaimana dilansir Antara.

Ia juga menjelaskan, pasien juga berisiko memiliki jumlah leukosit yang lebih rendah dari normal (normal 5.000-10.000) sehingga tubuhnya tak mampu melawan infeksi kuman yang masuk.

"Kan untuk melawan kuman dia enggak kuat. Akhirnya pasiennya demam, infeksi bahkan bisa masuk ICU. Bagaimana dia mau puasa? Efek sampingnya berat," kata Wulyo yang juga berpraktik di Mayapada Hospital Jakarta Selatan itu.

Menurutnya, selain mual dan muntah, pasien yang masih menjalani kemoterapi kemungkinan besar akan terganggu sumsum tulangnya sehingga kadar hemoglobin cenderung rendah. Akibatnya dia bisa lemas.

Oleh karena itu, dia menegaskan puasa hanya untuk pasien yang sudah melewati pengobatan kemoterapi.

"Kalau pengobatannya sudah stabil, misalnya kanker payudara sudah dioperasi, dikemoterapi tinggal minum obat-obatan hormonal, dia minum hanya sekali sehari itu tidak mengganggu fungsi tubuh secara dominan," kata dia.

Menurutnya, pada tahap ini, pasien relatif tak akan merasakan efek samping pengobatan seperti mual dan muntah sehingga bisa berpuasa.

Kebanyakan orang lebih mengenal istilah kemoterapi sebagai salah satu alternatif pengobatan kanker—salah satu penyakit yang masih belum ada obat hingga sekarang.

Kemoterapi biasa digunakan untuk menghambat pertumbuhan sel-sel kanker pada pasien. Cara kerjanya menyerang fase tertentu atau seluruh fase proses pembelahan mitosis pada sel-sel dalam tubuh yang bereplika cepat.

Sayangnya, sel-sel itu bisa jadi bukan cuma sel-sel kanker. Membuat kemoterapi punya efek samping seperti kerontokan rambut, penurunan jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit, serta mual-mual hingga muntah. Sudah jadi rahasia umum, kalau pasien-pasien kemoterapi akan terlihat sangat kurus dan botak karena pengobatan satu ini.

Menurut Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (Infodatin), ada banyak penyebab kanker, di antaranya faktor genetik, faktor karsinogen, radiasi, virus, hormon, dan iritasi kronis. Juga faktor perilaku/gaya hidup seperti merokok, pola makan yang tidak sehat dan dominasi makanan cepat saji, konsumsi alkohol, dan kurangnya aktivitas fisik.

Dunia medis hanya menarik kesimpulan secara umum, bahwa salah satu penyebab seorang bisa mengidap kanker dari faktor genetik. Rekam medis keluarga, bila ada dari mereka memiliki penyakit kronis, dapat meningkatkan potensi seorang anak terkena kanker.

Faktor lain adalah terkait pola makan. Baik anak-anak atau juga orang dewasa juga berpotensi kanker jika kerap mengonsumsi makanan yang mengandung zat karsinogen atau yang menstimulasi pertumbuhan sel kanker.

Baca juga artikel terkait RAMADAN 2019 atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Agung DH