PGEO menyusun strategi melunasi utang jatuh tempo senilai 600 juta dolar AS pada Juni 2023 mendatang.Â
Green bonds oleh PT Pertamina Geothermal Energy Tbk untuk refinancing dinilai tidak logis dalam tata kelola keuangan berbasis Good Corporate Governance.
Penerbitan surat utang luar negeri PTÂ PGEOÂ dipersoalkan menyusul buruknya rating obligasi BBB serta kenaikan bunga refinancing.
Analisis mengklaim PGEO belum mampu menarik minat perbankan. Berikut faktornya.
PGEO mengklaim tingkat kupon diberikan atas obligasi yang diterbitkan Perseroan masih berada dalam batas wajar.
Analis menilai terdapat dua risiko yang akan dihadapi PGEO dalam aksi korporasi kali ini.Â
Ekonom menilai pasar modal sedang mengalami pengetatan sehingga dana murah sulit didapat oleh PGEO.
PGEOÂ mengklaim hingga per 31 Desember 2022, PGE memiliki tingkat rasio utang yang baik, dengan nilai debt to equity ratio (DER) sebesar 0,8.
Pengamat menilai PGEO terlalu optimistis dengan rencana peningkatan kapasitas terpasang sebesar 600 MW dalam waktu lima tahun.
DPR menilai insiden kebakaran Kilang Minyak di Dumai memperburuk citra Pertamina di mata dunia dan investor.
Pasca kebakaran kilang minyak di Dumai saham PGEOÂ menyentuh auto reject bawah dengan koreksi 5,76 persen ke level harga Rp655 per lembar.
PGEO mengklaim per 31 Desember 2022, PGE memiliki tingkat rasio hutang yang baik, dengan nilai debt to equity ratio (DER) sebesar 0,8.
Penggunaan belanja modal pada 2023, diantaranya untuk pemeliharaan dan operasi wilayah kerja (WK) panas bumi yang sudah yang ada.
DPR optimistis PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) bisa besar di industri panas bumi.
PGEOÂ berhasil mencatatkan pos pendapatan baru dari hasil perdagangan karbon.
Pertamina diprediksi akan runtuh akibat salah langkah yang dilakukannya anak usahanya melalui IPO Pertamina Geothermal Energy.
PGEÂ optimistis masa depan depan energi panas bumi Indonesia masih menjanjikan.
Utang pengembangan terhadap anak usaha PT Pertamina (Persero) dinilai pengamat ekonomi, berisiko gagal bayar.
Pertamina Geothermal Energy diminta menghitung ulang penggunaan dana sekitar Rp7,7 triliun atau 85 persen dari emisi IPO dengan nilai Rp9,05 triliun.
Pengamat menilai, rencana ekspansi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) oleh PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dilematis.
Energi geothermal belum mampu menjadi pilihan utama dalam transisi energi baru terbarukan (EBT).
Belajar dari pengalaman yang sudah-sudah, terkadang implementasi di lapangan tidaklah semanis atau tidaklah linear.
Analis menilai investor tidak bisa mengharapkan imbal hasil (return) jangka pendek pada saham PGEO.Â
Analis memproyeksi ekspansi yang akan dijalankan PGEO bakal berlangsung lambat seiring risiko linear bisnis energi sektor panas bumi.
Pengamat pasar modal menilai PGEO tergolong pada high risk stock investment atau saham dengan risiko tinggi.