Indeks Peristiwa 1965

Mahfud MD bakal mendengar permintaan para korban eksil 1965 dan menyampaikan hak-hak yang wajib diterima sebagai korban pelanggaran HAM berat.

Penyintas tragedi 1965 kehilangan aset saat peralihan kekuasaan dari orde lama ke orde baru. Tentara dan ormas merampas rumah, tanah, hingga karya sastra.

Dalam beberapa karyanya, Umar Kayam mengeksplorasi kisah yang bersinggungan dengan Peristiwa 1965.

Beberapa pejabat menyangkal soal keterlibatannya dalam Dewan Revolusi dan tetap berdiri di belakang Presiden Sukarno.

Kisah fitnah tentang perempuan-perempuan yang melakukan tarian telanjang Harum Bunga semakin langgeng dalam narasi sejarah Orde Baru.

Megawati mengaku belum paham atas kebenarannya karena saat itu ia masih anak-anak.

D.N. Aidit gagal mengonsolidasi kekuatan partai setelah G30S meletus. Ia pun tertangkap dan dieksekusi atas perintah Soeharto.

Analisis awal soal G30S bikin militer Indonesia murka: peristiwa penculikan jenderal lebih menyiratkan konflik internal tentara, bukan oleh PKI.

Kilat celurit.
Menyala api dendam
di dalam sekam.

MUI berharap pemutaran kembali film Penumpasan dan Pengkhianatan G30S/PKI tidak menimbulkan polemik dan kegaduhan.

Sebab, menurutnya tindakan Jokowi tidak mencerminkan latar belakangnya sebagai kader PDI Perjuangan.

Menurutnya, apabila film itu diproduksi ulang dengan menggunakan data-data sejarah yang lebih kuat dan meluas, maka masyarakat bisa mendapat manfaat yang sangat besar.

Menurut Erasmus, penayangan kembali film G30S bentuk insubordinasi Panglima TNI terhadap Presiden Jokowi sebagai panglima tertinggi

Taufik menyatakan, PAN akan mengadakan nonton bersama dan mendukung pemutaran film G30S/PKI.

Lagu ciptaan seniman Using bernama M. Arief itu dibuat untuk menggambarkan kesusahan warga Banyuwangi saat penjajahan Jepang.

Film G30S PKI yang dibuat saat rezim Orde Baru dinilai sebagai propaganda. ICJR menganggap film tersebut mempunyai muatan politik masa lalu.

Polisi masih mengamankan lokasi di sekitar Gedung LBH Jakarta tempat terjadi pengepungan massa dini hari tadi.

Diskusi yang diadakan, menurut LBH, adalah diskusi sejarah dan pentas seni yang menampilkan beberapa seniman.

Massa yang berjumlah ratusan orang berkumpul di depan gerbang gedung LBH Jakarta, malam ini.

Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) menyesalkan tindakan aparat kepolisian yang dianggap secara semena-mena membubarkan Seminar 1965.