Indeks Pemotongan Nisan Salib Di Yogyakarta

Warga dan perangkat pemerintahan setempat selalu menggunakan alasan "kesepakatan". Masalahnya, kesepakatan itu bersikap diskriminatif.

Pada 1922, jenazah seorang "Batak" ditolak dikubur di makam "Mandailing". Kejadian ini memicu perpecahan identitas Batak dan Mandailing.

Sultan mengaku belum tahu soal temuan intoleransi dari Kevikepan, tapi jika hal itu ingin diproses maka harus lapor polisi.

Sultan HB X meminta maaf atas kejadian pemotongan salib di makam Purbayan, Yogyakarta. "Ngono yo ngono nanging ojo ngono," kata Sultan.

Sebelum insiden pemotongan nisan salib di makam Albertus Slamet Sugihardi, pernah terjadi dua kali aksi intoleran pada keluarga almarhum.

Abdul Munir Mulkhan menilai perlu ada kesepakatan warga yang mengedepankan toleransi antar-umat beragama.

Status makam ditentukan dari kehendak mayoritas. Itu yang membuat pemotongan nisan salib bisa terjadi. Selain itu, kasus-kasus intoleransi seperti ini bukan kali pertama terjadi.

Pemerintah Provinsi DIY harus memberikan perhatian lebih untuk merekonstruksi toleransi di DIY.

Nisan salib di makam seorang warga bernama Albertus Slamet dipotong bagian atasnya oleh warga RT 53 RW 13, Purbayan, Kotagede, Yogyakarta.

Apriyanto menilai, seharusnya konstitusi negara bisa menjamin hak setiap warga negara untuk bebas berekspresi dalam kehidupan beragama.