Menuju konten utama
Akhlak Tercela

Putus Asa dalam Islam: Pengertian, Ciri-ciri, & Dampak Negatifnya

Orang yang berputus asa adalah sosok yang kehilangan harapan terhadap rahmat Allah SWT.

Putus Asa dalam Islam: Pengertian, Ciri-ciri, & Dampak Negatifnya
Ilustrasi muslimah putus asa. foto/IStockphoto

tirto.id - Salah satu akhlak tercela yang harus dihindari umat Islam adalah sikap putus asa. Orang yang berputus asa adalah sosok yang kehilangan harapan terhadap rahmat Allah SWT. Lantas, apa pengertian, ciri-ciri, dan dampak negatif sikap putus asa bagi seorang muslim?

Islam mengimbau umatnya untuk menjauhi akhlak-akhlak tercela, termasuk sikap putus asa. Orang yang kehilangan harapan dalam hidupnya menunjukkan imannya yang lemah dan fondasi keislaman yang rapuh.

Hal ini tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW: “Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya,” (H.R. Tirmidzi).

Selain itu, Allah SWT juga menjelaskan dalam surah Yusuf ayat 87 bahwa sikap putus asa merupakan karakteristik orang kafir, bukan orang beriman.

“Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang kafir,” (QS. Yusuf [12]: 87).

Secara definitif, Fakhruddin HS dalam Ensiklopedia Al-Quran (1992) menuliskan bahwa putus asa mengandung pengertian hilangnya harapan. Hal itu disebabkan tenaga, pengharapan, dan kemampuan seseorang menjadi lemah, serta tidak ada lagi kemauan untuk melakukan pekerjaan yang digelutinya.

Lazimnya, orang yang berputus asa dikarenakan gagal berkali-kali. Ia kemudian menyalahkan diri sendiri, keadaan, atau lingkungan sekitarnya. Kendati demikian, sebenarnya penyebab sikap putus asa bukan karena faktor eksternal (kegagalan), melainkan bagaimana seorang individu menyikapi kegagalan yang ia alami, sebagaimana dinyatakan Anthony Robbins dalam Awaken The Giant Within (2017).

Sebagai misal, seorang anak yang gagal dalam suatu lomba bisa jadi akan putus asa dan tidak ingin ikut lomba yang sama lagi. Sementara itu, anak lain akan mempelajari kesalahannya dan memperbaiki diri. Pada perlombaan berikutnya, ia akan ikut lagi. Kemungkinan besar, performanya akan lebih baik karena ia sudah belajar dari kesalahan di masa silam.

Kegagalan adalah kondisi eksternal yang tidak bermakna apa pun. Seseoranglah yang memberi makna terhadap kegagalan tersebut. Makna yang ia berikan dapat berupa upaya untuk belajar dari kesalahannya atau tidak ingin mencoba lagi karena sudah berputus asa.

Ciri-ciri Orang Putus Asa

Yusuf Hasyim dalam buku Akidah Akhlak (2020) merinci sejumlah ciri-ciri orang putus asa sebagai berikut:

  • Orang berputus asa bermalas-malasan setelah mengalami kegagalan dalam usahanya.
  • Ia tak bersemangat untuk meneruskan usahanya yang gagal.
  • Orang putus asa merasa bahwa dunia tidak adil kepadanya.
  • Ia tampak murung dan tak bergairah untuk berusaha atau memulai usaha lagi.
  • Orang putus asa gampang tersinggung sehingga cepat marah walaupun dengan sebab sepele.

Dampak Negatif Putus Asa

Putus asa memiliki sejumlah dampak negatif bagi orang yang bersikap demikian. Dampak-dampak negatif putus asa adalah sebagai berikut:

  • Putus asa hanya akan merugikan diri sendiri karena membuang waktu, energi, menguras emosi, dan potensi yang dimiliki seseorang.
  • Orang putus asa akan sukar mencapai kemajuan karena tidak berani mencoba lagi, serta khawatir mengalami kegagalan.
  • Putus asa berkepanjangan dapat mengantarkan seseorang mengalami stres dan depresi.
  • Dilansir Healio, dalam taraf akut sikap putus asa yang diiringi depresi dapat menjadi faktor hadirnya pemikiran ingin bunuh diri.

Baca juga artikel terkait AKHLAK TERCELA atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Addi M Idhom