Menuju konten utama

Putin Kembali Mencalonkan Diri di Pilpres Rusia 2018

Vladimir Putin, yang telah mendominasi Rusia selama dua dekade, kemungkinan akan mencetak kemenanganya dalam pilpres tahun depan dengan mudah.

Putin Kembali Mencalonkan Diri di Pilpres Rusia 2018
Presiden Rusia Vladimir Putin melambai kepada peserta World Festival of Youth and Students ke-19 saat upacara penutupan di Olympic Park di Sochi, Rusia, Sabtu (21/10). ANTARA FOTO/REUTERS/Alexander Zemlianichenko

tirto.id - Presiden Vladimir Putin secara resmi meluncurkan upayanya untuk masa jabatan keempat kalinya sebagai presiden Rusia pada Rabu (27/12/2017) waktu setempat. Sementara itu, oposisi utamanya menyerukan sebuah aksi protes sehari terkait proses pilpres.

Putin, yang pernah menjabat Perdana Menteri atau Presiden Rusia sejak 1999, melakukan pendaftaran dengan mengajukan surat-surat untuk pemilihan presiden. Ini akan membuka jalan baginya memerintah lagi sampai tahun 2024.

Mantan pemimpin KGB (badan intelijen Rusia), yang telah mendominasi politik Rusia selama dua dekade, kemungkinan akan mencetak kemenangan dengan mudah. Sebab, satu-satunya lawan yang serius, Alexey Navalny, dilarang tampil melawan dia karena adanya kecurangan.

Navalny kemudian menyerukan demonstrasi sehari pada 28 Januari. Menulis di blognya pada Rabu, Navalny mendesak pendukungnya untuk "menolak pencalonan kembali Putin dalam sebuah pemilihan umum."

"Kami tidak ingin menunggu enam tahun lagi. Kami menginginkan pemilihan yang kompetitif sekarang," tulis dia seperti dilansir CNN.

Seruan aksi pemimpin oposisi tersebut dilakukan beberapa hari setelah Komisi Pemilu Pusat (CEC) menolak Navalny untuk memasuki pemilihan presiden Rusia.

Keputusan untuk melarang Navalny dari kontes pemilihan itu tidak mengherankan. Pencalonan pria 41 tahun itu tidak mungkin karena undang-undang Rusia mencegah warga yang pernah dihukum penjara mencalonkan diri untuk jabatan publik. Navalny mengatakan bahwa larangan itu bermotif politik.

Navalny menjadi terkenal sebagai penyelenggara demonstrasi anti-Putin yang besar yang berlangsung di Rusia dari tahun 2011 sampai 2012 menyusul klaim kecurangan suara dalam pemilihan anggota parlemen.

Mengutip The Guardian, tahun ini dia telah menjalani tiga hukuman penjara 15 hari, 25 hari, dan 20 hari untuk mengorganisir demonstrasi anti-Putin yang tidak sah.

Demonstrasi tersebut berangsur-angsur mereda namun bisa membawa angin kehidupan baru ini dalam gerakan protes tahun ini, menggerakkan puluhan ribu demonstran muda ke jalan-jalan.

Dukungan atas aksi protes di Rusia ini telah dimobilisasi oleh kehadiran media sosial yang kuat dan tim pengarah kampanye akar rumput yang berdedikasi terlihat di seluruh negeri melalui Navalny Live.

Video YouTube tersebut menggalang pendukung untuk bergabung dalam demonstrasi anti-pemerintah terbesar di Rusia pada Maret tahun ini. Ribuan orang bergabung dalam demonstrasi di hampir 100 kota di seluruh negeri.

Pada bulan Oktober, ribuan orang menghadiri demonstrasi di 26 kota melawan Putin pada hari ulang tahun pemimpin itu yang ke-65 tahun.

Ketika ditanya mengapa Navalny dilarang maju pilpres, Putin - yang menolak menyebutkan nama lawannya secara terbuka - mengatakan bahwa pihak oposisi mengharapkan sebuah "kudeta" tapi tidak akan berhasil.

Pada konferensi pers tahunannya awal Desember ini, Putin mengatakan bahwa tujuannya adalah agar Rusia memiliki sistem politik "kompetitif" dan "seimbang", namun bukan tanggung jawabnya untuk menciptakan lawan politik.

"Saya menginginkan ini," kata Putin, "dan saya akan mengupayakan sistem politik yang seimbang dan itu tidak mungkin tanpa persaingan di bidang politik."

Komisi pemilihan akan mengatur tentang validitas pendaftaran Putin dalam beberapa hari ke depan untuk pemilihan umum yang ditetapkan Maret 2018.

Sementara itu, badan pembuat keputusan Dewan Eropa, telah mendesak pihak berwenang Rusia untuk mengizinkan Navalny bertahan dalam pemilihan meskipun ada dugaan kesewenang-wenangan atas kecurangannya.

Baca juga artikel terkait VLADIMIR PUTIN atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Politik
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari