Menuju konten utama

Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar tentang Pahlawan

Puisi perjuangan pahlawan karya Chairil Anwar dapat dibaca sebagai simbol penghargaan terhadap pejuang RI di acara peringatan Hari Pahlawan 10 November.

Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar tentang Pahlawan
foto chairil anwar dalam dari buku derai-derai cemara. foto/www.blogspot.co.id

tirto.id - Hari Pahlawan dapat diperingati dengan berbagai cara. Salah satunya adalah membagikan atau membacakan puisi tema pahlawan.

Salah satu puisi Hari Pahlawan yang cocok dibagikan atau dibacakan ialah sajak-sajak ciptaan Chairil Anwar. Ada banyak puisi perjuangan pahlawan karya Chairil Anwar, seperti "Diponegoro", "Karawang – Bekasi", juga "Siap Sedia".

Chairil Anwar merupakan sastrawan yang terkenal dengan sajak-sajaknya yang mendobrak. Sajak berjudul “Aku", misalnya, yang ditulis pada 1943 kemudian dimuat di majalah Timur tahun 1945, dianggap sebagai puisi yang berpengaruhnya bagi Angkatan '45.

Artati Sudirdjo, sebagaimana dikutip oleh Hans Bague Jassin dalam Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45 (1956), menulis, sebagai orang pertama yang merintis jalan dan membentuk aliran baru dalam kesusastraan Indonesia, Chairil dapat dikatakan sebagai sosok paling berpengaruh bagi Angkatan '45.

Chairil banyak melahirkan puisi-puisi bertema perjuangan. Salah satunya adalah puisi "Karang Bekasi" yang diciptakannya pada 1948.

Pada zaman pendudukan Jepang, Chairil menggambarkan siksaan Kempeitai, polisi rahasia Jepang, melalui sajak berjudul “Siap Sedia".

Puisi Perjuangan Pahlawan Karya Chairil Anwar

Berikut kumpulan puisi karya Chairil Anwar tentang pahlawan yang cocok dibacakan dalam acara peringatan Hari Pahlawan. Total ada 8 puisi perjuangan pahlawan karya Chairil Anwar yang dirangkum di bawah ini.

1. Puisi Karawang Bekasi karya Chairil Anwar

Berikut ini puisi "Karawang Bekasi" yang diciptakan Chairil Anwar:

Karawang – Bekasi

Kami yang kini terbaring antara Karawang – Bekasi

Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami

Terbayang kami maju dan berdegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kami mati muda

Yang tinggal tulang diliputi debu

Kenang, kenanglah kami

Kami sudah coba apa yang kami bisa

Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa

Kami sudah beri kami punya jiwa

Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa

Kami cuma tulang-tulang berserakan

Tapi adalah kepunyaanmu

Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan

Atau tidak untuk apa-apa

Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata

Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami

Menjaga Bung Karno

Menjaga Bung Hatta

Menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat

Berilah kami arti

Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang-kenanglah kami

Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu

Beribu kami terbaring antara Karawang – Bekasi

(1948)

2. Puisi perjuangan pahlawan karya Chairil Anwar berjudul Diponegoro

Berikut ini sajak lengkap karya Chairil Anwar tentang pahlawan berjudul "Diponegoro":

Diponegoro

Di masa pembangunan ini

Tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti

Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.

Pedang di kanan, keris di kiri

Berselempang semangat yang tak bisa mati

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu

Kepercayaan tanda menyerbu

Sekali berarti

Sudah itu mati

MAJU

Bagimu negeri

Menyediakan api

Punah di atas menghamba

Binasa di atas ditindas

Sungguhpun dalam ajal baru tercapai

Jika hidup harus merasai

Maju

Serbu

Serang

Terjang

(1943)

3. Puisi perjuangan pahlawan karya Chairil Anwar berjudul Siap Sedia

"Siap Sedia" termasuk salah satu dari kumpulan puisi karya Chairil Anwar tentang pahlawan. Berikut isinya:

Siap-Sedia

kepada angkatanku

Tanganmu nanti tegang kaku,

Jantungmu nanti berdebar berhenti,

Tubuhmu nanti mengeras batu,

Tapi kami sederap mengganti,

Terus memahat ini Tugu,

Matamu nanti kaca saja,

Mulutmu nanti habis bicara,

Darahmu nanti mengalir berhenti,

Tapi kami sederap mengganti,

Terus berdaya ke Masyarakat jaya.

Suaramu nanti diam ditekan,

Namamu nanti terbang hilang,

Langkahmu nanti enggan ke depan,

Tapi kami sederap mengganti,

Bersatu maju, ke Kemenangan.

Darah kami panas selama,

Badan kami tertempa baja,

Jiwa kami gagah pekasa,

Kami akan mewarna di angkasa,

Kami pembawa ke Bahgia nyata.

Kawan, kawan

Menepis segar angin terasa

Lalu menderu menyapu awan

Terus menembus surya cahaya

Memancar pencar ke penjuru segala

Riang menggelombang sawah dan hutan

Segala menyala-nyala!

Segala menyala-nyala!

Kawan, kawan

Dan kita bangkit dengan kesedaran

Mencucuk menerang hingga belulang.

Kawan, kawan

Kita mengayun pedang ke Dunia Terang!

1944

4. Puisi perjuangan pahlawan karya Chairil Anwar berjudul Persetujuan Dengan Bung Karno

Berikut ini isi puisi pahlawan karya Chairil Anwar yang berjudul "Persetujuan Dengan Bung Karno".

Ayo Bung Karno kasih tangan,

Mari kita bikin janji

Aku sudah cukup lama dengan bicaramu,

dipanggang di atas apimu, digarami oleh lautmu

Dari mulai tanggal 17 Agustus 1945

Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu

Aku sekarang api aku sekarang laut

Bung Karno, Kau dan aku satu zat satu urat

Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar

Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak dan berlabuh.

1953

5. Puisi perjuangan pahlawan karya Chairil Anwar berjudul Perjurit Jaga Malam

"Perjurit Jaga Malam" termasuk salah satu karya puisi perjuangan pahlawan karya Chairil Anwar. Berikut isinya:

Perjurit Jaga Malam

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?

Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,

bermata tajam,

Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya kepastian

ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini

Aku suka pada mereka yang berani hidup

Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam

Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu....

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!

1948

6. Puisi perjuangan pahlawan karya Chairil Anwar berjudul Aku

"Aku" juga termasuk puisi yang punya kaitan erat dengan pahlawan dan semangat kebangsaan. Buyung Saleh dalam Suluh Indonesia (1961) mengatakan, Chairil tidak bisa dilepaskan dari keakuannya. Di sisi lain, ia juga punya semangat kebangsaan yang menjelma lewat karya-karyanya.

Aku

Kalau sampai waktuku

‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu

Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku

Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari

Berlari

Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

1943

7. Puisi perjuangan pahlawan karya Chairil Anwar berjudul Hukum

Selain puisi Karawang Bekasi, ada juga puisi perjuangan pahlawan karya Chairil Anwar. Judulnya "Hukum". Berikut isinya:

Hukum

Saban sore ia lalu depan rumahku

Dalam baju tebal abu-abu

Seorang jerih memikul. Banyak menangkis pukul.

Bungkuk jalannya — Lesu

Pucat mukanya — Lesu

Orang menyebut satu nama jaya

Mengingat kerjanya dan jasa

Melecut supaya terus ini padanya

Tapi mereka memaling. Ia begitu kurang tenaga

Pekik di angkasa: Perwira muda

Pagi ini menyinar lain masa

Nanti, kau dinanti-dimengerti!

1943

8. Puisi perjuangan pahlawan karya Chairil Anwar berjudul Malam

"Malam" juga bisa dimasukkan dalam kumpulan puisi karya Chairil Anwar tentang pahlawan. Sajak ini menceritakan tentang perjuangan perang, digambarkan melalui kata Thermopylae, yang merujuk pada Pertempuran Thermopylae antara Yunani melawan Persia pada 191 SM.

Berikut isi sajak "Malam" karya Chairil, yang ditulis pada 1945:

Malam

Mulai kelam

belum buntu malam,

kami masih saja berjaga

—Thermopylae? —

—jagal tidak dikenal? —

tapi nanti

sebelum siang membentang

kami sudah tenggelam

hilang....

1945

Baca juga artikel terkait HARI PAHLAWAN atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yantina Debora
Penyelaras: Fadli Nasrudin