Menuju konten utama

Proyeksi Bank Mandiri: Ekonomi 2021 Tumbuh 4,4%, Kredit Tumbuh 5%

Bank Mandiri memperkirakan ekonomi RI tumbuh 4,4 persen pada 2021. Syaratnya, pandemi harus terus terkendali.

Proyeksi Bank Mandiri: Ekonomi 2021 Tumbuh 4,4%, Kredit Tumbuh 5%
[Ilustrasi] Pekerja melakukan proses pengerjaan pembangunan 6 ruas jalan tol Seksi A Kelapa Gading-Pulogebang 9,3 kilometer di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (15/10/2020). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Bank Mandiri memperkirakan ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh hingga 4,4 persen pada 2021. Seiring perbaikan pertumbuhan ekonomi ini, kredit pun diperkirakan akan menggeliat dengan pertumbuhan 5 persen.

“Tentunya ini on the back asumsi pengendalian COVID-19-nya ini tetap bisa di-push, jangan sampai kehilangan kendali,” kata Head of Macroeconomic & Market Research Bank Mandiri Dian Ayu Yustina dalam pemaparan Economic Outlook and Industry 2021 pada Rabu (19/5/2021).

Proyeksi ini mendekati perkiraan IMF di angka 4,3 persen pada 2021. Sementara Bank Indonesia (BI) memperkirakan ekonomi RI bisa tumbuh pada rentang 4,1-5,1%

Ekonomi Indonesia pada tahun 2020 mengalami kontraksi 2,07 persen, yang merupakan kontraksi pertama setelah krisis moneter 1998. Kontraksi ekonomi berlanjut pada kuartal I-2021 di angka 0,74%, atau berarti sudah menunjukkan ke arah pemulihan.

Bank Mandiri memperkirakan ekonomi pada kuartal II-2021 akan tumbuh 7,1 persen. Angka ini lebih optimistis dibandingkan dengan proyeksi pemerintah di angka 6,7 persen.

Bank Mandiri melihat pertumbuhan ekonomi pada kuartal II sudah menunjukkan tren perbaikan. Hal ini tercermin dari tingkat kepercayaan masyarakat yang mulai pulih di bulan Maret-April 2021 yang dipengaruhi beberapa faktor seperti menurunnya jumlah kasus Covid-19 harian serta perkembangan proses vaksinasi.

Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Panji Irawan pada kesempatan yang sama menjelaskan indeks keyakinan konsumen pada bulan April 2021 untuk pertama kalinya dalam satu tahun terakhir. Hal itu menunjukkan bahwa ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi sudah optimistis.

Hal itu pula, yang memicu terjadinya peningkatan belanja konsumen terutama pada periode menjelang perayaan Libur Lebaran 2021. Di samping itu, kata Panji, kebijakan moneter juga masih akomodatif dalam mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional.

Penurunan suku bunga acuan BI 7-day reverse repo rate (7DRR) ke level terendah sepanjang sejarah 3,5% juga menjadi salah satu pendorong pemulihan ekonomi. Berbagai kebijakan stimulus fiskal, moneter dan makroprudensial juga telah dilakukan seperti pembebasan PPn di sektor otomotif, pelonggaran aturan Loan to Value Ratio (LTV) bagi perbankan untuk memacu pertumbuhan kredit.

Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menjelaskan, pemulihan ekonomi sektoral juga sudah terlihat membaik. Beberapa sektor mulai terlihat pulih lebih cepat yaitu terkait kebutuhan pokok baik produksi, distribusi dan perdagangannya seperti industi makan dan minum, pendidikan, jasa kesehatan, air, listrik, informasi dan komunikasi.

Pemulihan ekonomi saat ini sudah bergerak ke sektor durable goods dan turunannya seperti industri manufaktur, angkutan darat dan logistik serta pertambangan.

"Di tahap akhir, pemulihan ekonomi terjadi di sektor angkutan udara, perhotelan dan properti untuk segmen menengah-atas," jelas Andry Asmoro.

Di samping itu, komoditas seperti CPO, batu bara, minyak mentah dan nikel, telah menjadi faktor penting yang membantu pemulihan perekonomian terutama di wilayah berbasiskan komoditas, seperti Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

"Harga-harga komoditas penting bagi Indonesia seperti CPO, batubara, minyak, dan nikel sudah tinggi. Ke depan, harga-harga komoditas secara rata-rata masih akan di level yang relatif tinggi dibandingkan tahun lalu," jelas Andry.

Dengan semua perkembangan ke arah perbaikan, Panji memperkirakan intermediasi perbankan akan membaik di tahun ini, sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional. "Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 4,4%, kami melihat pertumbuhan kredit akan membaik sekitar 5%," ujar Panji.

Pada tahun 2020, kredit mengalami kontraksi 2,41 persen (yoy) atau berarti memburuk dibandingkan capaian pada 2019, dengan angka pertumbuhan hingga 6,08 persen.

Baca juga artikel terkait PERTUMBUHAN EKONOMI atau tulisan lainnya dari Nurul Qomariyah Pramisti

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Nurul Qomariyah Pramisti
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Abdul Aziz