Menuju konten utama

Program Sekolah Penggerak dan Tinjauan Hermeneutik Dilthey

Program Sekolah Penggerak melahirkan sebuah inovasi kepemimpinan pendidikan dengan gaya baru.

Program Sekolah Penggerak dan Tinjauan Hermeneutik Dilthey
Mekanisme Seleksi Kepsek Calon Sekolah Penggerak. (FOTO/p3gtk.kemdikbud.go.id)

tirto.id - Program Sekolah Penggerak bisa menjadi harapan untuk transformasi kepemimpinan pendidikan Indonesia mutakhir. Pendapat ini dinyatakan oleh Katman Mahasiswa Program S3 Universitas Pelita Harapan - Jakarta, sebagaimana disampaikan secara tertulis kepada Tirto.

Katman berpendapat, situasi terkini seperti pandemi Covid-19, perubahan dunia global, dan perkembangan teknologi sudah selayaknya justru menjadi momentum untuk mempercepat kepemimpinan pendidikan.

“Pembiasaan cara belajar baru berkembang dengan cepat, dan pada saatnya akan menjadi budaya masyarakat. Kecepatan dan ketepatan respons terhadap dinamika tersebut sangat ditentukan oleh sosok pemimpin,” jelas Katman.

Kepemimpinan dalam dunia pendidikan, kata Katman, merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pencapaian hasil belajar murid. Peran pemimpin dalam memotivasi, mengelola, dan memanejemen akan mempengaruhi kinerja suatu kelompok dalam institusi pendidikan. Oleh karena itulah, pemimpin selayaknya mau belajar dan peka dalam beradaptasi dengan perubahan untuk membawa institusi mereka pada kemajuan.

Latar dan Tujuan program Sekolah Penggerak

Program Sekolah Penggerak yang menjadi sarana transformasi gaya kepemimpinan pendidikan yang kekinian sebenarnya adalah keberlanjutan program-program sebelumnya.

Katman menjelaskan, sebelum pandemi melanda, pemerintah telah mengidentifikasi beberapa konsep untuk mengatasi persoalan pada pendidikan anak usia dini, dasar dan menengah. Beberapa tahapan konsep itu antara lain:

  • Pertama, capaian belajar diarahkan untuk membentuk kemandirian murid dan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

  • Kedua, memperkecil kesenjangan layanan pendidikan antar status sosial ekonomi, kondisi geografis dan gender.

  • Ketiga, peningkatan kompetensi dan peran guru dalam pengembangan pembelajaran serta pendampingan.

  • Keempat, proses pembelajaran berorientasi kepada minat, bakat dan tingkat capaian belajar murid.

  • ­­Kelima, digitalisasi pengelolaan sumber daya sekolah. Konsep perubahan tersebut dibangun melalui Program Sekolah Penggerak.

Program Sekolah Penggerak ini bertujuan menjadi katalisator transformasi pendidikan. Sehingga harapannya dalam jangka waktu tertentu kinerjanya akan meningkat satu level yang lebih tinggi. Program ini juga mencakup semua satuan jenjang pendidikan dari PAUD, SD, SMP, SMA sampai SLB yang dijalankan secara koloboratif antara institusi pendidikan dengan pemerintah daerah.

“Sebagai program yang dijalankan secara kolaboratif, intervensi program tersebut juga ditujukan kepada pemangku kepentingan di daerah melalui pengembangan program kemitraan dan pendampingan,” jelas Katman.

Katman menambahkan, pengembangan Program Sekolah Penggerak ini merujuk kepada pengalaman penyelenggaraan program sekolah sebelumnya, yaitu Sekolah Standar Nasional, Sekolah Berstandar Internasional, Rintisan Sekolah Berstandar Internasional, Sekolah Rujukan dan Sekolah Model. Intinya, Program Sekolah Penggerak merupakan transformasi dari program sebelumnya.

Meski demikian, sebagaimana disampaikan Mendikbud Ristek, Nadiem Makarim, Program Sekolah Penggerak memiliki beberapa perbedaan dari progran sebelumnya. Perbedaan program terletak pada proses pemilihan dan intervensi yang diberikan. Kelayakan ditentukan oleh kompetensi kepala sekolah sebagai pemimpin organisasi dan komitmen kepala daerah. Dengan demikian, baik kepala sekolah maupun pemimpin daerah perlu menguasai kompetensi kepemimpinan yang kreatif, kolaboratif, komunikatif, mampu berpikir kritis, berpikir komputasional, dan pengalaman batin.

Kepala Sekolah Kunci Keberhasilan Pengelolaan Pendidikan

Mengutip kajian akademik Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Tehnologi, Katman menjelaskan, salah satu kunci keberhasilan perubahan pengelolaan pendidikan adalah kepemimpinan kepala sekolah. Oleh karena itu dengan Program Sekolah Penggerak kesenjangan kualitas belajar murid Indonesia di antara negara-negara di dunia dan kesenjangan antar kelompok diharapkan dapat diperkecil.

Dalam konsep Sekolah penggerak, figur kepala sekolah menjadi aktor utama sebagai seorang manajer dan sekaligus leader. Lantaran itu, kompetensi kepala sekolah yang berpikiran maju, kreatif, inovatif sangat dibutuhkan untuk dapat membawa perubahan fundamental dalam proses pengelolaan lembaga.

Menurut Katman, poin penting lain adalah kompetensi pemimpin dalam pembagian kerja birokrasi. Dalam konteks Program Sekolah Penggerak, karakteristik birokrasi tersebut adalah adanya bentuk pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan sekolah. Pemerintah pusat, sebagai perumus kebijakan, meluncurkan sebuah konsep perubahan kepemimpinan pembelajaran dari ketuntasan kurikulum menjadi intructional leadership dengan keberpihakan kepada murid dan mengedepankan kolaborasi.

Katman menilai, faktor penting lain dalam Program Sekolah Penggerak kecakapan seorang pemimpin. Keterampilan esensial yang harus dimiliki oleh pemimpin adalah kemampuan mengantisipasi, menghadapi tantangan, melakukan interpretasi, membuat keputusan, bekerjasama, dan kemauan belajar. Keterampilan tersebut merupakan modal bagi pemimpin untuk memperoleh pemahaman yang baik terhadap perubahan kepemimpinan yang akan dilakukan.

Membentuk Pemimpin Berkarakter

Mengutip teori ahli hermenutik Wilhelm Dilthey, Katman menyampaikan bahwa kemimpinan yang ideal dalam Program Sekolah Penggerak dibentuk oleh beberapa proses, yakni erlebnis, ausdruck dan verstehen.

Erlebnis adalah sebuah pengalaman yang merupakan alur historis manusia yang terus mengalir tanpa putus sehingga membentuk suatu pengetahuan yang mendalam namun belum terobyektifikasi. Ausdruck adalah ekspresi hidup yang menghasilkan sesuatu produk. Sedangkan Verstehen adalah proses pemahaman yang bukan sekedar kognitif, namun menyangkut kompleksitas manusia.

Pendek kata, kepemimpinan merupakan proses berkelanjutan dan tidak pernah terputus. Pengalaman kepemimpinan akan membentuk pemahaman baru ketika berinteraksi dengan kompleksitas dan interpretasi terhadap pengalaman diri dan orang lain.

Para pemimpin Program Sekolah Penggerak akan terlibat dalam sebuah kumparan interpretasi terhadap konsep perubahan kepemimpinan pendidikan yang sedang dibangun. Tindakan perubahan merupakan ungkapan yang dipengaruhi oleh bagaimana pemimpin memahami kompleksitas pengalaman dan kompleksitas kontekstual sehingga hasil tindakan membawa peningkatan kualitas pendidikan yang dinamis.

Kata Katman, konsep hermeneutik Dilthey tersebut bisa dipakai sebagai pendekatan untuk memprediksi keberhasilan rancangan perubahan kepemimpinan dalam program Sekolah Penggerak. Dengan demikian perubahan kepemimpinan pada Program Sekolah Penggerak pada akhirnya akan melahirkan pemimpin gaya baru, namun tidak jmenutup kemungkinan sebagian tetap mempertahankan gaya kepemimpinannya.

Sementara itu gaya kepemimpinan yang baru bisa jadi sesuai harapan Program Sekolah Penggerak dan bisa pula gaya baru yang di luar konsep Program Sekolah Penggerak. Selain itu akan tercipta pula pemimpin yang baru dengan gaya kepemimpinan baru dan pengalaman paradigma baru.

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis