Menuju konten utama
Advertorial

Program Secangkir Semangat Satukan Pelaku Sociopreneur

Kopi Kapal Api menggelar Awarding Night Secangkir Semangat #BuatNyataTujuanmu kompetisi pengembangan sociopreneurship.

Program Secangkir Semangat Satukan Pelaku Sociopreneur
PT Santos Jaya Abadi melalui salah satu mereknya, Kopi Kapal Api, mengakhiri program sosiopreneurnya, berjudul "A Cup of Spirits #MakeYourGoalComeTrue", yang berlangsung sepanjang 2018, pada acara Awarding Night di Grand Hyatt Hotel, Jakarta pada hari Sabtu (23/2/2019). FOTO/Dok. Awarding Night Kopi Kapal Api

tirto.id - Kopi Kapal Api, di bawah naungan PT Santos Jaya Abadi, sukses menggelar Awarding Night Secangkir Semangat #BuatNyataTujuanmu di Grand Hyatt, Jakarta, Sabtu (23/2/2019).

Kegiatan tersebut adalah puncak kompetisi pengembangan wirausaha sosial atau sociopreneurship yang digagas Kopi Kapal Api sejak Mei tahun lalu.

Pemenang pertama, Meybi Agnesya Lomanledo dan Kiki Nurrizky menyebut bisnis sosial yang mereka jalankan, Sekolah Lapangan Timor Moringa Organik Indonesia (SL-TMOI), dibuat untuk meminimalisasi malnutrisi: salah satu persoalan nyata di kawasan Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Kami berupaya mengatasi masalah malnutrisi di perdesaan dengan mula-mula mengajari para ibu cara memasak kelor yang benar. Mereka dilatih untuk memanfaatkan daun kelor, tanaman yang banyak tumbuh di sekitar mereka, untuk perbaikan nutrisi,” kata Kiki kepada Tirto, Sabtu (23/2).

Selain itu, lewat program Moringa as Feed, Moringa as Food, Moringa as Fertilizer, dan Moringa as Farm, SL-TMOI berupaya memanfaatkan semua unsur kelor untuk kepentingan masyarakat. Di Desa Pitay, NTT, Kiki menyebut daun kelor dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan pupuk tanaman.

Sedangkan untuk manusia, daun tersebut diolah menjadi aneka produk seperti teh celup, coklat, serbuk halus (disajikan sebagai campuran atau pelengkap makanan sehari-hari seperti bubur, sayur, nasi, telur, dsb), dll.

“Kami mendatangi desa-desa terpencil, membantu masyarakat membuka lapangan kerja dengan menanam atau menyuplai daun kelor, mentransfer teknologi pengeringan daun tersebut sehingga mereka mempunyai keahlian dan pendapatan,” sambung Kiki.

SL-TMOI berdiri pada Agustus 2018. Selain sudah memiliki 4 petani binaan, lembaga tersebut juga sudah memberikan berbagai macam pelatihan kepada puluhan warga Desa di Flores.

“Kami mementingkan kualitas, bukan kuantitas. Makanya sejauh ini kami tidak mau tanam kelor banyak-banyak,” ucap Meybi, menambahkan. Adapun mengenai hadiah yang ia dapat dari kegiatan Secangkir Semangat #BuatNyataTujuanmu, Meybi menyebut uang sebesar 250 juta itu akan dialokasikan untuk akan merenovasi SL-TMOI.

“Kami ingin sekolah lapangan itu lebih layak disebut sebagai sekolah. Itulah investasi kami yang ingin dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” pungkasnya.

Juri kegiatan Yoris Sebastian menyebut keberhasilan Meybi dan Kiki memenangi

kompetisi Secangkir Semangat #BuatNyataTujuanmu salah satunya terletak pada kemampuan mengangkat daun kelor—tumbuhan yang kerap dianggap remeh—menjadi produk yang berkualitas.

“Saya melihat semangat tersebut bisa dijadikan inspirasi oleh anak muda-anak muda lain di Indonesia agar lebih sensitif dengan persoalan di daerahnya masing-masing. Kekuatan bisnis sosial ada di daerah,” kata Yoris kepada Tirto.

Kompetisi Berbeda

Meski kompetisi telah selesai, Yoris menyebut dirinya tetap diminta pihak Kopi Kapal Api untuk menjadi mentor bagi Meybi dan Kiki selama 6 bulan. Dan mekanisme kompetisi semacam itu yang membedakan Secangkir Semangat #BuatNyataTujuanmu dengan kompetisi sociopreneur lainnya.

“Kompetisi ini bukan sekadar seremonial. Pemenang tidak hanya mendapatkan uang dan jaringan, tapi ada mentoring lanjutan. Saya hanya diminta memoles mereka untuk siap lepas landas ke dalam skala bisnis yang lebih besar. Saran saya diterima atau tidak, itu tergantung keputusan mereka. Setidaknya, Kopi Kapal Api sudah berusaha mengarahkan."

Mantan GM termuda Hard Rock Café Indonesia tersebut melanjutkan, beberapa dekade lalu, bisnis sosial adalah dua hal terpisah yang masing-masing dikerjakan perusahaan dan NGO (Non-Profit Organization). Pelaku sociopreneur dituntut untuk menjembatani keduanya dengan cara-cara kreatif.

“Nah ini yang banyak miss di ribuan pendaftar lain. Sebagian besar mereka berpikir bahwa karena punya bisnis mereka kemudian menyumbang. Bukan begitu. Sumbangan dan dampak sosial adalah hal lain. Kita bisa lihat, pada pemenang, tiap daun kelor yang mereka olah dan jual itu ada dampak sosialnya,” terang Yoris.

Sementara Marketing Manager PT Santos Jaya Abadi Johnway Suwarsono menerangkan, bersama Bekraf, pihaknya menggelar program Secangkir Semangat #BuatNyataTujuanmu dengan maksud menginspirasi sekaligus memfasilitasi anak muda-anak muda Indonesia untuk terus berkreasi.

“Apa pun bentuk usahanya, kami berharap mereka bisa maju, punya keuntungan seiring kemampuan mengatasi masalah-masalah sosial,” kata Johnway kepada Tirto.

Johnway juga menyebut sasaran kegiatan ini, generasi milenial, sebagai kalangan yang gemar berbagi dan menjadikan hal tersebut sebagai salah satu tujuan besar dalam hidup.

“Spirit berbagi pada generasi milenial sejalan dengan spirit Kopi Kapal Api. Kopi adalah simbol pemersatu. Simbol kebersamaan. Banyak ide-ide segar muncul diawali dari acara-acara minum kopi,” pungkasnya.

Baca juga artikel terkait PENGUSAHA atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Agung DH