Menuju konten utama

Profil Menteri Jokowi: Erick Thohir, Nadiem Makarim & Airlangga

Jokowi melantik menteri Kebinet Indonesia Maju pada Rabu, 23 Oktober 2019. Tiga di antaranya adalah Erick Thohir, Nadiem Makarim, dan Airlangga Hartarto.

Profil Menteri Jokowi: Erick Thohir, Nadiem Makarim & Airlangga
Presiden Indonesia Joko Widodo, barisan depan keenam dari kiri, dan wakilnya Ma'ruf Amin, ketujuh dari kiri, berpose untuk para fotografer saat pengumuman kabinet baru di Istana Merdeka di Jakarta, Indonesia, Rabu, 23 Oktober 2019. AP / Dita Alangkara

tirto.id - Presiden Joko Widodo melantik sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju pemerintahan Jokowi-Ma'ruf masa bakti 2019-2024, Rabu, 23 Oktober 2019. Terdapat 34 menteri dan empat jabatan setara menteri yang dilantik Jokowi, di Istana Negara, Jakarta Pusat. Mereka di antaranya: Erick Thohir, Nadiem Makarim, dan Airlangga Hartarto.

Berikut profil ketiga menteri Jokowi-Ma'ruf di Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024:

1. Profil Erick Thohir

Erick Thohir ditunjuk Presiden Jokowi sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menggantikan Rini Soemarno. Erick usai serah terima jabatan berjanji tak akan korupsi seperti pesan Jokowi selama menjabat sebagai menteri.

Wanti-wanti Jokowi agar menteri barunya tidak melakukan tindakan korupsi ditanggapi serius oleh Erick. Jangan sampai, kata dia, tindakan anti-korupsi hanya sebuah lip service lantaran saat ini sudah banyak citra buruk soal perusahaan-perusahaan BUMN.

Erick lahir di Jakarta pada 30 Mei 1970. Ia adalah putra dari pengusaha nasional Mochamad Teddy Thohir yang nantinya turut merintis dan membesarkan Grup Astra International bersama William Soeryadjaya.

Tak hanya Erick yang meneruskan jejak langkah ayahnya sebagai pengusaha. Dua saudaranya yakni Garibaldi “Boy” Thohir serta Rika Thohir juga berkiprah di kancah bisnis dan meraih kesuksesan.

Setelah meraih gelar sarjana dari Glendale University, California, Erick Thohir bertahan di Amerika Serikat untuk melanjutkan studinya ke California State University (CSU). Pada 1993, ia meraih gelar Master Business Administration dari universitas tersebut.

Pulang ke tanah air, Erick Thohir ternyata harus berusaha sendiri. Kendati berasal dari keluarga pengusaha, namun sang ayah, Teddy, tidak mengizinkan Erick bekerja di perusahaan miliknya. Erick harus berjuang sendiri dari nol.

Dikutip dari buku 50 Kisah Sukses dan Inspiratif Diaspora Indonesia karya Fairuz Mumtaz (2014), Erick kemudian merintis karier bisnis dengan mendirikan Mahaka Group bersama tiga rekannya yakni Muhammad Luthfi, Wisnu Wardhana, dan R. Harry Zulnardy.

Mahaka adalah perusahaan yang bergerak di bidang media. Pada 2001, Mahaka mengakuisisi Harian Republika yang saat itu tengah dilanda krisis keuangan dan nyaris bangkrut.

Selain dibimbing ayahnya, Erick juga belajar dari mentor berpengalaman, yakni Jakob Oetama dari Kompas serta bos Jawa Pos kala itu, Dahlan Iskan.

2. Nadiem Makarim

Nadiem Makarim ditunjuk Jokowi sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud). Ia mengatakan akan mengikut arahan Presiden Jokowi untuk membangun sistem pendidikan yang berkesinambungan dengan dunia industri.

“Yang kedua harus relevansi, Presiden selalu bilang link and match antara industri dan institusi pendidikan. Relevansi dari skill-skill tersebut yang kita pelajari harus relevan," kata dia usai serah terima jabatan, di Kemendikbud, Jakarta, Rabu (23/10/2019).

Nadiem tercatat lahir di Singapura, 4 Juli 1984. Dia putra Nono Anwar Makarim. Ayah Nadiem merupakan praktisi hukum ternama, yang pernah menjadi anggota Komite Etik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Nadiem meraih gelar BA jurusan Hubungan Internasional di Brown University (AS). Dia juga memiliki gelar MBA dari Harvard Business School. Nama Nadiem mencuat setelah mendirikan Gojek Indonesia pada 2010 dan berhasil memimpin perusahaan itu hingga berstatus sebagai startup Decacorn.

Keberhasilan mengembangkan Gojek, membuat pria berusia 35 tahun itu mendapatkan sejumlah penghargaan bergengsi. Misalnya, pada 2018, Nadiem masuk daftar Bloomberg 50 Most Influential atau Daftar 50 Orang Paling Berpengaruh di dunia versi media Bloomberg.

Sementara pada tahun ini, Nadiem meraih penghargaan Nikkei Asia Prize ke-24 untuk Inovasi Ekonomi dan Bisnis. Dia menjadi tokoh termuda se-Asia yang menerima penghargaan itu.

Sebelum sepenuhnya berfokus di Gojek, pada November 2011, Nadiem pernah bekerja untuk Zalora Indonesia sebagai Managing Director selama 10 bulan.

Sekitar 8 bulan setelah keluar dari Zalora, dia sempat bergabung dengan startup penyedia layanan pembayaran non-tunai, Kartuku, dan menempati posisi Chief Innovation Officer. Setelah mundur dari Kartuku pada 2014, ia berfokus mengembangkan Gojek, demikian seperti dilansir Antara.

Di bawah kepemimpinan Nadiem, Gojek berkembang pesat dengan produk utama awalnya berupa layanan transportasi online. Meski Go-Jek bermula sebagai startup ride-sharing, perusahaan ini kemudian merambah bisnis financial technology (fintech) di Indonesia melalui Go-Pay.

3. Airlangga Hartarto

Airlangga Hartarto termasuk wajah lama di kabinet Jokowi. Politikus Golkar ini sebelum diangkat menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian di Kabinet Indonesia Maju, ia adalah menteri perindustrian.

Usai dilantik Jokowi pada Rabu, 23 Oktober 2019, Airlangga mengatakan akan fokus membenahi defisit transaksi berjalan. Caranya, ia menyasar pembenahan defisit neraca perdagangan yang saat ini relatif banyak disumbang oleh defisit migas.

Airlangga lahir di Surabaya, 1 Oktober 1962. Ia memiliki sejumlah pengalaman organisasi yang dibutuhkan untuk menjabat sebagai pejabat menteri koordinator.

Lulusan Teknik Mesin Universitas Gajah Mada (UGM) pada 1987 ini pernah menjadi Ketua Umum Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) periode 2005-2014 dan Sekjen ASEAN Federation of Engineering Organisations (AFEO) 2005.

Selain itu, ayah delapan anak ini pernah mengemban amanah sebagai Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) periode 2006-2009 dan Ketua Dewan Insinyur PII periode 2009-2015.

Airlangga mengabdi kepada almamater dengan menjadi anggota Majelis Wali Amanat UGM 2002-2012, Wakil Ketua Umum Keluarga Alumni UGM (KAGAMA) 2005-2009 dan Anggota Dewan Penasihat KAGAMA 2009-2014.

Suami Yanti Isfandiary pernah memprakarsai pemberian Herman Johannes Award, suatu penghargaan bagi inovasi teknologi, ketika menjabat sebagai Ketua Keluarga Alumni Fakultas Teknik UGM pada 2003.

Airlangga juga merupakan lulusan Master of Business Administration (MBA) dari Monash University, Australia pada 1996 serta Master of Management Technology (MMT) dari The University of Melbourne, Australia pada 1997.

Penghargaan yang pernah diterima di antaranya: ASEAN Engineering Honorary Fellow dari Asean Federation of Engineering Organization di Myanmar pada 2004. Selain itu, Airlangga ikut menerima Founding Fellow Asean Academy of Engineering Technology pada 2004, Australian Alumni Award for Entrepreneurship pada 2009, serta Satya Lencana Wira Karya pada 2014.

Putra Hartarto Sastrosoenarto, Menteri Perindustrian periode 1983-1993 ini, juga mempunyai karier politik yang cukup “mentereng.” Ia bahkan saat ini tercatat sebagai ketua umum Golkar dan mengantarkan partai berlambang beringin ini sebagai peraih kursi terbanyak kedua di DPR RI periode 2019-2024.

Baca juga artikel terkait KABINET JOKOWI-MARUF atau tulisan lainnya dari Abdul Aziz

tirto.id - Politik
Penulis: Abdul Aziz
Editor: Addi M Idhom