Menuju konten utama

Profil Iwan Fals, Rekam Jejak dan Kisah Tentang Galang Rambu Anarki

Iwan Fals berulang tahun pada 3 September 2020. Kini, ayah almarhum Galang Rambu Anarki ini genap berumur 59 tahun.

Profil Iwan Fals, Rekam Jejak dan Kisah Tentang Galang Rambu Anarki
Iwan Fals. antara foto/indrianto eko suwarso/asf/spt/14.

tirto.id - Jika diibaratkan benda, barangkali Iwan Fals adalah air yang bisa berubah bentuk sesuai dengan wadahnya. Suatu kali ia bisa menulis lagu-lagu humor dan penuh tawa, lalu menyanyikan lagu cinta remaja. Kemudian membawakan lagu murung yang mempertanyakan hidup, sampai dikenal sebagai salah satu ikon nyanyian protes sosial yang bikin ciut nyali penguasa.

Sampai saat ini, pemilik nama lengkap Virgiawan Listianto ini sudah merilis 37 album studio sejak tahun 1979 lewat album debut Canda Dalam Nada. Di akhir Agustus 2020 lalu, Iwan Fals juga merilis single baru berjudul "Bagimu", yang berkolaborasi dengan grup asal Bandung Syarikat Idola Remaja (SIR). Iwan Fals juga pernah dijuluki oleh majalah Time Asia edisi 29 April 2002 sebagai "Pahlawan Besar Asia".

Rekam Jejak Iwan Fals

Sebagaimana ditulis dalam buku 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia karya Tim Narasi, nama Iwan Fals baru benar-benar meroket berkat "Oemar Bakri" di album Sarjana Muda yang meledak di pasaran awal tahun 1980-an.

Lagu "Oemar Bakri" berkisah tentang kehidupan sosok guru yang harus menanggung beban besar, tetapi gajinya tidak seberapa. Bahkan, sang guru kerap dirundung kemalangan. "Jadi guru berbakti memang makan hati," demikian potongan liriknya.

Sejak saat itu, Iwan Fals memiliki jutaan penggemar fanatik, bahkan mengikuti ajaran moral yang terkandung dalam lirik-liriknya. Namun, pada tahun 1989 dan 1993, konsernya sering berakhir dengan kerusuhan. Hal itu menyebabkan pembatalan turnya di 100 kota karena tidak mendapat izin. Selain itu, Iwan juga dicekal untuk tampil di TVRI.

Awal 1990-an, Iwan aktif di padepokan penyair WS Rendra di Citayam, dari sana, mereka mendirikan kelompok musik Kantata Takwa bersama Renda, Sawung Jabo, Setiawan Jodi dan Yockie Suryoprayogo. Kelompok musik ini banyak menciptakan hit seperti "Bongkar", "Bento" dan lain-lain.

Lagu-lagunya turut memberikan inspirasi bagi anak muda untuk mempertanyakan status quo kekuasaan dan sempat berkumandang saat para mahasiswa melakukan demonstrasi di era Orde Baru.

Dalam buku Musik dan Suara Hati Iwan Fals karya Pusat Data dan Analisa Tempo, Iwan Fals sempat berurusan dengan Korem 031 Pekanbaru karena menyanyikan lagu "Demokrasi Nasi dan Mbak Tini" di Gedung Olah Raga. Ia harus terpaksa mondar-mandir antara Hotel Riau, tempatnya menginap dan Korem 031 untuk diinterogasi.

Galang Rambu Anarki

Pada April 1997, Iwan harus terpukul dan melewati masa sulit karena kematian anak sulung Galang Rambu Anarki. Ia adalah gitaris band Bunga yang baru saja merilis album debut. Nama putra tertuanya itu pernah ia jadikan lagu berjudul "Galang Rambu Anarki".

Andy F. Noya, dalam acara talkshow Kick Andy, pernah bertanya langsung ke Iwan Fals tentang Galang Rambu. Iwan bilang, saat itu anaknya sedang berada dalam tahap menentukan jalan hidupnya sebagai pemusik dan memilih untuk berhenti sekolah saat usia 15 tahun.

Iwan bilang, Galang juga membuktikan bahwa ia benar-benar serius di dunia musik, hal itu juga dibuktikan lewat album Bunga. "Saya sempat ke studio, cuma dia sendiri yang di studio itu, teman-temannya belum datang, dia tepat waktu," ungkap Iwan.

Dalam acara itu, Iwan juga mengklarifikasi tentang kematian Galang yang kala itu santer beredar bahwa ia meninggal karena over dosis obat-obat terlarang. Namun Iwan menegaskan bahwa penyebabnya bukan itu karena sang anak meninggal akibat gangguan pernafasan.

Memang, kata Iwan, sebagai anak muda, Galang sempat mencoba ganja dan putaw, tetapi masalah itu berhasil ia lewati, lalu memilih musik sebagai jalan hidupnya. Dan, kata Iwan, hal itu Galang buktikan dengan merilis album. "Saya percaya sama dia, cepat tahapan itu dia lewat."

Baca juga artikel terkait IWAN FALS atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Agung DH