Menuju konten utama

Profil Gedung Sate: Sejarah Berdirinya, Lokasi dan Wisata Museum

Profil Gedung Sate Bandung, dari mulai sejarah singkat, lokasi, dan daftar wisata di Gedung Sate.

Profil Gedung Sate: Sejarah Berdirinya, Lokasi dan Wisata Museum
Gedung Sate. commons.wikimedia.org/tenasbdg

tirto.id - Gedung Sate merupakan gedung yang ikonik di kota Bandung.

Dilihat dari namanya saja, seperti dilansir laman resmi Provinsi Jabar, gedung yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 22 Bandung tersebut sudah memiliki ciri khas yang menjadi pembeda dari gedung lainnya.

Gedung sate memiliki perpaduan arsitektur yang unik karena merupakan hybrid dari berbagai gaya arsitektur dengan model Rennaisance Italia, jendela Moor Spanyol, dan atap menyerupai pura di Bali.

Hal ikonik pada Gedung Sate yang membuat masyarakat menyebutnya dengan nama demikian adalah pada puncak atap gedungnya terdapat ornamen 6 tusuk sate.

Ornamen tersebut memiliki arti 6 juta Gulden, yang merupakan biaya yang dihabiskan untuk pembangunan gedung tersebut.

Sejarah Gedung Sate

Gedung Sate

Gedung Sate. commons.wikimedia.org/tropenmuseum.nl/Dr. W.G.N. (Wicher Gosen Nicolaas) van der Sleen

Gedung Sate dibangun pada masa kolonial Belanda yaitu sekitar 1920-1924. Tim arsiteknya diketuai oleh Ir. J. Gerber, Eh, De Roo, dan G. Hendriks,serta Gemeente van Bandoeng yang diketuai V.L. Sloors.

Gedung Sate dibangun dalam rangka program pemindahan pusat militer pemerintahan Hindia Belanda dari Meester Cornelis ke Bandung.

Gedung ini sendiri didesain untuk instansi pemerintahan (Gouvernements Bedrijven/GB) dalam satu komplek perkantoran.

Peletakan batu pertama dilakukan oleh Nona Johanna Catherina Coops sebagai putri sulung Wali kota Bandung pada saat itu yakni B. Coops yang didampingi Nona Petronella Roeslofsen sebagai perwakilan Gubernur Jenderal Batavia.

Pada masa itu, Gedung Sate difungsikan sebagai gedung Departemen Pekerjaan Umum dan Pengairan (Departement Verkeer en Waterstaat) dan di sampingnya terdapat gedung Pusat Pos, Telegraf, dan Telepon (Hoofdbureau Post, Telegraaf, en Telefoondienst).

Pada 1924, gedung Hoofdbureau Post, Telegraaf, en Telefoondienst rampung dibangun menyusul dengan selesainya pembangunan Induk Gedung Sate serta Perpustakaan Teknik terlengkap se-Asia Tenggara pada September 1924.

Dilansir dari Antara, gedung yang pada 27 Juli 2020 kemarin merayakan hari jadi ke 100 tahun tersebut beralih fungsi menjadi Kantor Gubernur Jawa Barat pada 1980.

Dalam sebuah denah yang ditemukan di dalamnya, Gedung Sate merupakan salah satu dari 17 gedung yang akan dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai Komplek Pemerintahan Pusat Hindia Belanda sebagai pengganti peran Batavia.

Menurut situs Badan Penghubung Jabar, beberapa departemen yang direncanakan akan dibuatkan gedungnya dalam rangka pemindahan ibu kota negara beserta bangunan-bangunan pemerintahan pusat dari Batavia ke Bandung antara lain:

  • Departement Verkeeren en Waterstat (saat ini menjadi Gedung Sate)
  • Hoofbureau PTT (Kantor Pusat Pos, Telegraf, dan Telepon)
  • Departement van Onderwijs en Eeredients (Departemen Pendidikan dan Pengajaran)
  • Departement van Fiancien (Departemen Keuangan)
  • Departement van Binnenlandsh Bestuur (Departemen Dalam Negeri)
  • Departement van Economische Zaken (Departemen Perekonomian)
  • Hoge Raad (Mahkamah Agung)
  • Volksraan (Dewan Rakyat)
  • Centraall Regeering (Pusat Pemerintahan)
  • Algemeene Secretarie (Sekretariat Umum)
  • Paleis van Gouverneur General (Istana Gubernur Jenderal)
  • Balai Negara
  • Pusat Labolatorium Geologi
Kebanyakan gedung tersebut batal dibangun kecuali Gedung Sate, Kantor Pos dan Giro, Labolatorium dan Museum Geologi, serta gedung Pensioen Fonds (Dana Pensiun) yang kini berubah nama menjadi Gedung Dwi Warna.

Alasan tidak dilanjutkannya proyek besar tersebut adalah terjadinya resesi ekonomi pada 1930 yang merupakan imbas dari Perang Dunia Pertama.

Kemegahan komplek Gedung Sate sendiri ditambah oleh gedung baru rancangan arsitek Ir. Sudibyo pada 1977 yang mengambil sedikit gaya dari Gedung Sate.

Gedung baru tersebut diperuntukkan bagi Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat untuk bertugas.

Gedung Sate juga merupakan saksi bisu perjuangan pada 3 Desember 1945 di mana tujuh pemuda gugur kala berjuang mempertahankan bangunan tersebut dari Pasukan Ghurka yang menyerang dan sebuah monumen peringatan kejadian tersebut berdiri tegak di depan Gedung Sate.

Museum Gedung Sate Sebagai Destinasi Wisata

PERESMIAN MUSEUM GEDUNG SATE

Pengunjung melintas di depan gambar tiga dimensi Gedung Sate di Museum Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Jumat (8/12/2017). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Laman Disbudpar Bandung menuliskan, Museum Gedung Sate diresmikan pada 8 Desember 2017 dan mengusung konsep Smart Museum.

Museum Gedung sate menyajikan wisata edukasi mengenai sejarah pembangunan Gedung Sate menggunakan teknologi digital.

Di museum tersebut pengunjung akan disuguhkan instalasi modern perkembangan kota Bandung yang menampilkan deskripsi sejarah beserta foto dan audio visual mengenai Kota Kembang dari masa ke masa.

Beberapa fasilitas yang akan pengunjung dapatkan antara lain: Proyeksi 4D yang menampilkan peragaan gambar bangunan Gedung Sate disertai informasi pembangunannya dalam bentuk 4D, Augmented Reality (AR) yang mengajak pengunjung seolah ikut serta membangun gedung tersebut, Virtual Reality (VR) untuk melihat Gedung Sate dengan balon udara, serta ada juga Teater.

Detail dari harga, jam operasional, serta kontak dari Museum Gedung Sate adalah sebagai berikut:

  • Harga: Rp5.000
  • Alamat: Jalan Diponegoro, Citarum, Nomor 22.
  • Telepon: 022 426 77 53
  • Email: Museumgedungsate@gmail.com
  • Instagram: @museumgedungsate
  • Twitter: @mgedungsate
  • Facebook: museumgedungsate
  • Jam Operasional: 08.00–16.00 WIB (Setiap hari)
  • Pengunjung: Semua umur.

Baca juga artikel terkait GEDUNG SATE atau tulisan lainnya dari Fajri Ramdhan

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Fajri Ramdhan
Penulis: Fajri Ramdhan
Editor: Dhita Koesno