Menuju konten utama

Presiden Trump Klaim akan Basmi Epidemi HIV di AS

Donald Trump menargetkan 11 tahun untuk membasmi HIV/AIDS di Amerika Serikat.

Presiden Trump Klaim akan Basmi Epidemi HIV di AS
Presiden Amerika Serikat Donald Trump. ANTARA FOTO/REUTERS/Yuri Gripas

tirto.id - Presiden AS Donald Trump mengklaim akan menghentikan epidemi HIV/AIDS di AS pada 2030, dengan memberikan obat yang efektif terhadap orang-orang yang beresiko terkena HIV dan menyasar area dengan jumlah infeksi HIV baru terbanyak.

Hal itu ia sampaikan dalam pidato kenegaraan di Kongres AS.

Dilansir AP News, Sekretaris Kesehatan dan Pelayanan Umum, Alex Azar dan Senior Kesehatan Publik mengatakan bahwa kampanye tersebut berdasarkan pengetahuan baru mengenai kasus HIV, 48 dari sekitar 3 ribu wilayah di negara-negara bagian AS, dan Washington DC. Sedangkan penduduk desa Puerto Rico dan 7 negara bagian lain berisiko tinggi terhadap HIV.

“Kami tidak pernah menargetkan [fenomena HIV] seperti ini. Kami sering mengatasi HIV, namun tidak pernah sefokus ini,” kata Dr. Anthony Fauci, kepala Institusi Nasional Alergi dan Infeksi.

“Bersama kita akan melawan AIDS di Amerika dan sekitarnya,” ujar Trump dalam pidatonya, dia juga menyampaikan sedang merancang anggaran namun tidak menyebutkan secara spesifik besarnya biaya untuk program pengentasan HIV ini.

Trump menargetkan 11 tahun untuk membasmi HIV, virus yang menyebabkan AIDS. Banyak pihak menanggapi tentang rencana Trump ini dan menyatakan bahwa target tersebut realistis. Namun, jika Trump sungguh-sungguh dengan rencana ini, maka pemerintahannya harus mengubah beberapa kebijakannya selama ini.

“Tantangannya adalah dengan Gedung Putih [sebagai pusat administrasi] dan kebijakan GOP [Grand Old Party, merujuk pada Partai Republik yang berperan dalam Kongres AS] yang selama ini menyerang dari sudut manapun [dalam mengentaskan HIV],” kata Gregg Gonsalves, Profesor Kesehatan Publik di Yale University yang mempelajari epidemologi, seperti dikutip Quartz.

Tahun lalu, Trump memecat Komite Penyuluhan HIV/AIDS Gedung Putih dan butuh hampir setahun untuk mencari penggantinya. Trump juga menghentikan penelitian penting mengenai HIV karena melibatkan jaringan janin (Trump juga terkenal menentang aborsi).

Melansir New York Times, Dr. Robert R. Redfield, Direktur Pusat Kontrol dan Pencegahan Wabah mengatakan bahwa program ini tidak diperuntukkan untuk seluruh negara melainkan tempat-tempat tertentu yang dianggap hotspot.

“Ini tidak diupayakan untuk seluruh negeri,” katanya menegaskan. “Ini adalah upaya untuk 48 kabupaten dari 3 ribu wilayah yang ada di AS,”

Dari 48 wilayah epidemik tersebut, ada 10 wilayah yang memiliki kasus tertinggi tahun 2016 dan 2017, yaitu Los Angeles, Miami, Houston, Chicago, Dallas, Fort Lauderdale, Fla., Brooklyn, Phoenix, dan Bronx.

Target lainnya adalah Las Vegas, Queens, Manhattan di New York, Washington DC, Detroit, Newark, Prince George’s, Mongtgomery di Maryland, San Francisci, Baltimore, dan San Juan.

Trump juga menargetkan program penyembuhan untuk pengidap HIV baru yang biasanya tidak menyadari dirinya terjangkit HIV.

Penularan berisiko tinggi pada pria yang berhubungan seks dengan pria, minoritas, terutama Afro-Amerika, Indian, dan ras asli Alaska yang hidup di bagian selatan AS. Bagian selatan AS mengambil 52 persen porsi diagnosa HIV pada 2017.

Masih menurut New York Times, separuh pengidap HIV sudah terinfeksi selama 3 tahun sebelum didiagnosa. Sedangkan, 1 dari 4 pengidap HIV terinfeksi selama 7 tahun sebelum penyakit tersebut didiagnosa.

Proyek Trump ini mendapatkan banyak dukungan dan motivasi dari banyak pihak, salah satunya dari Dr. Jose M. Zuniga, presiden Asosiasi Internasional Penyedia Perawatan AIDS.

“Tujuan untuk mengakhiri epidemi HIV di AS tidak hanya menginspirasi, tapi dapat diraih,” katanya dikutip New York Times.

Baca juga artikel terkait HIVAIDS atau tulisan lainnya dari Anggit Setiani Dayana

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Yantina Debora