Menuju konten utama

Presiden Sepakati Penanganan Teroris dengan "Soft Approach"

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyetujui rencana penanganan terorisme di Indonesia dimulai dari hulu dan dengan pendekatan hard approach dan soft approach salah satunya melibatkan mantan komandan jihad yang sudah baik untuk memberikan program deradikalisasi dan pencerahan yang dinilai akan lebih efektif.

Presiden Sepakati Penanganan Teroris dengan
Tim Gegana Polri didatangkan saat penggerebekan rumah terduga teroris di Kampung Kelapa Dua, Mustikajaya, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (28/9). Satu orang yang diduga berprofesi sebagai perekrut jaringan ISIS diamankan oleh petugas Densus 88 beserta barang bukti berupa ponsel, laptop dan dokumen yang diambil dari rumah tersebut. ANTARA FOTO/Ariesanto.

tirto.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyetujui rencana penanganan terorisme di Indonesia dimulai dari hulu dan dengan pendekatan hard approach dan soft approach salah satunya melibatkan mantan komandan jihad yang sudah baik untuk memberikan program deradikalisasi dan pencerahan yang dinilai akan lebih efektif.

Hal itu terungkap setelah Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) membahas penanganan terorisme di Tanah Air bersama Presiden Jokowi Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (28/10/2016).

"Beliau minta update masalah perkembangan teorisme seperti apa, kami sampaikan bahwa selain hard approach, penindakan juga secara terukur, termasuk pemberitaannya," kata Kepala BNPT Suhardi Alius seperti dikutip Antara.

Suhardi menyebutkan BNPT akan mengedepankan soft approach. Selain itu dalam penanganan tersebut anak-anak dari mereka yang terlibat radikalisme agar tidak dimarjinalkan. Alasannya, kata Suardi, jika dimarjinalkan maka akan lebih militan dari orang tuanya.

"Beliau [Presiden Jokowi] setuju sekali, jadi kementerian terkait diharapkan menggarap aspek di hulu," katanya.

Ia menyebutkan selama ini penanganan terorisme selalu di hilir sehingga harus dimulai penanganan dari hulunya.

"Sekarang kita kemas, sudah ada 17 kementerian/lembaga yang di bawah koordinasi kami dan aksesnya langsung ke menteri masing-masing dan itu sudah dilaporkan ke Presiden," katanya.

Sementara itu mengenai antisipasi tindak teror akhir tahun, Suhardi mengatakan pihaknya tidak pernah berhenti melakukan langkah antisipasi.

"Tidak cuma akhir tahun, sepanjang tahun kita bekerja terus. termasuk sekarang yang paling in adalah masalah dunia maya," katanya.

Ia meminta media massa aktif memberi masukan kepada BNPT. "Ini termasuk yang tadi kita bahas dengan Presiden bagaimana peran media untuk bisa memberikan pemberitaan yang proporsional supaya bisa memberikan pemahaman kepada masyarakat dan agar tidak meng-create sel-sel baru radikalisme dan terorisme," katanya.

Suhardi menyebutkan pihaknya memiliki tim cyber yang terus mengikuti perkembangan yang terjadi.

"Kita mengikuti semua, kita survelaince di dunia maya bagaimana situs radikal bergerak. contohnya sekarang bagaimana terdesaknya (ISIS) di Mosul tentunya ada konsekuensi-konsekuensinya, mungkin terdesak," katanya.

Kepala BNPT itu juga mengkhawatirkan ketika nanti pendukung utamanya kembali ke negara masing-masing. "Itu termasuk yang kita bicarakan dengan Bapak Presiden," katanya.

Baca juga artikel terkait TERORISME

tirto.id - Hukum
Sumber: Antara
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH