Menuju konten utama

Prediksi Ahli UGM: Wabah Corona di Indonesia Bisa Mereda Akhir Mei

Tim ahli statistika dari Universitas Gadjah Mada (UGM) memprediksi wabah virus corona (Covid-19) di Indonesia dapat berakhir pada akhir Mei 2020.

Prediksi Ahli UGM: Wabah Corona di Indonesia Bisa Mereda Akhir Mei
Ilustrasi Virus Corona. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Jumlah kasus positif virus corona (Covid-19) di Indonesia terus melonjak dalam sebulan terakhir. Sejak pengumuman kasus positif Covid-19 pertama di tanah air pada 2 Maret 2020, penambahan jumlah orang yang ditemukan terinfeksi virus corona (SARS-CoV-2) terus terjadi.

Hingga 1 April 2020, jumlah pasien positif Covid-19 di Indonesia mencapai 1.677 orang. Sejumlah 157 jiwa telah meninggal dunia dan 103 orang lainnya berhasil sembuh dari penyakit Covid-19.

Guru Besar Statistika UGM, Profesor Dedi Rosadi memprediksi wabah virus corona bakal melanda tanah air sampai dua bulan ke depan. Dia memperkirakan penyebaran virus corona di Indonesia akan mereda pada akhir Mei 2020.

"Dari hasil analisis, pandemi Covid-19 akan berakhir pada 29 Mei 2020 dengan minimal total penderita positif sekitar 6.174 kasus," kata Dedi dalam siaran resmi UGM pada Rabu (1/4/2020).

"Dengan intervensi pemerintah, total penderita corona positif minimal di sekitar 6.200 di akhir pandemi pada akhir Mei 2020," tambah Dedi.

Analisis yang disampaikan oleh Dedi menunjukkan wabah Covid-19 di Indonesia akan berakhir dalam 100 hari setelah pengumuman kasus pertama. Sementara lonjakan tertinggi angka kasus Covid-19 di Indonesia diprediksi akan terjadi pada pekan kedua April 2020.

"Penambahan [kasus] lebih kurang 740-800 pasien per empat hari dan diperkirakan akan terus menurun setelahnya," kata dosen Fakultas MIPA UGM tersebut.

Dedi menambahkan, agar lonjakan jumlah kasus Covid-19 di Indonesia dapat diredam, kegiatan mudik saat lebaran tahun ini seharusnya tidak dilakukan. Dia menyarankan agar kegiatan tarawih di masjid selama Ramadan 2020 sebaiknya ditiadakan pula.

Selain itu, menurut Dedi, pemerintah juga harus terus melaksakanan kebijakan karantina parsial dan penjarakan fisik secara ketat sampai wabah benar-benar berakhir pada awal Juni 2020.

Analisis tersebut merupakan hasil prediksi pemodelan matematika berdasar pada data nyata atau probabilistik data-driven model (PPDM).

Studi itu dikerjakan Dedi bersama sejumlah pakar lainnya, seperti Heribertus Joko (alumnus FMIPA UGM) dan Dr. Fidelis I Diponegoro (pengarang Worry Marketing dan alumni PPRA Lemhanas RI).

Data yang digunakan dalam kajian ini adalah jumlah kasus Covid-19 di Indonesia yang tercatat sampai Kamis (26/3/2020) dan diasumsikan ada intervensi ketat dari pemerintah sejak minggu ketiga bulan Maret 2020.

Menurut Dedi, studi yang dilakukan timnya tersebut mengasumsikan tidak ada dampak signifikan dari arus mudik orang dari kota-kota besar yang terdampak Covid-19 setelah aturan physical distancing diberlakukan secara ketat sejak pekan ketiga Maret 2020.

Selain itu, sejumlah faktor eksternal lainnya, seperti suhu udara, jumlah populasi, dan kepadatan penduduk diasumsikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kasus Covid-19.

Dedi menerangkan model analisis PPDM yang digunakan oleh timnya berpijak pada teori Antrian Markovian. Dia mengklaim tingkat kesalahan prediksi dari model analisis tersebut, selama dua minggu terakhir, hanya 1,5 persen. Dalam 4 hari terakhir, sejak 26 Maret 2020, tingkat kesalahan prediksi bahkan di bawah 1 persen.

"Error maksimal sebesar 0,9 persen dan minimal 0,18 persen," ujar Dedi soal akurasi analisisnya.

Menurut Dedi, analisis PPDM yang dikerjakan oleh timnya akan diperbaharui setiap hari agar tetap mencerminkan perubahan data kasus Covid-19 di Indonesia.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Agung DH